2008-09-02

Nasib Tomat Wisnu

Terkait dengan cerita sebelumnya tentang tanaman terong di Wisnu, jenis tanaman lain yang diteliti adalah tomat. Kali ini oleh G.A. Fransiska Sri Rahajeng Kusuma Dewi, juga mahasiswa jurusan hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Jenis tomat yang ada di Wisnu adalah tomat apel (Lycopersicon esculentum Mill). Lengkapnya kerajaan Plantae, subkerajaan Tracheobionta, divisi Magnoliphyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Solanales, keluarga Solanaceae, genus Lycopersicum. Buah tomat dapat langsung dimakan, dibuat minuman, sayuran, bahan pewarna, bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan selera makan, terutama bagi penderita anoreksia. Karoten yang terkandung di dalamnya juga dapat menghambat perkembangan sel kanker.

Saat ini ada sekitar 60 tanaman tomat ditanam di atas dua bedeng lahan berdiameter 2,5 meter dan satu bedeng tidak beraturan berukuran sekitar 6 x 2 meter dengan tinggi rata-rata tanaman adalah 1,5 meter. Kondisinya cukup mengenaskan, kurus dan kering di beberapa bagian tanaman. Buah yang dihasilkan juga sedikit dan berukuran lebih kecil dibanding panen sebelumnya. Walaupun bisa mencapai diameter 6,3 cm, namun sebagian sudah mulai matang pada diameter 3,5 cm.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Siska, diketahui bahwa ada beberapa jenis hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman tomat di Wisnu. Kerusakan terbesar (80%) disebabkan oleh Liriomyza sativae Mill atau yang dikenal dengan lalat penggorok daun. Serangga inilah yang menyebabkan buah yang dihasilkan tidak maksimal, lebih sedikit dan berukuran relatif kecil. Serangan paling mencolok terjadi pada fase larva, di mana terlihat adanya korokan pada daun.

Kerusakan kedua (40%) disebabkan oleh Nezara viridula atau stink bug atau kepik hijau sebagai hama sekunder. Kepik hijau menjadikan tomat sebagai inangnya, sehingga menyebabkan perubahan warna khususnya pada daun yang menjadi kuning tidak merata dan akhirnya mengering. Kondisi diperparah oleh serangan Fermisia virgata atau kutu putih walaupun populasinya hanya 10%. Kutu putih tidak menjadikan tomat inangnya, namun populasi telurnya terlihat jelas pada permukaan daun.

Hama keempat adalah Streptopelia chinensis atau burung tekukur. Burung ini mencucuk dan memakan buah tomat pada saat akan matang hingga matang. Serangan burung pada buah yang hampir masak dan masak adalah 90%, sehingga burung tekukur dikatakan sebagai hama primer pada fase masak buah tomat.

Pengendalian hama yang ditawarkan oleh Siska adalah peningkatan sanitasi yang terfokus pada kebersihan tanah dan air, sehingga jalan patogen dan hama untuk menginvasi tanaman dapat dicegah, termasuk juga kebersihan alat mekanis seperti cangkul, arit, skop, dan sepatu. Jaringan tanaman yang mulai terserang sebaiknya dipotong dan dibakar untuk memusnahkan hama.

Sedangkan untuk burung tekukur dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu melindungi buah yang hampir masak dengan kain, plastik tebal atau bahan lain yang sesuai untuk sarungisasi buah tomat. Cara tersebut tidak mengganggu keseimbangan ekologis yang ada dan buah tomat bisa matang dengan baik. Tapi, burung tekukur harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan makanan, mereka masih bisa makan jenis biji-bijian lainnya dan biji-biji rumput.

Tidak ada komentar: