2009-02-13

Riset Asik di Lembongan


Akhirnya gagasan tersebut terimplementasikan. Dua puluh anak lebih bisa dilibatkan dalam kegiatan pengumpulan data di wilayah mereka sendiri. Kegiatan dilakukan sebagai bagian dari upaya menghadapai dampak pemanasan global dan perubahan iklim di pulau kecil Lembongan dan Ceningan. Langkah awal yang dirasa sangat penting adalah mengetahui kondisi fisik, biologi, dan sosial budaya pulau mereka, baik potensi maupun masalahnya.

Kegiatan yang digagas oleh Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim tersebut mengajak guru dan siswa SMK Pariwisata di Lembongan melalui kelompok pramuka yang ada. Karena data yang harus dikumpulkan terbagi dalam tiga 'wilayah hidup', maka siswa pramuka yang terlibat kemudian juga menyepakati bahwa kelompok dibagi tiga sesuai kewilayahan tersebut: fisik, biologi, sosial budaya.

Pertemuan pada hari I, 31 Jan 2009 diawali dengan permainan 'kejepit' ... rasanya ini adalah permainan yang sering dimainkan di PPLH Bali. Entah mengapa Herni memilih permainan ini, dan yang 'kejepit' harus menyanyikan 'Garuda Pancasila' dan 'Padamu Negeri' secara bersamaan. Begitulah ... dan permainan tersebut bisa mencairkan suasana. Sayang Agung tidak memasukkan dirinya ke dalam lingkaran. Mungkin dia berpikir kalau dia harus selalu menjaga citra dirinya.

Setelah bermain, menyepakati data apa saja yang harus dikumpulkan. Sebagian besar dilakukan dengan metode wawancara, sehingga setiap kelompok dibekali dengan satu alat perekam. Jadi pada hari itu juga setiap kelompok belajar cara menggunakan alat tersebut. Selain itu, khusus untuk kelompok fisik, mereka harus menyiapkan alat yang akan digunakan untuk mengukur tinggi muka air laut.

Hari II, 1 Feb 2009. Setiap kelompok berlatih mengumpulkan data dengan cara wawancara. Masing-masing satu kelompok mewawancarai satu orang. Ternyata hasilnya menyenangkan! Menurut pendapat beberapa siswa, mereka mendapatkan banyak informasi baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Misalnya, ternyata ada banyak jenis tari Sanghyang yang sudah tidak lagi ditarikan di Lembongan. Katanya, karena sulit menemukan regenerasi.

Hasil lengkap nantinya akan dianalisis, untuk kemudian dibuat menjadi rencana aksi dalam menghadapi dampak pemanasan global di pulau kecil. Rencananya pengumpulan data akan dilakukan selama 4-6 bulan ke depan. Sukses selalu!!!

Satu hal yang sangat unik: silakan lihat foto di bawah. Fenomena ini kami temukan di pantai Sanur, ketika kami pulang dari Lembongan.

2009-02-04

Recycle Party Wins Neighborhood's Vote

From the massive billboard looming over the Pengubengan Kauh banjar (traditional neighborhood organization) community center in Denpasar, one might think that another political party has been added to the existing 36 in Bali.

Splashed across the billboard for the Partai Daur Ulang (literally: Recycle Party) or PDU, is the slogan: "Cleanliness and Health are the right and obligation of everyone. Join me and keep Pengubengan Kauh clean by recycling."

The man pictured on the banner - standing in the tough-man-power pose so common among legislative candidates - is the Recycle Party's founder, Wayan Budiasa or Alex.

An environmentalist party in Indonesia? Well, not really.

"The billboard is just to grab attention," Alex said.

"Bali has a major waste problem. There has never been proper waste management program on the island."

Partai Daur Ulang is the official name, agreed upon by the residents of Pengubengan Kauh, of a recently launched, community-driven recycling program in the area.

Beginning this month, 125 families will separate their household waste into organic and nonorganic, using bins they have provided themselves.

"The residents have been asked to sort out their own trash," said I Nengah Suwirya, the chief of Banjar Pengubengan Kauh.

"Things that can be recycled will be turned into fertilizer and recycled paper."

The separated waste will then be managed by Alex and his friend Made Sueca.

Once every two weeks, Alex will pick up the trash from the residents' homes and take it for resorting. Nonrecyclable trash will be thrown into the Suwung central dumping site in southern Denpasar.

"The PDU is not a joke," Alex said. "We want to make sure that waste is handled professionally by the residents."

Alex formed the PDU because of his concerns about Bali's waste problem. He then established a partnership with the Wisnu foundation, an environmental NGO located in Pengubengan Kauh.

For years, Wisnu has pioneered programs aimed at creating community-based waste management systems across Bali. The foundation is now supervising and advising Alex's program.

Alex said the program was still at the testing and analysis stage; the volume of trash produced by the area is being studied. This information will then be used to benchmark how much he will charge the residents.

The program should be self-sufficient by February.

Made Puriati, an environmental activist from the Wisnu foundation, which advocates community-run waste management, praised Alex's effort.

"This is a good implementation of *the law* on waste management," Puriati said.

"Pengubengan Kauh can be independent and even make a profit from managing their own waste."

According to data from the Wisnu foundation, residents of Denpasar and Badung alone produce 800 cubic meters of trash everyday, not counting industrial waste.

"This is equal to a stack of trash eight acres in area and one meter high," she said.

The two areas are struggling to handle the illegal dumping of trash across their nooks and crannies.

Meanwhile, as part of a renewed environmental effort, the Bali government has begun operating a power plant that runs on waste residue in Suwung.

The Jakarta Post, Thu 01/22/2009

Luh De Suryani, Contributor, Denpasar

2009-02-02

Workshop Pendidikan Politik


Kali ini Wisnu mengadakan Workshop 'Identifikasi Isu Komunitas' dan Pelatihan untuk Pelatih. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pelaksanaan program "Pendidikan Politik Pemilih sebagai Upaya Memperjuangkan Aspirasi Rakyat Pemilih terhadap Calon Legislatif (DPRD II, DPRD I, DPRD, dan DPD), kerjasama dengan Yayasan TIFA. Kegiatan dilakukan pada tanggal 24-25 Januari 2009 diikuti lebih dari 20 orang, terdiri dari calon legislatif dan masyarakat pemilih dari kabupaten-kabupaten di Bali.

Pertemuan difasilitasi oleh Wak Karyo dari Solo. Materi yang dibahas adalah masukan dari beberapa narasumber, yaitu Pak Kojeng dari KPU, Pak Alit sebagai orang yang pernah dijadikan staf ahli dalam keanggotaan dewan, dan beberapa calon legislatif (Gung Tri - DPR RI, Putu - DPRD I, Bu Anin - DPRD II).

Hasil pertemuan adalah membuat rencana aksi:
  • Mendesak KPU untuk melakukan sosialisasi substansial pemilu
  • Menguatkan aliansi LSM untuk mendukung gerakan pendidikan politik masyarakat
  • Menawarkan rencana strategis tim pertemuan kepada lembaga yang 'capable'
  • Melakukan replikasi gerakan pendidikan politik di tingkat kelompok masyarakat
  • Melakukan kerjasama pendidikan politik dengan media massa