2008-12-27

FUN SUNDAY ... Belajar Jadi Petani


Minggu, 21 Desember 2008
Kembali ... bersenang-senang di hari Minggu bersama Pan Godogan di tengah sinar matahari. Kali ini 15 anak mencoba untuk menjadi petani, belajar menanam bibit bayam dan kacang panjang di kebun, juga tanaman padi di sawah.

Rencananya acara dimulai jam 8 pagi, tapi ternyata mundur 15 menit karena Pan Godogan telat datang padahal hampir semua peserta datang tepat waktu. Ada Salsa, Obith, Aldi, Shafira, Kharis, Laras, Amanda, Dimas, Whitney, Budi, Ade Rai, Binar, Tita ... ditambah Bani dan Rancak. Sebagian ada yang sudah pernah mengikuti Fun Sunday, tapi ada juga yang baru pertama kali.

Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pohon, hujan, dan tanah. Permainan pertama adalah menyebutkan fungsi dari nama kelompoknya. Contohnya: fungsi pohon adalah menjaga tanah supaya tidak longsor, fungsi hujan untuk melembabkan tanah sehingga pohon tumbuh subur, dan fungsi tanah sebagai tempat hidup pohon.

Setelah itu ... melihat dan memberi makan sapi, juga melihat kompos kascing yang dibuat dari kotoran sapi. Ternyata cacing yang memakan kotoran sapi tersebut sudah besar-besar. Kompos ini nanti akan digunakan saat berkebun. Setiap kelompok mendapat satu bedeng untuk ditanami. Dimulai dengan membuat lubang, memberi kompos, dan menanam bibit sayuran. Ada bibit bayam cabut, bayam petik, dan kacang panjang. Karena tanahnya masih lembab tersiram hujan, bibit yang sudah ditanam tidak lagi disiram.

Lanjut ... ke sawah! Pertama, bagaimana cara mencabut bibit dari lahan semaiannya? Kakek Papi ahlinya. Bibit padi yang sudah tumbuh setinggi sekitar 20 cm diambil dari lahan semaian, kemudian lumpurnya dibersihkan di air sawah. Sebelum ditanam, bibit tanaman harus dijejerkan di tangan untuk memudahkan pengambilan. Selanjutnya, tanam 2-3 bibit ke dalam sawah berlumpur. Jangan lupa ... sambil berjalan mundur ...

"Wow! Ternyata susah juga ... tapi senang sekali!!!" Begitu kata Obith. Saking senangnya, walaupun sudah mencuci kaki dan tangannya setelah menanam padi, Obith kembali turun berlumpur untuk bergabung lagi dengan teman-teman lain yang masih berendam di lumpur.

Lapar ... semua mau makan kudapan. Kali ini ada agar-agar, kripik daun, dan kacang rebus. Minumannya es teh-gula jawa-jeruk nipis dan es sere. Sudah habis semua, lanjut memancing ikan di kolam. Rasanya hampir semua anak dapat ikan karena ada banyak ikan yang sudah cukup besar. Cacing ... awalnya memang katanya jijik waktu ditunjukkan di tempat kompos, tapi akhirnya semua memasang cacing di kailnya masing-masing sebagai umpan.

Dan akhirnya, makan siang dengan nasi organik. Semua makan dengan lahap ... hap ... hap!!! Semua pintar dan berhak mendapat sertifikat, juga banyak hadiah lainnya.

SELAMAT BERLIBUR!!!

2008-12-08

Program YEEI: Mencoba Memulai Regenerasi


Program YEEI (Youth Employment and Entrepreneurship Iniatiative) berakhir sudah. Kerja sama program antara USAID melalui program IYF (International Youth Foundation) yang di Indonesia dilakukan oleh IBL (Indonesia Business Links) melalui YEEI program dengan Yayasan KEHATI, Jakarta dan Accor Group ini berlangsung selama satu tahun. Program difokuskan pada upaya melakukan regenerasi pengelola ekowisata di empat desa, yaitu Dukuh Sibetan dan Tenganan Pegringsingan di Karangasem, Kiadan Pelaga di Badung, dan Nusa Ceningan di Klungkung.

Kegiatan ekowisata sebagai kemasan program pengelolaan sumberdaya komunitas sudah dilakukan sejak tahun 2000 di empat wilayah (Dukuh Sibetan, Tenganan Pegringsingan, Kiadan Pelaga, Nusa Ceningan). Keempat wilayah tersebut bersama Yayasan Wisnu pada akhirnya sepakat untuk membentuk satu jaringan kerja sama yang dinamakan Jaringan Ekowisata Desa (JED). Pembentukan jaringan ini dimaksud untuk memperkuat kerja sama antar desa untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan mengelola lingkungan masing-masing wilayah melalui kesepakatan masyarakatnya.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan, terutama untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kapasitas anak muda dalam hal teknis pengelolaan ekowisata. Program diawali dengan persiapan dan pembuatan desain program antara Wisnu dengan KEHATI-IBL, Wisnu dengan tim Accor di Bali, serta Wisnu dengan masyarakat empat desa. Maka kegiatan yang disepakati untuk dilakukan adalah:

1. Training pemahaman prinsip ekowisata, difasilitasi Bapak Wayan Dirgayusa dan Bapak Made Suarnatha. Melalui kegiatan ini terbentuk pemahaman yang sama antar peserta pelatihan tentang konsep ekowisata serta perbedaannya dengan pariwisata massal, muncul kesepakatan di antara anak muda untuk terlibat dalam kegiatan ekowisata di desanya masing-masing. Kegiatan ini dilanjutkan dengan melakukan pertemuan informal untuk lebih memahami ekowisata dan JED.


2. Pelatihan pemandu lokal, difasilitasi oleh Bapak Putu Alit dan Bapak Made Suarnatha. Hasilnya, ada pemahaman yang sama tentang alur dan etika memandu wisatawan, kesepakatan di antara anak muda untuk melakukan identifikasi potensi desa sebagai satu cara memahami wilayahnya sebagai syarat menjadi pemandu lokal, serta sepakat untuk berlatih memandu dengan pemandu senior ketika ada wisatawan yang berkunjung ke desa.


3. Pelatihan pengolahan dan penyajian makanan dan minuman, difasilitasi tim Accor (Accor Hospitality). Kegiatan ini baru dilakukan di dua desa, yaitu Dukuh Sibetan dan Kiadan Pelaga. Hal terpenting adalah peserta mendapat pengetahuan dasar tentang kebersihan dan higienitas makanan, selain mendapat ketrampilan mengolah makanan dan minuman berdasarkan potensi lokal, juga pengetahuan cara menyajikan makanan dan minuman lokal yang menarik.


4. Pelatihan manajemen akomodasi, sama seperti makanan dan minuman pelatihan ini difasilitasi tim Accor dan baru dilakukan di dua desa. Di sini peserta mendapat pengetahuan etika dasar menghadapi dan melayani tamu, tahu cara menata akomodasi dan perlengkapannya, serta bisa memanfaatkan potensi lokal untuk menunjang akomodasi.


5. Pelatihan manajemen keuangan, difasilitasi Bapak Made Nurbawa selaku Konsultan Keuangan Mitra Bank Indonesia. Ditujukan untuk memberikan pengetahuan memanfaatkan potensi lokal untuk kegiatan bisnis. Peserta juga melakukan praktek pengelolaan keuangan, berlatih membuat rencana usaha skala kecil, serta sepakat untuk praktek langsung mengelola keuangan di masing-masing koperasi.

6. Aktivitas bisnis masyarakat: seminar pencerahan "manajemen hati dalam berusaha" bersama Bapak Gede Prama, magang pengolahan dan penyajian makanan dan minuman di Loloan Restaurant, peluncuran tiga buku JED bersama Bapak Gede Ardika, dan pertemuan rencana pengembangan lanjutan bisnis JED. Nantinya bisnis JED tidak hanya untuk ekowisata, melainkan juga distribusi hasil bumi dan lembaga keuangan nonbank.

