2008-09-01

Tamu yang Berkunjung ke Wisnu di Bulan Agustus

Tanggal 8
Bapak Yosep dari Aqua Mambal dan Ibu Permaningsih (Vice President Corporate Secretary Aqua). Aqua berencana membuka pabrik baru di wilayah Pelaga dengan tidak memanfaatkan air permukaan, melainkan air tanah dalam dengan alasan suplai aqua untuk pemenuhan kebutuhan Bali saat ini tidak mencukupi dan perlu banyak biaya kalau harus mendatangkan dari Jawa. Menurut Ibu Permaningsih, tim aqua sudah melakukan survei lokasi, bertemu masyarakat Pelaga, dan meminta masukan dari Yayasan KEHATI, Jakarta sebagai organisasi lingkungan yang bekerja sama dengan Pelaga. Dan hari itu, meminta pendapat Pak Suar tentang rencana tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu direnungkan:
Idealisme Wisnu dan masyarakat empat desa adalah pengelolaan sumberdaya komunitas secara adil, transparan, dan berkelanjutan;
Kesepakatan bersama yang dibangun adalah melakukan ekowisata atau eco-tourism (economy, ecology, evaluating community oppinion) dalam upaya menuju kemandirian pangan dan energi dari sumberdaya wilayah yang dikelola sendiri serta mengurangi ketergantungan pada pihak luar; Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang artinya melarang adanya penguasaan sumberdaya alam di tangan orang-seorang dalam bentuk monopoli, oligopoli, maupun privatisasi

Tanggal 14 dan 29
Chris Mejeur, warga Australia yang menikah dan tinggal bersama masyarakat Bajau selama 15 tahun. Memutuskan untuk mencoba tinggal di Bali karena anaknya sudah harus bersekolah. Setelah mencari-cari, memutuskan untuk mencoba bersekolah di Kul Kul School, Sibang.

Sampai akhirnya PT Bamboo melalui John Hardy sebagai pemilik usaha dan sekolah tersebut memintanya membantu ‘mendistribusikan bibit bambu kepada masyarakat sekitar’. Alasan ideologisnya adalah PT Bamboo ingin bekerja sama dengan masyarakat sekitar dan mengurangi pencemaran akibat asap truk yang dikeluarkan dari Jawa ke Bali.

Chris sebagai seorang antropolog berpendapat bahwa mendistribusikan bibit bambu bukan sekedar pekerjaan membagi-bagi dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Kemudian ingat Wisnu karena tahun 2005 pernah berkeliling desa JED bersama para antropolog Australia, selain karena masukan dari Ibu Carol Warren, dosen pembimbingnya di Perth. Belum tahu akan seperti apa, rencana terdekat adalah berkunjung ke lokasi dimaksud.

Tanggal 21
Bapak Waldi Nurhamzah dan Ibu, putri mereka Louna, serta Pak Made dan putri kecilnya yang selalu menemani setiap Pak Waldi sekeluarga ke Bali. Beliau sendiri dan keluarga tinggal di Jakarta, sebagai pengasuh rubrik tanya jawab kesehatan anak di tabloid Nova.

Berawal dari kecintaan Pak Waldi sekeluarga terhadap Bali (Louna adalah seorang penari Bali), ketika ke toko buku beliau tertarik dengan buku Simulacra Bali terbitan Insist Press. Dan langsung menghubungi Wisnu via email, sampai akhirnya berjanji pada kunjungan berikutnya ke Bali akan mampir Wisnu.

Terima kasih, Wisnu adalah tempat pertama yang didatangi setelah mendarat di Bali. Jalan-jalan keliling Wisnu: lihat kebun sayur, pinky babi yang mulai menghasilkan biogas, dan menikmati angin carik di bale bengong. Terima kasih juga Pak, untuk oleh-olehnya. Senang sekali mendapat kenalan baru yang mendukung kegiatan Wisnu dan JED.

Tanggal 22 dan 29
Ibu WKP (Wahana Kriya Putri) dan Alex, voluntir dari AYAD menindaklanjuti kerjasama pembuatan kemasan kopi Pelaga. Kemasan yang sudah ada saat ini dianggap kurang eye catching, sehingga perlu dibuat yang baru. Contoh desain dari kemasan yang ada sudah dilampirkan, kemasan akan dibuat berdasarkan contoh-contoh tersebut. Selain itu, WKP juga akan memberikan bantuan mesin penggiling kopi bubuk untuk Kiadan Pelaga.

Tanggal 26 dan 27
Pak Roem Topatimasang bersama teman-teman FASID dari Tokyo (Naomi Okiyama, Rie Yamada, Nagahata Makoto). Survei awal untuk rencana internship tahun depan ke desa JED selama 2 minggu. Selama tujuh tahun ini di bulan Agustus mereka melakukan internship di Makasar untuk mengenal kehidupan masyarakat lokal di Indonesia. Namun karena tahun depan bertepatan dengan bulan puasa, dicari alternatif daerah lain yang tidak berpuasa.

Pak Suar menemani mereka ke Tenganan, Sibetan, dan Pelaga untuk mendapat gambaran tentang desa JED. Tampaknya mereka tertarik, namun tergantung keberlanjutan dana dari pemerintah Jepang. Setelah didiskusikan lebih jauh, tempat yang mungkin dipilih adalah Ceningan supaya para peserta yang berjumlah sekitar 20 orang ter’isolir’ di satu tempat. Tujuan untuk memahami kondisi dan kehidupan masyarakat lokal diharapkan lebih efektif.
Tunggu berita selanjutnya tahun depan.

Tanggal 29-31
Sheila dan mas Basuki dari Yayasan KEHATI, Jakarta. Datang untuk melihat laporan keuangan Program YEEI yang dilakukan Wisnu. Mencocokan antara catatan transaksi harian dengan bukti pemasukan dan pengeluaran. Kunjungan dimanfaatkan juga mencari informasi tentang koperasi dan usaha ekonomi yang dilakukan kelompok di desa. Tidak lupa juga … jalan-jalan di Bali
:))

Tidak ada komentar: