2009-07-31

Tiga Kegiatan "Masa Depan" di Bulan Juli

Masa depan menanti ...

24 Juli 2009 - Fasilitasi Pelatihan Ekowisata untuk Wakatobi
Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko. Empat pulau di Sulawesi Tenggara. Sekelompok masyarakat yang ada di empat pulau tersebut sepakat untuk mengembangkan ekowisata di daerahnya masing-masing ... bukan sekedar menjadi pemandu wisata. Pelatihan dilakukan di kantor Taman Nasional Bali Barat, diikuti 20 orang dari keempat pulau dan 5 orang dari Taman Nasional di Wakatobi. Tanggal 26-nya mereka mengunjungi Nusa Ceningan untuk melihat ekowisata yang dikembangkan di sana.

29 Juli 2009 - Pertemuan Informal Ekowisata
Membuat standar sendiri ... mengapa tidak? Bali harus mempunyai standar wisata eko yang berdasarkan nilai lokal. Kultur dan ekologi menjadi satu hal yang sangat penting, bukan hanya fisik. Pak Gede Ardika sangat mendukung dan mempunyai pemikiran yang sama tentang hal itu. Pemuteran memberikan energi untuk mewujudkan hal tersebut.

30 Juli 2009 - Rembug RTRWP Masyarakat Sipil
Keruangan Bali harus dijaga bersama, salah satunya melalui pembuatan RTRWP yang mengakomodir kebutuhan masyarakat yang selama ini termarjinalkan. Sistem nilai dalam kultur yang selama ini hidup namun kadang dilupakan, harus dijadikan roh yang menghidupi RTRWP. Belajar dari Tenganan Pegringsingan, yang keberadaannya sudah ada sejak 1000 tahun lalu. Salah satu awig yang harus ditaati, "... tidak boleh barang siapapun orang desa itu menggadaikan atau menjual sawah, tegalan, pekarangan ..."

2009-07-10

Jadi Koki Cilik

Lagi-lagi ... Fun Sun_Day. Kali ini di hari Kamis, 9 Juli 2009.
Pesertanya: Gadis, Diah, Luhtu, Binar, Kadek, Anggi, Amanda, Dimas, Yoni, Ega, Agus, Budi, Ade Rai, dan Vianna ... dari TK sampai SMP.

Olahraga dulu sebelum mulai menjadi koki, supaya segar dan ototnya lentur. Setelah itu, memilih menu. Ada 3 menu yang ditawarkan, yaitu paket sayur sup, paket gado-gado, dan paket plecing kangkung. Ternyata ada 7 anak yang memilih paket plecing kangkung. Maka semua sepakat untuk memasak plecing kangkung, ayam goreng, tempe tepung goreng, nasi putih, dan es buah. Peserta dibagi 4 kelompok: kelompok kangkung, ayam, nasi, dan buah.

Siap-siap ke pasar untuk membeli semua bahan, ke pasar Taman Sari di Kerobokan. Sebelum ke pasar, peserta berdiskusi dulu:
  1. Mengapa kita belajar memasak? Jawabannya adalah: supaya bisa mandiri, bisa masak sendiri, supaya makanan yang dimasak sehat, supaya bisa menghargai orang yang memasak (ibu, nenek, pembantu ... ternyata yang biasa memasak adalah perempuan)
  2. Makanan seperti apa yang sehat? Jawabannya: yang tidak mengandung pengawet, tidak mengandung pewarna, tidak pakai mecin, tidak disuntik ... dan mereka sepakat untuk mengurangi makan ayam goreng "kentucky" karena ayamnya disuntik, "McD" karena termasuk junk food atau makanan sampah, dan "cicki2an" karena banyak MSG
Tiap kelompok dibagi 2 kantung plastik untuk membawa hasil belanjaan, supaya jumlah plastik dari pasar bisa dikurangi. Tugas tiap kelompok adalah berbelanja sesuai kebutuhan kelompoknya. Misal kelompok kangkung harus membeli kangkung, lombok, tomat, dan bawang marah-bawang putih. Mereka juga harus menawar untuk barang yang akan dibeli. Kelompok ayam yang paling jago menawar ... dari 45 ribu bisa menjadi 40 ribu per ekor.