7. Pengembangan produk dan jasa, dilakukan di masing-masing wilayah: pemanfaatan potensi lokal untuk menunjang ekowisata pulau di Nusa Ceningan, penganekaragaman potensi untuk mengurangi ketergantungan di Dukuh Sibetan, optimalisasi sumberdaya menuju kemandirian desa jaringan di Tenganan Pegringsingan, dan pengembangan potensi hasil bumi untuk ekowisata desa di Kiadan Pelaga

Beberapa komentar dari peserta tentang kegiatan yang dilakukan:
  • Materi sangat bagus, luas, bervariasi, tetapi kadang pusing dan tidak paham karena terlalu cepat, sehingga diperlukan praktek dan pertemuan lanjutan
  • Fasilitator menyenangkan dengan metode 'mengajar' yang berbeda dengan cara di sekolah, peserta bebas bertanya walaupun ada juga yang belum dimengerti, sehingga harus lebih sering mengikuti kegiatan ekowisata di desa
  • Fasilitator dan supervisi seperti keluarga, punya konsep berjaringan yang matang dan pengalaman bisnis
  • Pelatihan selalu dilakukan tepat waktu karena sudah ada koordinasi sebelumnya, di samping karena akses transport dan komunikasi sangat mudah
  • Supervisi sering berkunjung ke desa dan cepat merespon, sangat menyenangkan, ramah, akrab, bisa diajak becanda, bisa memberikan banyak informasi serta sudah berpengalaman mendampingi, namun kadang cerewet
  • Khusus untuk pelatihan keuangan masih perlu pendampingan secara rutin sesuai kebutuhan masing-masing desa
  • Senang mengikuti kegiatan karena bisa menambah pengetahuan, berbagi pengalaman, menambah kenalan baru, dan kumpul bersama teman
  • Menjadi lebih tahu kondisi desa kelahiran, apa saja yang ada di dalamnya dan bagaimana cara mengelolanya
  • Baru tahu kalau ternyata mereka juga bisa berguna di desa; sebelum ikut pelatihan mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan

Harapan peserta:
  • Menjadi ahli keuangan yang bisa mengelola potensi desa
  • Menjadi petani profesional yang bisa bercerita pada tamu
  • Bisa melanjutkan kegiatan ekowisata yang selama ini sudah dijalankan
  • Menjaga desa supaya tidak menjadi rusak seperti Bali Selatan
Kegiatan monitoring dan evaluasi tim USAID dan IBL sendiri dilakukan pada 19-21 Nopember 2008. Evaluasi program dilakukan oleh Linlin Aung, Pak Muchlis, dan Pak Delly; evaluasi keuangan oleh Pak Affandi. Pertemuan dengan Pak Yastika dari Accor dilakukan di Loloan Restaurant.

Liburan LuhTu di Wisnu

Saya akan menceritakan tentang berlibur di Wisnu. Wisnu itu sangat indah dan bagus. Saya tahu hanya tentang ilmu pengetahuan. Saya juga tahu tentang daur ulang. Saya juga tahu tentang tanaman dan hewan. Saya juga pernah diajak oleh Mbok Tunjung mengasih makan babi. Kata Mbok Tunjung kandang babi harus dibersihkan dulu, lalu makanan babi disiapkan. Ada juga pakai wot, dedak. Jadinya saya tahu tentang hewan.

Di Wisnu saya diajarkan oleh Mbok Denik kalau sampah organik harus dipisahkan dengan sampah nonorganik. Kalau sampah organik bisa dijadikan pupuk kompos. Saya juga tahu tentang kotoran hewan. Saya juga bisa menjelaskan dan menggambar.


Penjelasan: kotoran babi disalurkan ke digester. Dan setelah digester penuh akan keluar gas dari keran gas yang ada di atas digester. Cara membuktikannya dengan membuka keran gas dan dinyalakan oleh korek api. Sudah keluar api berarti gas sudah ada. Sisa kotoran babi yang ada dalam digester akan keluar ke bak penampungan yang berupa pupuk cair. Pupuk cair juga bisa menyuburkan tanaman.

Wisnu juga punya kebun yang berisi tanaman seperti: kacang panjang, jagung, tomat, timun, sayur hijau, kangkung, terong, seledri, pisang, stroberi, mangga. Saya juga tahu cara menanam kacang. Di Wisnu juga ada sawah. Itu banyak sekali rumput liarnya. Saya juga disuruh oleh kakek untuk mencabuti rumput liar. Saya mencabuti rumput bersama Rai. Saya mencabuti rumput sebanyak satu petak. Selesai mencabuti rumput liar saya lega sekali.

Lalu saya bermain lari-larian. Lalu baju saya menjadi kotor dan badan saya kotor sekali. Lalu saya mandi. Saya mencuci baju sendiri. Selesai saya mandi, saya ke warung untuk beli mie dan telor. Lalu saya memetik sayur di kebun. Lalu saya memasak sendiri.

Di bawah Wisnu ada juga koperasi. Di koperasi itu bisa menabung, tapi saya tidak menabung. Saya cuma tahu. Ada juga acara melali ajak Pan Godogan. Ada juga acara pementasan. Saya jadinya tahu banyak ilmu. Saya rasanya senang sekali berlibur di Wisnu. Ada juga ayunantek di rumah Mbok Tunjung. Saya juga sering ayunantek.

Tanggal 4 Juli saya nginep di Wisnu. Tidur saya nyenyak sekali. Sudah itu saya membantu Mbok Denik membuka jendela. Saya bermain dengan Anin, Anggi, dan Rai. Selesai bermain biasanya kita merujak. Saya juga punya tempat yang bernama markas. Saya banyak sekali punya markas. Sehabis ke markas, saya mencari singapor bersama Rai. Sampai kebanyakan mencari singapor saya jadi batuk. Rai sangat suka dengan singapor, sampai berebutan cari singapor.

Ada juga orang siaran, tetapi sekarang jarang siaran. Ada juga perpustakaan. Ada bermacam buku seperti buku kesehatan, buku tekstil, , buku fiksi anak. Ada banyak tentang buku. Buku sejarah pun ada. Di sawah ada juga pengusir burung. Wisnu itu juga bisa membuat kita menjadi mandiri. Di Wisnu banyak sekali jenis pepohonan. Saya juga tahu pohon stroberi dari Wisnu. Saya juga pernah melihat buahnya. Saya dan Rai memetiknya. Saya juga senang bermain guli dengan Rai, Anin, dan Anggi.

Tanggal 3 bermain dengan temannya Anin yang bernama Iluh, Kadek, saya bermain sembunyi-sembunyian. Saya sangat senang. Lalu Rai bermain kartu dengan Anin, tetapi saya sedih tidak diajak dan tidak ada teman untuk mainan. Dan saya menyuruh Rai untuk mainan kartu setelah itu. Lalu Rai mainan, Aninnya menyerah. Saya juga sering sama Rai bermain mobil-mobilan.

Pada tanggal 4 jam 10.00 saya diajak oleh Mbok Denik, Mbok Atiek ke kundangan ke Pelaga. Melihat Om Yoga menikah. Lalu saya ke rumah Mbok Tunjung. Setelah menjemput Mbok Tunjung saya ke jembatan terpanjang dan tertinggi di Bali. Lalu saya ke Pak Juta membayar kopi. Setelah itu saya ke Pak Kepala Desa untuk minta tanda tangan kepala desa. Pulangnya saya melihat Sangeh. Pas ke Pelaga saya juga melihat Sangeh. Saya juga melihat monyet yang sedang melakukan. Ada yang mencari kutu dengan temannya, ada juga yang menggendong anaknya. Sangeh itu kaya hutan.

Saya juga melihat rumah makan, tetapi saya kepingin ke sana. Saya juga melihat pemandangan yang indah. Di Pelaga juga dingin sekali. Di Pelaga ada juga bale subak. Di tengah jalan saya ketiduran. Sesampainya di Wisnu saya lega. Lalu perut saya mulas-mulas.

Tamat

Pesan: terima kasih Wisnu atas pelajaran yang kamu kasih. Sebenarnya aku masih ada cerita tetapi aku takut terlambat ngumpul.

2008-12-05

Jogja ... Jawa Baru

Setelah 12 hari menjadi panitia untuk kegiatan CO Course 2008 SEAPCP, kami memutuskan untuk cuti bersama ke Jogja ... sekaligus menghadiri undangan dan membuat rencana program.

Terbang dari Bali tanggal 24 Nopember 2008 jam 06.20 bersama Lion: Pak Suar, Bu Suati, Galang, Binar, Atiek, Denik. Tiba di Jogja langsung meluncur ke Matakayu. Ada keinginan untuk membeli segala jenis furnitur berbentuk unik yang dicat beraneka warna, membuat ruang terkesan 'cheerful'. Setelah melihat telur kodok di kebun yang sedang kurang terawat, gudeg jogja sudah menunggu untuk disantap. Terima kasih ... terima kasih untuk mobil yang boleh dipinjam selama kami di Jogja.

Kami memutuskan untuk menginap di Wisma Talenta III, Blimbingsari. Setelah menyusun rencana perjalanan, istirahat sebentar. Sebelum bertemu dengan Mas Pujo dan Pak Laksono di Antro UGM, kami berencana untuk berkeliling Malioboro. Tapi setelah sampai di sana harus berbelok arah, harus bertemu dengan Pak Mahmudi di LPTP. di tengah jalan hujan deras. Ngobrol tentang pengolahan limbah dengan digester. Salah satu rencana ke depan adalah mengolah limbah kotoran sapi di Pelaga untuk dijadikan bio gas. Obrolan dilanjutkan ke gedung Antro UGM, bertemu mas Pujo. Rencana disambut baik ... mas Pujo bersedia membantu sebagai 'dosen tamu' untuk para peneliti muda desa. Satu hal: banyak orang yang melakukan tapa (sekolah), namun tidak semua berhasil mempunyai taksu. Pak Laksono di PSAP (Pusat Studi Asia Pasifik) juga memberi tanggapan yang sama. PR setelah pulang: menyelesaikan konsep peneliti muda desa dan mengirimkan ke beliau berdua. Malamnya: makan malam di bebek goreng H. Saleh dan mampir ke Social Agency membeli beberapa buku.

