2008-12-05

Jogja ... Jawa Baru

Setelah 12 hari menjadi panitia untuk kegiatan CO Course 2008 SEAPCP, kami memutuskan untuk cuti bersama ke Jogja ... sekaligus menghadiri undangan dan membuat rencana program.

Terbang dari Bali tanggal 24 Nopember 2008 jam 06.20 bersama Lion: Pak Suar, Bu Suati, Galang, Binar, Atiek, Denik. Tiba di Jogja langsung meluncur ke Matakayu. Ada keinginan untuk membeli segala jenis furnitur berbentuk unik yang dicat beraneka warna, membuat ruang terkesan 'cheerful'. Setelah melihat telur kodok di kebun yang sedang kurang terawat, gudeg jogja sudah menunggu untuk disantap. Terima kasih ... terima kasih untuk mobil yang boleh dipinjam selama kami di Jogja.

Kami memutuskan untuk menginap di Wisma Talenta III, Blimbingsari. Setelah menyusun rencana perjalanan, istirahat sebentar. Sebelum bertemu dengan Mas Pujo dan Pak Laksono di Antro UGM, kami berencana untuk berkeliling Malioboro. Tapi setelah sampai di sana harus berbelok arah, harus bertemu dengan Pak Mahmudi di LPTP. di tengah jalan hujan deras. Ngobrol tentang pengolahan limbah dengan digester. Salah satu rencana ke depan adalah mengolah limbah kotoran sapi di Pelaga untuk dijadikan bio gas. Obrolan dilanjutkan ke gedung Antro UGM, bertemu mas Pujo. Rencana disambut baik ... mas Pujo bersedia membantu sebagai 'dosen tamu' untuk para peneliti muda desa. Satu hal: banyak orang yang melakukan tapa (sekolah), namun tidak semua berhasil mempunyai taksu. Pak Laksono di PSAP (Pusat Studi Asia Pasifik) juga memberi tanggapan yang sama. PR setelah pulang: menyelesaikan konsep peneliti muda desa dan mengirimkan ke beliau berdua. Malamnya: makan malam di bebek goreng H. Saleh dan mampir ke Social Agency membeli beberapa buku.

Tanggal 25. Tour kampung: ke rumah mas Tanto di desa Caturharjo dan mbak Ardi di ... (apa ya namanya?). Wow! Asli desa: bersih, segar, hijau, sejuk. Jalan-jalan ke sawah, menyeberangi satu sungai kecil, bertemu luwing raksasa dan melihat orang menangkap lele. Lanjut keliling kebun organik ditemani lagu-lagu Iwan Abdulrachman. Belajar mengawinkan bunga timun, mencicipi buah markisa, minta beberapa bibit tanaman. Begitu juga di rumah mbak Ardi: cari-cari bibit yang bisa dibawa. Informasi dari mas Bimo, "dua bedeng tanaman tumpang sari bisa memenuhi kebutuhan harian 5 KK untuk sayur" Ada banyak pupuk cair organik di sana.

Lanjut ke kraton Jogja, keliling naik becak. Pertama, coba masuk ke 'ringin kembar'. Semua bisa masuk! Galang yang langsung bisa masuk pada percobaan pertama, yang lain harus 2 kali atau lebih untuk mencoba. Kedua, ke tempat pelukis pak Suhardi, membeli satu lukisan kereta kencana. Ketiga, keliling kraton Jogja tempo doeloe. Menakjubkan! Antara pola bangunan dan filosofi saling mendukung, ilmu higenitas dan ergonomis sudah diterapkan. Jika dibandingkan dengan bangunan jaman sekarang: tidak bisa dibandingkan! Kami juga diajak melihat taman sari dari balik tembok, dan melihat gunung merapi-laut selatan dari atas bangunan kerajaan yang sudah runtuh. Masih, tidak semua orang bisa menghargai bangunan tua. Keempat, mampir sebentar ke dagadu. Kelima, kembali ke halaman kraton saat ini. Semua mengesankan ... sayang pertama: baterai kamera habis, sayang kedua: makan malamnya terlalu tidak mengesankan, mie jawa di Bakmi Kadin. Rasanya terlalu banyak MSG.

Hari ketiga. Seminar di Sanatha Dharma, kampus III di ring road, tentang pemanfaatan potensi lokal dan pembangunan teknologi. Pak Suar diminta sebagai pembicara, tentang pengelolaan sumberdaya komunitas. Pembicara lain adalah Pak Lukiyanto dan Ibu Tri Mumpuni. Tidak perlu cerita banyak, seminar seperti biasa pada umumnya seminar. Sempat makan bakso Bethesda. Mampir sebentar ke Malioboro naik andong ke Mirota Batik, sebelum ke rumah mbak Putu. Dion sudah besar, dan senang ngomong atau nyanyi. Susu mbok Darmi ...

Hari keempat: tour candi - Candi Borobudur, Candi Rejo, Candi Prambanan. Indonesia hebat sekali. Teknik bercerita bukan hanya secara oral atau tulisan, tapi juga dengan cara memahat jutaan batu menjadi rangkaian sebuah cerita. Sungguh ... tidak bisa dibandingkan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Sempat praktek menyapu karena tertarik dengan sapu yang digunakan di Borobudur. Sempat juga praktek menggiling kopi dan menumbuk padi dengan cara tradisional di Galeri Unik dan Antik juga di Borobudur. Khusus di Candi Rejo, naik sepeda dan naik delman. Menyenangkan sekali ...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Ini pak suhardi pelukis yg di taman sari?
Saya beli lukisan kereta kencana nya, katanya jodoh sama lukisannya, banyak org kesana niat mau beli tapi lagi gk ada lukisannya. Nggk tiap hari pak hardi bikin lukisan itu, harus ijin dulu sama Sri Sultan katanya.