Selanjutnya ... memasak, lagi-lagi sesuai kelompoknya. Hebat! Tidak ada satu anakpun yang terluka karena pisau ... semua aman terkendali. Semua saling bantu, sehingga bisa selesai tepat sebelum jam makan siang.





Kelompok yang paling cepat selesai adalah kelompok buah. Jadi, sebelum makan siang bersama dimulai karena menunggu nasi matang, es buah sudah habis! Dan ketika nasinya matang, semua makan banyak. Makan ... makan ... semua habis tak tersisa. Hari ini sudah makan sehat: nasi, sayur, lauk, dan es buah yang manis. Nyam!!!





Terakhir, seperti biasa ... menggambar dan menceritakan pengalaman hari ini, juga membagi sertifikat. Klik, klik! Foto bersama tiap kelompok. Setelah itu ... main petak umpet!





Catatan menarik:
  1. Amanda sudah membawa resep membuat spagheti, sayur asem, dan sambel (dan membuat sendiri sambel ala Amanda)
  2. Vianna sering memasak pasta di rumahnya
  3. Luhtu dan Binar punya hobi memasak
  4. Yoni sudah berlatih memotong tomat di rumah
  5. Budi dan Pan Go punya hobi yang sama: makan

2009-07-04

Yang Tertinggal di Bulan Juni 2009

Bedah Buku Simulacra Bali di Mitra Bali

Dalam rangka memperingati hari Lingkungan Hidup, tanggal 5 Juni 2009, Mitra Bali bersama para penulis, aktivis, pebisnis, dan pegawai pemerintah melakukan bedah buku. Kali ini buku yang dibedah adalah Simulacra Bali: Ambiguitas Tradisionalisasi Orang Bali yang ditulis Ambarwati Kurnianigsih, si keluarga Wisnu yang baru pertama kali menerbitkan buku.

Acara berjalan cukup santai, dimoderatori Kadek Lisa dari Forum Frade Trade Indonesia, pengalaman pertama menjadi moderator. Anak muda juga dilibatkan sebagai pembedah: AA. Gde Putra lulusan sosiologi dari Taman 65 dan Komang Adiartha yang biasanya berperan sebagai desainer di Mitra Bali. Keduanya juga baru pertama kali menjadi pembedah buku.

Menarik. Sebagian peserta yang hadir adalah penulis yang karyanya ada dalam daftar pustaka buku Simulacra Bali. Adrian Vickers, Michael Picard, dan Degung Santikarma. Wow! Hadir juga Ibu Dayu Mas, Pak Arwata, Anton Bali Blogger, Ngurah Karyadi, dan yang pasti keluarga kecil Wisnu. Masing-masing mempunyai pandangan atas 'kehidupan' yang terjadi di Bali, masing-masing juga memberikan kritik atas 'simulacra Bali'.

Jadi ... mari kita menulis buku untuk menyampaikan pemikiran kita, untuk menceritakan setiap proses kehidupan yang kita jalani. Kesamaan persepsi tidak perlu dipaksakan, namun hal terpenting adalah setiap persepsi dapat memperkaya pikir, rasa, dan laku setiap orang.



2009-07-02

Berkenalan dengan Burung

Hari Sabtu ... hari matahari ...