Tanggal 25. Tour kampung: ke rumah mas Tanto di desa Caturharjo dan mbak Ardi di ... (apa ya namanya?). Wow! Asli desa: bersih, segar, hijau, sejuk. Jalan-jalan ke sawah, menyeberangi satu sungai kecil, bertemu luwing raksasa dan melihat orang menangkap lele. Lanjut keliling kebun organik ditemani lagu-lagu Iwan Abdulrachman. Belajar mengawinkan bunga timun, mencicipi buah markisa, minta beberapa bibit tanaman. Begitu juga di rumah mbak Ardi: cari-cari bibit yang bisa dibawa. Informasi dari mas Bimo, "dua bedeng tanaman tumpang sari bisa memenuhi kebutuhan harian 5 KK untuk sayur" Ada banyak pupuk cair organik di sana.

Lanjut ke kraton Jogja, keliling naik becak. Pertama, coba masuk ke 'ringin kembar'. Semua bisa masuk! Galang yang langsung bisa masuk pada percobaan pertama, yang lain harus 2 kali atau lebih untuk mencoba. Kedua, ke tempat pelukis pak Suhardi, membeli satu lukisan kereta kencana. Ketiga, keliling kraton Jogja tempo doeloe. Menakjubkan! Antara pola bangunan dan filosofi saling mendukung, ilmu higenitas dan ergonomis sudah diterapkan. Jika dibandingkan dengan bangunan jaman sekarang: tidak bisa dibandingkan! Kami juga diajak melihat taman sari dari balik tembok, dan melihat gunung merapi-laut selatan dari atas bangunan kerajaan yang sudah runtuh. Masih, tidak semua orang bisa menghargai bangunan tua. Keempat, mampir sebentar ke dagadu. Kelima, kembali ke halaman kraton saat ini. Semua mengesankan ... sayang pertama: baterai kamera habis, sayang kedua: makan malamnya terlalu tidak mengesankan, mie jawa di Bakmi Kadin. Rasanya terlalu banyak MSG.

Hari ketiga. Seminar di Sanatha Dharma, kampus III di ring road, tentang pemanfaatan potensi lokal dan pembangunan teknologi. Pak Suar diminta sebagai pembicara, tentang pengelolaan sumberdaya komunitas. Pembicara lain adalah Pak Lukiyanto dan Ibu Tri Mumpuni. Tidak perlu cerita banyak, seminar seperti biasa pada umumnya seminar. Sempat makan bakso Bethesda. Mampir sebentar ke Malioboro naik andong ke Mirota Batik, sebelum ke rumah mbak Putu. Dion sudah besar, dan senang ngomong atau nyanyi. Susu mbok Darmi ...

Hari keempat: tour candi - Candi Borobudur, Candi Rejo, Candi Prambanan. Indonesia hebat sekali. Teknik bercerita bukan hanya secara oral atau tulisan, tapi juga dengan cara memahat jutaan batu menjadi rangkaian sebuah cerita. Sungguh ... tidak bisa dibandingkan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Sempat praktek menyapu karena tertarik dengan sapu yang digunakan di Borobudur. Sempat juga praktek menggiling kopi dan menumbuk padi dengan cara tradisional di Galeri Unik dan Antik juga di Borobudur. Khusus di Candi Rejo, naik sepeda dan naik delman. Menyenangkan sekali ...

2008-12-02

CO Course 2008

CO Course - Community Organising Course. Tahun ini mengambil tema "Community Organising and Human Rights Based Approach to Development". Pilihan atas tema didasarkan pada pemikiran bahwa hak asasi manusia merupakan prinsip dasar untuk semua gerakan sosial. Kegiatan tahunan yang dilakukan atas kerjasama SEAPCP (South East Asia Popular Communication Programme) dan Yayasan Wisnu sebagai 'tuan rumah', bertujuan untuk memberikan kerangka dasar tentang HAM dan bagaimana kerangka acuan tersebut dapat diadopsi dalam strategi pembangunan. Hal lain yang paling penting adalah bagaimana nantinya peserta dapat memberikan pemahaman tentang perspektif dan keahlian 'HAM' kepada komunitas.

Kali ini kegiatan diikuti oleh 19 peserta dari 10 negara pada 1-12 Nopember 2008, bertempat di Inna Sindhu Beach Hotel, Sanur. Kegiatan utama yang dilakukan para peserta adalah merefleksikan kegiatan lembaga masing-masing peserta dalam kerangka HAM dan saling belajar tentang pendekatan dasar pengorganisasian terkait dengan HAM dan pembangunan, difasilitasi Tan Jo Hann dari KOMAS, Malaysia dan Aung Myo Min dari HREIB, Burma.

Kegiatan dimulai pada tanggal 2, diawali dengan perkenalan dan 'Balinese opening ceremony' diiringi rindik di tengah harum dupa. Setiap peserta mendapat satu set information kit, kamen, bunga, dan percikan air - berharap semua berjalan seperti yang diharapkan.

Dilanjutkan dengan berbagi cerita dan pengalaman antar peserta tentang lembaga masing-masing. Memakan waktu sehari penuh, 16 lembaga harus dipresentasikan secara kreatif. Selanjutnya ... 'welcome dinner' di Wisnu. Kedatangan peserta disambut dengan jajaran 10 bendera negara peserta di tengah hamparan padi siap panen. Jus terong belanda dan berbagai jenis buah ditata di bale bengong. Acara inti adalah penanaman 13 tanaman langka: badung, kelapa gading, kelapa ijo, sawo kecik, majegau, kelicung, jeleket, mundeh, boni, juwet item, tanjung. Setelah dihibur Binar, Laras, dan PKK Pengubengan Kauh, tentu saja: makan malam. Semua jenis masakan dan yang memasak didatangkan dari Kiadan Pelaga. Nyam ...



Hari kedua diisi oleh Hira Jhamtani: issues in rights based development. Diawali dengan membahas kondisi air dan benih berdasarkan kasus yang terjadi di Afrika dan Indonesia. Dilanjutkan penyampaikan beberapa fakta. Semua peserta kaget dan kagum, terutama ketika diungkapkan bahwa subsidi untuk ternak sapi di Eropa adalah US$2 per hari, sementara lebih dari 2,8 milyar orang hidup di bawah US$2 per hari!

Hari ketiga-keempat, field trip. Peserta dibagi 3 kelompok, mengunjungi Kiadan Pelaga, Nusa Ceningan, dan Kapal. Semua membawa ceritanya masing-masing, yang juga diceritakan lewat gambar. Sebagai nara sumber, Pak Suar dari Wisnu yang selama ini bekerja sama dengan Pelaga dan Ceningan untuk pengelolaan sumberdaya komunitas, juga Pak Alit yang asli Kapal dan sedang mengembangkan Kapal Village Ecotourism.

Hari kelima dan seterusnya ... strategi aksi kolektif, memfasilitasi komunitas, menggunakan dan memproduksi media kreatif seperti teater-permainan-visual, berlatih fasilitasi, simulasi fasilitasi komunitas. Setiap hari selalu tertawa karena media yang digunakan media kreatif yang menyenangkan. Hanya hari terakhir yang diisi sedikit air mata ketika melakukan evaluasi ... sebagian peserta terharu atas hari-hari yang sudah mereka lewati dengan hangat. Selalu: thank you, thank you, thank you!
Satu hal yang juga sangat menyenangkan: solidarity night. Sepanjang malam slalu ... dansa, sepanjang malam slalu ... pesta! Gerakkan kakimu ke kiri dan ke kanan ...


2008-10-22

Barang Bekas, Bekas Harga

Alex, anak muda berusia 20 tahun itu datang dan langsung duduk pada bingkai jendela yang terbuka sambil merokok. Diam merenung memandang tanaman padi somali yang bergoyang ditiup angin. Beberapa detik, dan tiba-tiba berkata, "Kenken ye, jani harga tuun. Rugi cang no'."

Berbeda dengan anak muda pada umumnya, Alex tidak mau bekerja di satu tempat, menjadi tenaga kerja yang selalu diperintah oleh atasannya. Sejak dulu, dan saat ini sudah dibuktikannya, ia ingin menjadi pengusaha dan pekerja mandiri. Maka sampah dipilihnya sebagai satu peluang kerja yang dianggap menjanjikan.

Dimulai sekitar delapan bulan yang lalu. Alex, pemuda Pengubengan yang mengaku tidak suka sekolah itu datang ke Wisnu. Sampai muncul kesepakatan bahwa Alex akan memanfaatkan dan mengelola mobil pick up milik Wisnu untuk menjalankan usaha daur ulangnya. Segala sesuatu indah pada waktuNya! Selama beberapa bulan mobil itu tidak termanfaatkan secara optimal karena tidak ada lagi yang menjadi staf tetap pengelola sampah di Wisnu.

Usaha yang dijalankan Alex berjalan lancar, sampai kemudian muncul ide untuk mengelola sampah banjar dan membangun tempat khusus untuk pengomposan dan pemilahan sampah. Pengalaman pertama. Proyek yang tadinya diperkirakan hanya menghabiskan dana 3,5 juta, ternyata sudah hampir mencapai 6 juta belum juga selesai ... dan Alex tetap semangat!

Minggu ini dianggapnya sebagai satu masalah berusaha yang harus dihadapi, ketika harga barang bekas merosot tajam. Ternyata menurut beberapa berita yang bisa diakses melalui koneksi internet, harga barang bekas sudah mulai turun menjelang lebaran. Perbandingan harga tiga bulan yang lalu dengan minggu ini sangat berbeda:

Menurut informasi dari para pengepul barang bekas, penurunan tersebut disebabkan karena semakin banyaknya barang bekas yang diimpor dari luar negeri. Ternyata bukan sekedar penurunan harga atau dampak dari krisis ekonomi global, melainkan terkait dengan kebijakan pemerintah atas kebepihakannya pada masyarakatnya. Satu hal yang membuat Alex terkejut, untuk apa Indonesia mengimpor kondom bekas?


2008-10-21

World Silent Day untuk Bumi Kita

Sedikit berbeda dengan acara-acara sebelumnya yang dilakukan Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim, kali ini kegiatan juga melibatkan siswa sekolah dasar. Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2008 ini merupakan kegiatan antara dari WSD 2008 menuju WSD 2009, terutama ditujukan untuk menyebarluaskan informasi tentang berbagai kegiatan yang sudah dilakukan sejak Kolaborasi Bali terbentuk pada Agustus 2008, mengajak masyarakat mendukung dan melakukan WSD 2009 mulai dari keluarga, serta mempublikasikan website dengan tampilan baru.

WSD untuk Bumi Kita dimulai tepat pukul empat sore bersama siswa SD. Dimulai dengan memeriksa kelengkapan bagian tubuh siswa, menonton 'Ozzy Ozone', dan mendengarkan dongeng Pan Godogan. Karena matahari masih bersinar terang, gambar bergerak Ozzy dan teman-temannya terlihat tipis pada layar ... mungkin lain kali perlu ditonton ulang, untuk lebih mudah memahami nasib ozone bumi saat ini. Manusia diharapkan bisa berlaku lebih ramah terhadap alam untuk keberlangsungan di antaranya manusia itu sendiri. Kisah Pak Macan dan Sinchan yang didongengkan Pan Godogan juga memberikan pesan supaya manusia tidak bersikap serakah.


Pukul lima lebih 10 menit, acara untuk orang dewasa dibuka oleh Prami dan para undangan disambut oleh Pak Suar. Selanjutnya Lisa mempresentasikan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan, dilanjutkan pemberian penghargaan secara simbolik kepada mereka yang telah mendukung dan melaksanakan WSD. Kemudian Agung menginformasikan rencana Global Day of Action pada 6 Desember 2008 dan ajakan melakukan WSD 21 Maret 2009, ditutup dengan penyampaian Mas Ayip tentang website WSD dengan tampilan baru.


2008-10-04

Puisi dari Binar untuk Kopi

ANJING YANG LUCU

kopi betapa aku menyayangimu
aku pasti selalu membuatmu kesakitan
karena aku sering memukulmu
maafkan aku kopi
karena aku sering membuatmu kecewa kesakitan

tapi kau kini telah tiada
kau telah tenang di alam lain
aku telah memaafkanmu yang sering menggigitiku
aku belum siap bila kau pergi

wisnu yang dahulu ramai dengan gonggongan anjing
dan kerincingan dari kalung
sekarang disulap menjadi suara jangkrik yang terdengar
sunyi ...

2008-09-24

Menggagas Riset di Pulau Kecil

Minggu, 21 September 2008. Atiek, Denik, Catur, Herni, Agung dari Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim.
Rencana ke Ceningan seharusnya sudah dilakukan sejak bulan Juli lalu, namun belum terlaksana karena alasan kesibukan. Kemudian direncanakan 15 September, harus diundur juga karena Wisnu harus ke Sibetan untuk menghadiri acara 'pembakaran'.

Kunjungan ke pulau kecil Ceningan terkait dengan kampanye Hari Hening Sedunia - World Silent Day yang digagas oleh Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Sejak Agustus 2007, Bali Organic Association, PPLH Bali, Walhi ED Bali, dan Yayasan Wisnu sepakat bekerja sama dalam wadah kolaborasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim, terutama ketika itu untuk mengambil sikap dalam konferensi akbar UNFCCC di Nusa Dua. Sampai akhirnya semakin berkembang dan mendapat dukungan dari banyak pihak.

Kegiatan riset merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan, disamping kampanye untuk menggalang dukungan terhadap World Silent Day. Kunjungan kali ini dimaksudkan sebagai observasi atau survey awal untuk melihat kondisi Ceningan saat ini, memperkenalkan Agung yang nantinya akan berperan sebagai koordinator riset kepada teman-teman Ceningan, serta menceritakan latar belakang dan rencana riset.

Sedikit disayangkan karena terjadi salah komunikasi dengan anak muda Ceningan. Siang dan sore hari ketika ditelpon dan bertemu mereka secara langsung, sudah disepakati bahwa pertemuan akan dilakukan jam 7 malam di rumah Mek Luh. Ditunggu sampai 20.30 mereka tidak juga datang, ternyata menurut informasi dari seorang Bapak yang datang ke rumah Mek Luh ada beberapa anak muda kumpul di Bale Banjar Ceningan Kawan. Sayang sekali ketua kelompoknya tidak bisa dihubungi. Akhirnya kami hanya ngobrol dengan Pak Sita dan Kadek Logok. Kunjungan selanjutnya akan dilakukan setelah Lebaran untuk bertemu langsung dengan kelompok anak muda yang nantinya akan berperan sebagai pengambil data riset.

Berdasarkan hasil kunjungan yang dilakukan, diketahui bahwa suhu di Ceningan panas sekali, diperkirakan bisa mencapai 38 derajat celcius. Tanah mulai digarap karena diperkirakan sebentar lagi akan datang musim hujan. Jenis tanaman yang direncanakan akan ditanam adalah ketela pohon dan jagung. Kedua jenis tanaman tersebut mempunyai ukuran, bentuk, dan rasa yang berbeda dengan ketela pohon dan jagung di Pulau Bali. Keduanya berukuran lebih kecil, berwarna lebih keputihan, dan rasanya lebih manis. Dulu, keduanya sering dicampur dengan nasi sebagai makanan pokok. Namun saat ini sudah jarang dilakukan, terutama ketika rumput laut mulai menjadi hasil pertanian yang diutamakan oleh para petani Ceningan.

Panas, namun angin bertiup semilir, sehingga menjadi satu alasan untuk menikmati tidur siang yang nyaman di dalam ruangan rumah Mek Luh yang sejuk. Apalagi perut sudah penuh setelah makan siang. Setelah matahari agak condong, disepakati untuk melihat gempuran ombak di karang Batu Melawang sambil menunggu matahari tenggelam. Sate ikan buatan Pak Endra menemani perjalanan kami ke sana. Trend baru sebagai ciri pilihan atas kepraktisan sudah terlihat, canang tidak lagi di'jait' dengan semat dari bambu melainkan menggunakan stepler 'cepret'. Laut biru, ombak besar pecah berbuih putih sebelum atau ketika mencapai karang-karang terjal, pintu masuk menuju harta karun sarang walet yang saat ini sudah hampir habis karena tergiur angka ratusan juta. Sore itu tidak tampak satu pun walet terbang untuk pulang ke sarangnya, padahal delapan sampai enam tahun lalu ratusan walet selalu terlihat menghiasi langit jingga di sebelah barat Nusa Ceningan.

Ketika berangkat dari Sanur, air laut cukup tinggi namun ombak cukup tenang. Matahari bersinar terik sehingga kami memutuskan untuk duduk di dalam jukung. Keesokan harinya ketika akan pulang dari Lembongan, ombak besar sehingga sulit naik ke jukung. Kondisi ombak besar sudah bisa diketahui dari Ceningan, yaitu ketika terlihat kabut di sebelah selatan. Supaya isi perut tidak keluar, kami memutuskan untuk duduk di bagian atas jukung. Selalu, waktu yang ditempuh lebih cepat dibanding Sanur-Lembongan, hanya satu jam. Butuh waktu agak lama untuk keluar dari daerah parkir pantai karena jumlah dan jenis kapal semakin banyak.

2008-09-22

Selamat Jalan Kopi

Kopi lucu dan manis sekali ...
Selalu ramah pada setiap orang
Hobinya mencium, menjilat, berlari-lari
Duduk menunggui orang bekerja, dan mengucapkan 'aung!'
Dia termasuk anjing hiperaktif
Selalu berlari dan berhenti dengan tiba-tiba
Senang berlari-lari di depan ban motor
Sudah dua kali lolos dari maut
Ketika ditabrak motor dan terkena virus
Tapi pada akhirnya kopi harus pergi juga
Terkena ban mobil teman bermainnya
Yang setiap pagi selalu memanggil "Kopi ..."
Maaf Kopi ...
Salam maaf juga dari Binar yang kadang berteriak "Kopi!"
Dia juga sudah memaafkanmu karena sering menggigitinya
Salam duka dari banyak teman
Semoga kalau reinkarnasi mencapai tingkatan yang lebih baik
Foto-foto ini adalah foto Kopi waktu masih kecil,
Kopi remaja bersama Ibu Sylvie, dan makam Kopi
Selamat jalan Kopi Raharjo ...
Terima kasih sudah menjadi teman bermain yang baik
Terima kasih juga tidak pernah membuat repot dengan
tidak buang air sembarangan
Salam untuk semua yang ada di sana

2008-09-20

Cerita dari Binar

Liburan di Wisnu

di Wisnu aku banyak sekali mendapat ilmu pengetahuan tentang hama, tumbuhan, hewan, dll. Aku belajar hama bersama Kak Siska. Kak Siska mengajarkanku cara membius serangga. Aku banyak sekali mendapatkan serangga, seperti kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.

di hari Selasa tepatnya 1-7-2008 aku membantu kakek mencabuti rumput liar yang ada di sawah bersama temanku yang bernama Iluh. di hari Selasa aku mencabuti satu petak sawah dan hari Rabu aku mencabuti dua petak sawah bersama mbok Tunjung.