Kali ini Fun Sun_Day bersama Pan Godogan diisi dengan kegiatan bertema burung. Ada 9 anak yang ikut serta :
  • Koming yang sudah datang sejak jam 7.30
  • Whitney, datang diantar ayahnya
  • Vianna yang cantik dan malu-malu
  • Amanda, Dimas dan Angga dijemput Pan Go
  • De Rai yang sudah berani sendiri
  • Anggi, pakai baju pink
  • Yoni, yang terbangun tengah malam karena tidak sabar mau ke Wisnu
Pan Go kali ini ditemani oleh Om Wayan Dirga, si ahli burung. Datang jauh-jauh dari Bandung untuk ikut bermain bersama para pengamat burung cilik. Ternyata beberapa jenis burung diberi nama sesuai dengan suaranya. Seperti si hitam "wak .. wak ..." dinamakan goak , "kur ... kur ..." dinamakan tekukur, dan si kecil "prit ... prit ..." dinamakan perit. Ada juga yang diberi nama karena kebiasaannya, seperti burung hantu yang selalu keluar di malam hari.

Supaya lebih jelas, ke-9 pecinta burung cilik diajak mengunjungi pasar burung Satria. Ada banyak jenis burung yang dijual di sana, seperti burung kaca mata, nuri, gelatik, bahkan burung kepodang yang dijadikan maskot fauna propinsi Jawa Tengah. Ada juga burung irena yang sangat cantik, bulunya berwarna biru dan hitam dan matanya berwarna merah. Tapi, jalak bali sebagai maskot fauna Bali tidak ada di sana karena jumlahnya sudah sangat sedikit.



Selain bertanya kepada Om Wayan, mereka juga bertanya pada penjual burung. Ada burung yang didatangkan dari daerah-daerah di Bali, ada juga yang dari luar Bali. Burung-burung itu ditempatkan dalam sangkar dan diberi makan. Ada yang satu sangkar hanya diisi satu burung, namun ada juga yang jumlahnya puluhan. Ruang hidup mereka sempit sekali. Pastinya juga, mereka tidak bisa terbang dari satu pohon ke pohon lainnya.

Kehidupan burung-burung yang ada di pasar burung kemudian dibandingkan dengan burung yang terbang bebas di alam. Namun sebelumnya, sop-tempe-tahu-perkedel jagung-nasi organik sudah menunggu. Lapar dan haus ... ada jus jambu biji dan bubur kacang hijau juga. Para pengamat burung makan lahap dan banyak. Hanya sedikit makanan yang tersisa.



Setelah makan, mewarnai gambar burung. Masih ingatkah warna burung yang dilihat sebelumnya di pasar burung? Hmm ... ada yang berwana biru, kuning, merah, hijau, ungu, atau gabungan antara warna-warna tersebut. Semuanya cantik, dan bisa dipajang di rumah.



Akhirnya ... datang juga saat yang ditunggu-tunggu. Melihat burung di alam bebas menggunakan teropong. Sebelumnya, teropong harus dicocokan dulu dengan mata kita supaya burung bisa terlihat jelas dan mata tidak cepat lelah. Karena teropongnya hanya ada 5, peserta dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama: Vianna, Amanda, De Rai, Angga, dan Anggi. Waktu mereka melihat burung, kelompok kedua (Koming, Dimas, Whitney, Yoni) main tebak-tebakan gambar burung.

Menurut para pengamat tersebut, ada banyak burung di sekitar kantor Wisnu. Koming melihat lebih dari 10 burung, sementara Amanda, "banyak ... nggak bisa dihitung". Dan Yoni, "hmm ...he-eh" sambil menunjukkan kesepuluh jarinya.





Mengapa Tuhan menciptakan burung? Karena burung mempunyai peran dalam keseimbangan dan keberlanjutan kehidupan. Salah satu fungsi penting burung adalah, mereka ikut berperan dalam proses penyerbukan tanaman. Artinya, beberapa jenis tanaman bisa bertambah banyak jumlahnya karena bantuan burung, mereka membantu penyatuan antara benang sari dan putik bunga. Artinya lagi, mereka harus terbang dari satu bunga ke bunga yang lain.

Selesai sudah, semua anak mendapat sertifikat, dan foto bersama ... klik!!!