Aku belajar tentang betapa pentingnya kotoran hewan yang bisa menghasilkan gas (biogas), sehingga menghasilkan api. Aku pernah belajar cara hingga menghasilkan biogas. Kotoran babi disalurkan ke dam, di dalam dam terdapat dua pipa yaitu pipa masuk dan keluar. Gas akan keluas setelah pipa keluar terendam kotoran setengah dan gas baru bisa diketahui dengan membuka keran gas yang ada di atas dam dengan nyala korek api. Sisa dari kotoran yang ada di dalam dam akan keluar menjadi pupuk cair dan dialirkan di kolam. Bisa juga dipakai untuk pupuk di sawah. Juga api yang dihasilkan sangat bersih.

di Wisnu juga menawarkan berbagai ilmu pengetahuan seperti kebun organik yang alami, seperti kacang panjang, tomat, jagung, cabe, terong, ketela rambat, dll.

di Wisnu juga ada tempat simpan pinjam yaitu Koperasi Wisnu Mandiri. di sana kita bisa menyimpan dan meminjam uang.

di Wisnu juga pernah diadakan acara Fun Sunday yaitu acara yang menguji kreativitas dan aktivitas. Tidak hanya acara Fun Sunday saja tapi juga ada acara Melali ajak Pan Godogan. di acara ini kita diajak keliling tiga desa yaitu Tenganan, Pelaga, dan Sibetan. di sini kita juga bisa mengetahui adat istiadat, kesenian, dan kuliner serta aktivitas warga desa.

Selain itu juga Wisnu juga sangat penting untuk lingkungan karena Wisnu mendirikan lembaga daur ulang. di Wisnu juga adalah tempat yang bagus untuk bermain. Salah satu permainannya adalah ayunan yang terbuat dari karet jamping. Selain permainan itu kita bisa bermain lumpur. Biasanya sore-sore aku membantu Pak Anin mencari belalang untuk burung-burungnya.

Sehabis bermain lumpur aku mandi dengan mencuci bajuku sendiri. Setelah mandi aku makan. Aku memasak sendiri. di Wisnu bisa dijadikan tempat untuk melatih kemandirian seorang anak.

di Wisnu juga disediakan tempat untuk membaca buku cerita yaitu perpustakaan. di perpustakaan Wisnu tersedia berbagai buku yang dapat memberi ilmu dan juga cerita yang bagus. Aku pernah membaca buku di perpustakaan Wisnu. Buku yang aku baca adalah 'si Jempol' dan 'Rahasia Bunga'.

di Wisnu juga disediakan tempat untuk mengejar cita-cita yaitu 'emsi' radio. Dulu aku pernah menyiarkan radio wisnu. Radio yang aku siarkan adalah radio komunitas.

Selain itu di Wisnu disediakan kamar yang bagus untuk para tamu. Aku pernah tidur di kamar tersebut. Aku tidur sangat lelap. Aku menginap bersama bapak. Saking lelapnya aku tidak memimpikan sesuatu. di pagi hari aku melihat ayahku sudah tidak ada di sampingku. Ternyata ia di kebun dan aku mendekati bapakku. Bapakku mengajakku mengukur panjang dan diameter suatu buah. Buah yang aku ukur adalah buah mentimun, kacang panjang. Alat yang aku gunakan untuk mengukur panjang dan diameter adalah caliper.

Kemarin tepatnya hari Kamis tanggal 3-7-2008 saya bermain kartu dengan Anin. Setelah lama-kelamaan aku menjadi basah bermain kartu dan temanku bernama KD bermain sembunyi-sembunyian. Aku ikut bermain. Aku sangat susah ditemukan oleh temanku.

di hari Jumat tepatnya tanggal 4-7-2008 aku pergi ke desa Pelaga. Desa Pelaga adalah salah satu desa penghasil kopi. Aku, bapak, dan staf Wisnu pergi ke desa Pelaga untuk menghadiri acara perkawinan. Setelah menghadiri acara perkawinan aku menjemput mbok Tunjung ke rumahnya. Setelah menjemput mbok Tunjung aku pergi ke jembatan tertinggi dan terpanjang di Bali. Jembatan itu bernama jembatan Bangkung. di sana pemandangannya sangat indah dan air kalinya sangat jernih. dari jembatan kita bisa melihat Puncak Mangu.

Setelah puas melihat pemandangan yang indah aku pergi ke rumah Bapak Nyoman Juta untuk membayar kopi khas Pelaga yang organik. Setelah membayar kopi kita pergi ke Kecamatan Petang. Setelah selesai di Kecamatan Petang aku melewati Sangeh tempat tinggal monyet-monyet. Ada monyet yang sedang mencari kutu, ada monyet yang sedang kawin dan ada juga monyet yang sedang menyusui. di Sangeh banyak sekali tumbuhan yang tinggi dan besar sehigga terlihat seperti masih asri.

I love Wisnu,
BINAR

2008-09-12

Kacang Tanah: Tanaman Lain yang Terserang Hama

Seperti dua jenis tanaman yang sudah pernah diceritakan sebelumnya, kacang tanah yang ada di Wisnu juga terserang hama. Kali ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Lelyana Anggar Pramita juga mahasiswa jurusan hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Namun tidak separah tanaman tomat, kacang tanah yang ada di Wisnu berdasarkan hasil identifikasi dan penelitian 'hanya' terserang hama belalang. Dalam kehidupannya, belalang berjalan dan berputar menggunakan kaki serta terbang menggetarkan sayap.

Biji kacang tanah kaya protein dan lemak, dapat dimakan langsung, direbus, digoreng, disangrai, atau dimasak dengan campuran bahan lain. Ada juga yang diproses menjadi selai dan minyak. Selain biji, hal lain yang dapat dipanen adalah hijauannya (daun dan batang) sebagai makanan ternak atau pupuk hijau. Berdasarkan klasifikasinya, kacang tanah atau Arachis hypogaea L. termasuk kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, keluarga Fabaceae, genus Arachis, dan merupakan tanaman polong-polongan.

Tanaman kacang tanah yang ada di Wisnu, ketika diteliti berumur 2,5 bulan pada lahan seluas 3x5,5 meter. Tidak ada perlakuan khusus terhadap tanaman ini, kecuali penyiraman dan pemupukan. Sehingga tidak mengherankan jika belalang atau Sexava spp. menyerang sekitar 33% tanaman yang ada. Belalang merupakan serangga yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman, terutama di daerah-daerah tertentu di Indonesia. Gejala serangan ditunjukkan dengan adanya daun yang berlubang-lubang dan tepi daun yang bergerigi akibat gigitan dan kunyahan belalang yang mempunyai tipe mulut mandibulat.

Berdasarkan beberapa sumber yang dikumpulkan oleh Lely, belalang mempunyai sejumlah musuh alami yang dapat digunakan untuk mengendalikannya, seperti ayam, burung, semut, dan laba-laba. Musuh alami lain yang kemudian banyak dikembangkan adalah jamur metharhizium anisopliae dan beauveria basiana.

Pengendalian lain yang ditawarkan adalah secara fisik dan mekanik. Pengolahan tanah pada lahan yang terserang harus dilakukan untuk menimbun telur belalang dan yang terlihat akan dimangsa oleh predator. Pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak disukai belalang, seperti kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang panjang, dan tomat perlu dilakukan dengan sistem tumpangsari. Atau dengan tanaman yang kurang disukai seperti petsai, kubis, dan sawi.

Cara lain adalah menggunakan insektisida alami yang dibuat dari tuba (Deris sp) yang mengandung bahan aktif rotenon, atau nimba (Azaridacht indica) yang mengandung bahan aktif azaridachtin. Kedua zat tersebut dapat mempengaruhi perilaku belalang dengan menghambat nafsu makan dan menghambat perkembangan serangga. Pembuatan pestisida dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan menghancurkan akar tuba atau daun nimba. Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang sudah halus dimasukkan dalam jirigen 20 liter, kemudian ditambah air bersih. Rendam selama minimal 3 hari, saring, dan tambahkan bahan perekat (cytowett/deterjen).

2008-09-03

Kegiatan Bulan September

Tanggal 1
Rapat Wisnu, ada banyak hal yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Di antaranya rencana empat tahun ke depan tentang peneliti muda desa, sebagai satu cara mengajak anak muda memahami wilayahnya terkait dengan kondisi global yang terjadi selama ini.

Tanggal 2
Rapat kolaborasi lanjutan. Tujuan utama pertemuan adalah meminta kepastian Diah atas ketertarikannya terhadap kolaborasi. Diawali dengan cerita tentang awal pembentukan dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan, serta lembaga yang terlibat di dalamnya. Singkat cerita Diah tertarik dan ingin membantu Lisa dan Siska dalam kesekretariatan kolaborasi. Jadi, saat ini ada 3 mahasiswi dalam sekretariat: Lisa mahasiswi magister management Unud, Siska mahasiswi hama dan penyakit tumbuhan Unud, dan Diah mahasiswi sejarah Unud. Sekaligus ketiganya dimandatkan untuk menjadi ambasador. Sekretariat tetap di Wisnu, ditambah no. telpon pengelola sekretariat. Kegiatan yang harus dilakukan adalah mengkoordinir empat lembaga dan penulisan artikel, berita di blog, penjaga trek kegiatan riset, serta administrasi kesekretariatan.

Silakan kunjungi http://www.worldsilentday.org/ untuk informasi lebih lengkap tentang Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Dukungan anda untuk world silent day sangat kami harapkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Tanggal 4
Jalan-jalan ke PT Bamboo dan Kul Kul Campus, tindak lanjut dari pembicaraan dengan Chris. Secara umum ... menakjubkan!!! Semua bangunan dan furnitur dibuat dari bambu. Hanya bagian-bagian kecil yang memang tidak bisa diganti, misal toilet (tapi tetap dimodifikasi dengan bambu dan dibuat sebagai composting toilet), kran air, dan kaca jendela. Berbagai tanaman lahan kering juga ditanam di antara lahan seluas sekitar 8 hektar. Secara fisik diterapkan sistem permakultur, termasuk biogas dari kotoran sapi - apinya biru dan besar.

Menurut informasi, lahan-lahan tersebut dikontrak selama 20 tahun. Entah bagaimana bentuk keseluruhannya, yang pasti di dalamnya mengalir aliran sungai Ayung yang airnya direncanakan akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik menggunakan vortex. Satu lagi, entah termasuk bagian dalam atau di luar kawasan, Pura Dalem dan Beji terdapat di sana, di dekat lahan pembibitan ribuan bambu. Posisi Beji menjadi di bawah bangunan baru. Entah karena hal tersebut, atau memang karena saat itu matahari bersinar terik ... ada rasa tidak nyaman berada di sana, rasanya panas dan lembab. Berbeda sekali ketika tiba kembali di Wisnu.

Ada tugas untuk minggu depan ... memberi jawaban untuk Chris, sampai sejauh mana Wisnu bisa membantu atau bekerja sama untuk 'penyebarluasan bibit'. Secara ilmu lingkungan memang sangat menarik, namun harus disesuaikan dengan sumberdaya yang ada di Wisnu, terutama orang. Harus dipikirkan lagi dengan SWOT.

Satu hal lagi: terima kasih banyak untuk Bli Putu. Lewat cerita kangin kauh, muncul kalimat "bambu hitam di Bali Tengah harus tetap ada dan dijaga karena mencegah masuknya berbagai virus internasional". Kelanjutannya adalah, kalau bambu hitam hilang dari Bali Tengah akan ada 'bencana' beruntun. Ada banyak interpretasi yang bisa dikontkestualkan dengan teks tersebut. Dan mungkin akan sangat berguna untuk melihat Pelaga dan aqua dari sisi yang berbeda. Tulisan detil tentang hal tersebut sedang dibuat.

Tanggal 9
Kunjungan 17 orang pemerintahan Taiwan, jam 09.30-11.20. Dalam rangka ingin mengetahui gerakan NGO di Bali yang berhubungan dengan kepariwisataan dan lingkungan. Diawali dengan perkenalan beberapa peserta, selain dari pemerintahan ada juga peserta yang berasal dari NGO namun tetap mendapat dukungan dari pemerintah. Dilanjutkan dengan presentasi tentang Wisnu, sejak awal berdiri sampai rencana program tahun 2012, dan JED terutama kegiatan ekowisata di empat desa. Pak Suar berbahasa Indonesia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Taiwan oleh VIP (rasanya sedikit tidak nyambung). Pada sesi diskusi menjadi lebih menarik, ketika salah seorang dari rombongan menjadi penterjemah dari bahasa Inggris ke Taiwan. Rasanya jauh lebih baik.

Cinderamata dari Taiwan: dua kit dalam tas berisi brosur dan DVD tentang pariwisata di Penghu, dan satu keramik wine yang katanya berkadar alkohol 50%! Sebagai gantinya, kopi Pelaga dan wine salak Sibetan serta DVD JED untuk mereka. Kunjungan diakhiri dengan foto bersama ...


Tanggal 11
Kunjungan ke Pelaga (Pak Suar dan Denik). Agenda utama adalah membicarakan desain kemasan kopi dengan WKP dan banjar Kiadan. Kemungkinan nama kopinya akan berubah menjadi 'ijobang' yang diambil dari nama ayam aduan. Menurut orang-orang Pelaga, ayam aduan jenis ini selalu menang ketika bertanding, bahkan ketika adu ayam dilakukan di luar desa. Ayam jenis ini yang kemungkinan nantinya dijadikan icon desa karena kalau kopi ada di mana-mana. Bantuan mesin juga sudah didatangkan, saat ini masih berada di Wisnu.

Hal lain yang dibicarakan adalah aqua. Akankah terus berlanjut? Ketakutan masyarakat adalah ketika mereka tidak menerima proyek tersebut, proyek akan dilakukan di tempat lain padahal selama ini mereka yang melakukan pemeliharaan lingkungan namun 'tidak mendapat apa-apa'. Tepat seperti yang diperkirakan Pak Suar, bahwa politik adu domba masih sering diterapkan di Indonesia yang katanya sudah merdeka. Perjuangan masih sangat panjang, terutama untuk mengubah pola pikir 'saat ini' menjadi 'masa depan'.

Tanggal 13
Rapat JED di Wisnu. Tidak semua pemilik bisa hadir karena alasan 'iju'. Hanya hadir Sibetan, Pelaga, Wisnu. Beberapa hal yang perlu disepakati:
  • Badan hukum JED adalah koperasi sekunder. Jika setuju, maka maksimat tanggal 27 September harus mengumpulkan akte koperasi, nama anggota, dan struktur kepengurusan
  • Hubungan eksternal JED, jika hanya menyangkut hal teknis dimandatkan kepada Wisnu, kecuali untuk masalah substansial harus berdasarkan rapat JED
  • Setiap orang yang dimandatkan untuk memberikan jasa konsultan atau berhubungan dengan pihak lain diwajibkan memberikan laporan singkat kegiatan dan pengalaman yang didapat
Tanggal 15
Rapat internal Wisnu tentang rencana kegiatan 'peneliti muda desa'. Program ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman dan rasa kepedulian anak muda atas potensi wilayah yang dimiliki dan pengelolaannya. Tekstualisasi konsep besar akan dibuat oleh Bli Wayan Dirgayusa berdasarkan hasil rapat, proposal awal, dan proposal besar 2007-2012.

Tanggal 16
Buka Puasa Bersama tim Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Diawali dengan ngabuburit: rapat kolaborasi yang membicarakan hal kesekretariatan, kampanye, dan riset. Beberapa kesepakatan yang diambil:
  • Tim SC (Hira, Suar, Agung, Panji, Catur) akan diketuai oleh Hira Jhamtani sekaligus sebagai representatif di tingkat internasional dan Agung di tingkat lokal. Pelaksana: Lisa, Siska, Diah
  • Kampanye: 15 Oktober 2008 (laporan publik, launching website, informasi Global Day of Action, ajakan World Silent Day), bekerja sama dengan media TV dan radio, kolaborasi mengikuti UNFCCC di Poznan Polandia diwakili Agung, membuat kit dan memperbaiki website
  • World Silent Day tanggal 21 Maret 2009 akan dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan barang elektonik selama 6 jam (10.00-16.00)
  • Survey awal untuk riset akan dilakukan 21-22 Maret 2008 di Nusa Ceningan serta riset lainnya untuk update data dan informasi WSD
Tanggal 17
Menghadiri upacara kematian di Sibetan. Turut berduka cita atas meninggalnya ayahanda Pak Suparta, kepala dusun Dukuh Sibetan.

Tanggal 19
Pernikahan I Botak, Tenganan. Selamat menempuh hidup baru. Sayang ketika tiba di Tenganan, pengantin sudah pergi ke tempat asal pengantin perempuan. Telat menghadiri resepsi pernikahan karena permasalahan mobil. Dan seperti biasa, tetap disuguhi makan siang dengan menu yang selalu sama: sate babi sebesar 'bagong'.

Tanggal 20
Rapat tim kecil kolaborasi, dihadiri Atiek, Hira, Dwi, Agung, Herni di PPLH Bali. Agenda utama adalah set up koordinasi dan komunikasi untuk website dan kesekretariatan. Hal mendesak adalah menata dan mengelola website serta membuat TOR kegiatan 15 Oktober 2008.

Tanggal 23
Demo penolakan RUU APP di Renon, jam 10.00-12.00. Dimulai dari lapangan parkir, berjalan ke kantor DPRD Bali, lanjut ke kantor Gubernur Bali. Pemerintah Daerah dan DPRD Bali menyatakan akan menolak RUU tersebut. Demo dikemas dengan menarik, bukan hanya yel-yel dan spanduk, melainkan juga pentas joget dan lagu rakyat. Berita terkait silakan kunjungi http://jiwamerdeka.blogspot.com/2008_09_14_archive.html.

Jam 3 sore Pak Suar mengikuti rapat di Yayasan Manikaya Kauci tentang "skenario global menjerat pengrajin kecil Bali". Info dan artikel bisa diakses pada http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/09/30/bahan-diskusi-pada-acara-%e2%80%9cskenario-global-menjerat-pengerajin-kecil-bali%e2%80%9d/.

Tanggal 25
Pak Suar menghadiri workshop 'sosialisasi manfaat code of conduct bagi pelaku usaha di Bali' di Bali Garden Hotel.

Tanggal 26
Tenganan, pertemuan dengan anggota KSU Danendra. Ada dua pertemuan yang berbeda namun saling terkait. Jam 17.30 di kantor desa bersama Ian Cunningham dari EWB tentang proyek pendistribusian air bersih. Perlu fasilitasi untuk pertemuan PSAB (Pengelola Sarana Air Bersih) Tenganan terkait dengan peningkatan kapasitas dalam pemahaman 'skenario pilihan dan resiko' rencana pendistribusian air.

Pertemuan lanjutan di tempat yang sama tentang manajemen pengelolaan selip beras yang belum juga berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisis setelah mengenal Tenganan selama hampir 10 tahun dengan berbagai legenda dan cerita di dalamnya, masyarakat Tenganan yang selama ini berperan sebagai petani pemilik sedang mengalami pergolakan untuk coba memulai menjadi juga petani pengelola. Ternyata secara psikologis hal tersebut tidaklah mudah, walaupun hampir semua fasilitas sudah ada di Tenganan. Mudah untuk memilih dan mengatakan,"serahkan saja pengelolaannya pada ahlinya yang memang sudah berpengalaman." Namun jika hal mudah itu dilakukan, apa bedanya Tenganan dengan pemerintah Indonesia yang selalu menyerahkan pengelolaan sumberdaya yang begitu kaya yang dimiliki pada kaum kapitalis profesional yang selalu dianggap ahli dan sangat berpengalaman.

Tanggal 30
Kunjungan Anita Barraud dari Australian Broadcasting Corporation dan Neil Trevithick dari British Broadcasting Corporation ditemani Sonia yang berperan sebagai interpreter. Wawancara Pak Suar tentang kegiatan Wisnu terkait dengan lingkungan, pertanian, dan pemberdayaan masyarakat kaitannya dengan dinamika perpolitikan di Indonesia. Satu hal yang perlu dipelajari: kepraktisan dan ke-profesional-an dalam melakukan wawancara dan merekamnya, termasuk suara-suara alam: burung, babi, ikan.


2008-09-02

Nasib Tomat Wisnu

Terkait dengan cerita sebelumnya tentang tanaman terong di Wisnu, jenis tanaman lain yang diteliti adalah tomat. Kali ini oleh G.A. Fransiska Sri Rahajeng Kusuma Dewi, juga mahasiswa jurusan hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Jenis tomat yang ada di Wisnu adalah tomat apel (Lycopersicon esculentum Mill). Lengkapnya kerajaan Plantae, subkerajaan Tracheobionta, divisi Magnoliphyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Solanales, keluarga Solanaceae, genus Lycopersicum. Buah tomat dapat langsung dimakan, dibuat minuman, sayuran, bahan pewarna, bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan selera makan, terutama bagi penderita anoreksia. Karoten yang terkandung di dalamnya juga dapat menghambat perkembangan sel kanker.

Saat ini ada sekitar 60 tanaman tomat ditanam di atas dua bedeng lahan berdiameter 2,5 meter dan satu bedeng tidak beraturan berukuran sekitar 6 x 2 meter dengan tinggi rata-rata tanaman adalah 1,5 meter. Kondisinya cukup mengenaskan, kurus dan kering di beberapa bagian tanaman. Buah yang dihasilkan juga sedikit dan berukuran lebih kecil dibanding panen sebelumnya. Walaupun bisa mencapai diameter 6,3 cm, namun sebagian sudah mulai matang pada diameter 3,5 cm.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Siska, diketahui bahwa ada beberapa jenis hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman tomat di Wisnu. Kerusakan terbesar (80%) disebabkan oleh Liriomyza sativae Mill atau yang dikenal dengan lalat penggorok daun. Serangga inilah yang menyebabkan buah yang dihasilkan tidak maksimal, lebih sedikit dan berukuran relatif kecil. Serangan paling mencolok terjadi pada fase larva, di mana terlihat adanya korokan pada daun.

Kerusakan kedua (40%) disebabkan oleh Nezara viridula atau stink bug atau kepik hijau sebagai hama sekunder. Kepik hijau menjadikan tomat sebagai inangnya, sehingga menyebabkan perubahan warna khususnya pada daun yang menjadi kuning tidak merata dan akhirnya mengering. Kondisi diperparah oleh serangan Fermisia virgata atau kutu putih walaupun populasinya hanya 10%. Kutu putih tidak menjadikan tomat inangnya, namun populasi telurnya terlihat jelas pada permukaan daun.

Hama keempat adalah Streptopelia chinensis atau burung tekukur. Burung ini mencucuk dan memakan buah tomat pada saat akan matang hingga matang. Serangan burung pada buah yang hampir masak dan masak adalah 90%, sehingga burung tekukur dikatakan sebagai hama primer pada fase masak buah tomat.

Pengendalian hama yang ditawarkan oleh Siska adalah peningkatan sanitasi yang terfokus pada kebersihan tanah dan air, sehingga jalan patogen dan hama untuk menginvasi tanaman dapat dicegah, termasuk juga kebersihan alat mekanis seperti cangkul, arit, skop, dan sepatu. Jaringan tanaman yang mulai terserang sebaiknya dipotong dan dibakar untuk memusnahkan hama.

Sedangkan untuk burung tekukur dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu melindungi buah yang hampir masak dengan kain, plastik tebal atau bahan lain yang sesuai untuk sarungisasi buah tomat. Cara tersebut tidak mengganggu keseimbangan ekologis yang ada dan buah tomat bisa matang dengan baik. Tapi, burung tekukur harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan makanan, mereka masih bisa makan jenis biji-bijian lainnya dan biji-biji rumput.

2008-09-01

Kegiatan keLuar di Bulan Agustus

Tanggal 3
Rapat enam bulanan JED di Sibetan. Sayang yang datang hanya sedikit karena kesibukan upacara. Jadi disepakati rapat diundur sampai 13-14 September. Ada banyak hal yang harus dibicarakan dan disepakati terkait dengan launching JED tanggal 4 Juni lalu di Loloan Restaurant. Berdasarkan laporan dari pengelola JED, tamu yang datang sudah semakin banyak. Bukan hanya menerima dengan senang, melainkan harus dipikirkan juga kesiapan masing-masing desa dan 'dampak' yang akan ditimbulkan.
Tanggal 4-6
Atiek menemani Pak Sadra Tenganan mengikuti konferensi Warisan Otoritarianisme di Kampus Fisip UI Depok. Pak Sadra sebagai salah satu pembicara pada panel Demokrasi dari Bawah. Bahwa demokrasi sudah dilakukan di Tenganan sejak seribu tahun yang lalu dengan semua sistem dan pranata adat serta simbol yang harus dimaknai. Namun sampai kapan Tenganan mampu bertahan, karena desa tersebut merupakan bagian dari sistem pemerintahan di mana orang-orang di dalamnya ber'kuping kima'.
Tanggal 14
Menghadiri peluncuran 'Kapal Village Ecotourism', sekaligus Pak Suar sebagai salah satu pemberi sambutan tentang JED. Kapal sebagai desa transisi sudah siap mengembangkan ekowisata, seperti desa lain di JED. Dalam hal ekowisata ... selalu, makanannya unik dan uenak! Selamat, sukses untuk Desa Kapal.
Tanggal 27
Pak Suar mengikuti Sosialisasi Pengolahan Limbah pada Hotel Berbintang yang diadakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Hasilnya? Harus tanya Pak Suar.
Tanggal 27 juga, Atiek ke PPLH Bali untuk rapat Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Agenda: cari orang untuk sekretariat (dari dulu), web manager, dan koordinator riset. Secara umum sudah ada titik terang. Hal lain adalah rencana 'laporan publik' dan tindak lanjut kegiatan riset.

Tamu yang Berkunjung ke Wisnu di Bulan Agustus

Tanggal 8
Bapak Yosep dari Aqua Mambal dan Ibu Permaningsih (Vice President Corporate Secretary Aqua). Aqua berencana membuka pabrik baru di wilayah Pelaga dengan tidak memanfaatkan air permukaan, melainkan air tanah dalam dengan alasan suplai aqua untuk pemenuhan kebutuhan Bali saat ini tidak mencukupi dan perlu banyak biaya kalau harus mendatangkan dari Jawa. Menurut Ibu Permaningsih, tim aqua sudah melakukan survei lokasi, bertemu masyarakat Pelaga, dan meminta masukan dari Yayasan KEHATI, Jakarta sebagai organisasi lingkungan yang bekerja sama dengan Pelaga. Dan hari itu, meminta pendapat Pak Suar tentang rencana tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu direnungkan:
Idealisme Wisnu dan masyarakat empat desa adalah pengelolaan sumberdaya komunitas secara adil, transparan, dan berkelanjutan;
Kesepakatan bersama yang dibangun adalah melakukan ekowisata atau eco-tourism (economy, ecology, evaluating community oppinion) dalam upaya menuju kemandirian pangan dan energi dari sumberdaya wilayah yang dikelola sendiri serta mengurangi ketergantungan pada pihak luar; Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang artinya melarang adanya penguasaan sumberdaya alam di tangan orang-seorang dalam bentuk monopoli, oligopoli, maupun privatisasi

Tanggal 14 dan 29
Chris Mejeur, warga Australia yang menikah dan tinggal bersama masyarakat Bajau selama 15 tahun. Memutuskan untuk mencoba tinggal di Bali karena anaknya sudah harus bersekolah. Setelah mencari-cari, memutuskan untuk mencoba bersekolah di Kul Kul School, Sibang.

Sampai akhirnya PT Bamboo melalui John Hardy sebagai pemilik usaha dan sekolah tersebut memintanya membantu ‘mendistribusikan bibit bambu kepada masyarakat sekitar’. Alasan ideologisnya adalah PT Bamboo ingin bekerja sama dengan masyarakat sekitar dan mengurangi pencemaran akibat asap truk yang dikeluarkan dari Jawa ke Bali.

Chris sebagai seorang antropolog berpendapat bahwa mendistribusikan bibit bambu bukan sekedar pekerjaan membagi-bagi dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Kemudian ingat Wisnu karena tahun 2005 pernah berkeliling desa JED bersama para antropolog Australia, selain karena masukan dari Ibu Carol Warren, dosen pembimbingnya di Perth. Belum tahu akan seperti apa, rencana terdekat adalah berkunjung ke lokasi dimaksud.

Tanggal 21
Bapak Waldi Nurhamzah dan Ibu, putri mereka Louna, serta Pak Made dan putri kecilnya yang selalu menemani setiap Pak Waldi sekeluarga ke Bali. Beliau sendiri dan keluarga tinggal di Jakarta, sebagai pengasuh rubrik tanya jawab kesehatan anak di tabloid Nova.

Berawal dari kecintaan Pak Waldi sekeluarga terhadap Bali (Louna adalah seorang penari Bali), ketika ke toko buku beliau tertarik dengan buku Simulacra Bali terbitan Insist Press. Dan langsung menghubungi Wisnu via email, sampai akhirnya berjanji pada kunjungan berikutnya ke Bali akan mampir Wisnu.

Terima kasih, Wisnu adalah tempat pertama yang didatangi setelah mendarat di Bali. Jalan-jalan keliling Wisnu: lihat kebun sayur, pinky babi yang mulai menghasilkan biogas, dan menikmati angin carik di bale bengong. Terima kasih juga Pak, untuk oleh-olehnya. Senang sekali mendapat kenalan baru yang mendukung kegiatan Wisnu dan JED.

Tanggal 22 dan 29
Ibu WKP (Wahana Kriya Putri) dan Alex, voluntir dari AYAD menindaklanjuti kerjasama pembuatan kemasan kopi Pelaga. Kemasan yang sudah ada saat ini dianggap kurang eye catching, sehingga perlu dibuat yang baru. Contoh desain dari kemasan yang ada sudah dilampirkan, kemasan akan dibuat berdasarkan contoh-contoh tersebut. Selain itu, WKP juga akan memberikan bantuan mesin penggiling kopi bubuk untuk Kiadan Pelaga.

Tanggal 26 dan 27
Pak Roem Topatimasang bersama teman-teman FASID dari Tokyo (Naomi Okiyama, Rie Yamada, Nagahata Makoto). Survei awal untuk rencana internship tahun depan ke desa JED selama 2 minggu. Selama tujuh tahun ini di bulan Agustus mereka melakukan internship di Makasar untuk mengenal kehidupan masyarakat lokal di Indonesia. Namun karena tahun depan bertepatan dengan bulan puasa, dicari alternatif daerah lain yang tidak berpuasa.

Pak Suar menemani mereka ke Tenganan, Sibetan, dan Pelaga untuk mendapat gambaran tentang desa JED. Tampaknya mereka tertarik, namun tergantung keberlanjutan dana dari pemerintah Jepang. Setelah didiskusikan lebih jauh, tempat yang mungkin dipilih adalah Ceningan supaya para peserta yang berjumlah sekitar 20 orang ter’isolir’ di satu tempat. Tujuan untuk memahami kondisi dan kehidupan masyarakat lokal diharapkan lebih efektif.
Tunggu berita selanjutnya tahun depan.

Tanggal 29-31
Sheila dan mas Basuki dari Yayasan KEHATI, Jakarta. Datang untuk melihat laporan keuangan Program YEEI yang dilakukan Wisnu. Mencocokan antara catatan transaksi harian dengan bukti pemasukan dan pengeluaran. Kunjungan dimanfaatkan juga mencari informasi tentang koperasi dan usaha ekonomi yang dilakukan kelompok di desa. Tidak lupa juga … jalan-jalan di Bali
:))

2008-08-31

Terong Wisnu Terkena Penyakit

Tanaman terong pertama kali di tanam di kebun Wisnu pada akhir Januari 2008. Bibit pertama dibawa oleh mas Tanto dari Yogyakarta. Bukan karena ingin memasukkan gen terong dari luar, namun karena bibit yang dijanjikan sudah pasti organik. Rasanya lebih baik mencoba proses bertani organik dengan bibit yang juga organik.

Saat ini, ada sekitar 60 tanaman terong kopek hijau keputihan setinggi rata-rata satu meter di atas lahan segitiga seluas 7x7,5x2 meter dan berdiameter 3 meter. Rata-rata ada sekitar 2-5 buah dalam satu pohon dengan panjang rata-rata 17 cm dan diameter 4 cm. Buah terung terbesar yang dihasilkan berukuran panjang 23 cm dan diameter 5,1 cm. Hari ini ada 24 buah terung yang dipanen dengan berat 2 kg. Sampai saat ini masih dikonsumsi sendiri oleh warga Wisnu dan keluarganya.

Secara ilmiah, jenis terong yang ada berbahasa Latin Solanum melongena var. serpentinum ini tergolong dalam keluarga Solanaceae genus Solanum. Lengkapnya kerajaan Plantae, kelas Magnolipsida, subkelas Asteridae, dan ordo Solanales. Berdaun hijau besar sekitar 20 cm dan berbunga ungu cantik dengan lima lobus.

Terong, ternyata menurut beberapa sumber berfungsi untuk mendongkrak gairah seksual pria karena efek afrodisiak. Selain itu terong juga berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah kanker karena mengandung monoterpen, memelihara kelangsingan tubuh karena sedikit mengandung kalori, dan untuk mengendalikan stres karena senyawa solanin yang bisa mengendurkan urat-urat saraf dan mempertahankan tekanan darah tidak naik-turun secara drastis. Penyakit lain seperti wasir, rematik, batuk, penyakit kulit, dan raja singa bisa disembukan dengan sayuran ini.

Kondisi tanaman terong di Wisnu saat ini tidak cukup baik karena terkena jamur Phytophthora parasitica. Hal tersebut diketahui menurut penelitian yang dilakukan I Gede Arda Pradipta, mahasiswa jurusan hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana selama dua bulan di Wisnu. Ciri-cirinya adalah permukaan kulit buah terdapat bercak coklat kebasahan. Awalnya kecil dan berwarna coklat, lama-kelamaan menyebar ke seluruh permukaan tubuh buah dan berwarna hitam gelap.

Pada buah yang busuk terdapat spora berwarna putih dari patogen jamur. Diperkirakan cendawan masuk melalui lubang alami atau luka yang disebabkan oleh gigitan serangga atau alat pertanian dan berkembang biak dalam daging buah. Jamur tersebut memiliki sporangium berbentuk jorong sampai agak bulat dan mempunyai dua bulu cambuk (flagela). Jamur jenis ini merupakan jamur tanah yang dapat bertahan lama di dalam tanah yang mengandung bahan organik, terutama disebarkan oleh aliran air hujan dan air pengairan.

Namun menurut hasil pengamatan kasat mata oleh tim Wisnu, buah yang dihasilkan memang ada yang berbercak coklat, namun tidak sampai menghitam dan menyebar ke seluruh kulit permukaan. Selain itu, menurut “Keeping the Balance: Alternatif Pengendalian Hama” terbitan PAN Indonesia tahun 2001, layu jamur dicirikan dengan batang dan daun berubah menjadi kuning dan kering mulai dari ujung batang dekat tanah. Sementara, berdasarkan pengamatan batang dan daun yang menguning berada di bagian atas tanaman. Jadi kemungkinan terserang layu bakteri.

Secara ideal masih perlu dilakukan penelitian secara lanjut. Namun untuk sementara, pencegahan baik akibat jamur atau bakteri dapat dilakukan dengan memperbaiki pH tanah menjadi netral. Dan yang pasti memelihara tanaman terong dengan penyiraman dan pemberian kascing secara rutin karena kenyataannya tanaman yang ada selama ini belum terpelihara dengan baik. Hasilnya masih kecil-kecil ... Kita coba untuk musim tanam selanjutnya.