2012-03-31

Pohon WSD untuk Bayi 21 Maret

Setelah lewat jam 14.00, tim WSD kembali melakukan ritual pemberian pohon untuk bayi yang lahir pada 21 Maret. Kali ini ada 12 pohon yang disiapkan:

Pohon pinang, cempaka, sawo kecik, untuk mereka yang lahir di RS Puri Bunda, Denpasar.





Pohon srikaya untuk keluarga tim WSD: Satori yang lahir 10 Maret 2012. Selamat datang ... ikuti terus jejak ayah bundamu ya nak.



Juga, pohon cempaka untuk keluarga WSD yang lain, lahir tanggal 26 Maret. Selamat datang juga Veda kecil ...


2012-03-29

Ada Apa Saja di Denpasar?

Melewatkan 10.00-14.00 di 21 Maret 2012 dengan Dokar

Tuk tik tak tik
tuk tik tak tik

tuk tik tak tik tuk ...

Tuk tik tak tik
tuk tik tak
Suara sepatu kuda ...

World Silent Day kali ini 'dirayakan' dengan unik. Berkeliling kota Denpasar naik dokar, sambil membuat peta hijau. Selain tidak menimbulkan emisi karbon, naik delman istimewa juga mengingatkan kita pada satu sisi lain dampak 'pembangunan'. Ternyata, ada sekelompok orang yang termarjinalkan oleh kedatangan kendaraan bermotor: Pak Kusir.

Pak Nyoman, sudah berprofesi sebagai kusir sejak tahun 1963, setelah Gunung Agung meletus. Ketika itu, selain sepeda, dokar adalah kendaraan utama di Denpasar. Dokar mengalami kejayaan sampai 1980-an. Ada sekitar 150 armada dokar di seluruh kota. Memasuki 1990, jumlah armada mulai mengalami penurunan. Dokar menguasai jalan raya bersamaan dengan ojek dan bemo sebagai kendaraan umum. Semakin lama jumlah dokar semakin menurun ... terutama ketika motor bisa dibeli dengan sangat mudah dan murah. Saat ini jumlahnya tidak sampai 60 dokar di seluruh kota.

Saat ini jarang sekali orang Denpasar mau naik dokar - hanya orang tua, atau ada pesanan keliling kota mengantar anak sekolah atau turis. Namun bukan hanya itu yang menyebabkan jumlah dokar semakin menurun. Rumput untuk pakan kuda juga sudah semakin sulit didapat. Lahan yang dulunya ditumbuhi rumput, sudah berganti dengan bangunan. Sementara kalau harus beli dedak sangat sulit karena tidak ada pendapatan dari penumpang. Dan, sama seperti petani, profesi sebagai kusir tidak disukai oleh anak muda. Sebagian besar kusir yang ada adalah orang-orang tua. Ada anak muda, tetapi orang Jawa atau Lombok.

Empat jam bersama Pak Kusir dan kudanya yang sudah berumur 50 tahun ... jalur yang dilalui seperti garis merah pada gambar berikut, dimulai dari dan berakhir pada titik kuning, Jl. Kartini-Jl. Gajah Mada:


Apa saja yang bisa dilihat di Denpasar?



1. Bale bengong - sebelum mulai berangkat dari Jl. Kartini, foto dulu!
2. Pasar kecil, juga di Jl. Kartini







3. Museum Bali - ada Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan di depan museum. Ada pohon kamboja tua yang sangat artistik, dan di sebelahnya ada patung Budha. Nah, di salah satu pintu penghubung, ada patung perempuan yang mungkin umurnya sama dengan Museum Bali: 110 tahun! Hmmm ... udara sangat segar karena banyak pohon besar.





4. Penikmat jalan raya:
- Anak-anak senang melihat dokar ... "mau ikut dik?"
- Rambut dicat dan kuku berkutek ... keingingan anak atau orang tua ya?
- "Helm adik mana, Pak? Panas ..."



5. Air di jalan raya - ada pipis kuda dan genangan air ... padahal tidak hujan.



6. Lagi ... POHON BESAR! Dan, ada yang memanfaatkan batangnya untuk mengikatkan tali spanduk "usir segala yang jahat". Selain pohon, sungai di Denpasar juga terjaga ... tertata rapi dan tidak ada sampah. Hebat!!!



7. Kehidupan selalu diwarnai dengan dua hal yang berbeda dan mungkin memang saling melengkapi ... plastik! Jika barang-barang yang terbuat dari plastik dikeluarkan dari dalam rumah kita, seberapa kosong ya isi rumah kita?

Ternyata Denpasar adalah kota yang masih cukup indah. Apalagi jika jalan raya tidak terlalu dipadati kendaraan bermotor. Suatu saat, mungkin ... akan ada satu jalur di Denpasar yang hanya boleh dilalui oleh dokar, sepeda, dan pejalan kaki. Hmmm ... !!!

Program Bali Peduli

Pemberdayaan untuk Memperoleh Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya bagi Komunitas Miskin dan Terpinggirkan, merupakan program untuk memberdayakan komunitas miskin dan terpinggirkan bisa memperoleh akses dan kontrol terhadap sumberdaya ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pemberdayaan ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran kultural masyarakat dalam upaya mengurangi kemiskinan struktural dua kelompok masyarakat di Bali, yaitu Banjar Pengubengan Kauh dan Desa Adat Lembongan.

Program ini dilakukan sejak Nopember 2011, dan akan berakhir pada April 2012. Secara umum, program ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran kultural kelompok masyarakat marjinal. Langkah utama yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan kemakmuran kultural satu kelompok masyarakat adalah:

Langkah 1. Mengenal dan memahami sumberdaya desa, terutama potensi yang selama ini dipinggirkan.
  • Pengenalan dan pemahaman atas potensi sumberdaya desa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat memetakan sumberdaya dan masalah yang ada. Selanjutnya, masyarakat diajak untuk membuat perencanaan, bagaimana mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
  • Peran aktif kelompok sasaran sangat dibutuhkan dalam kegiatan ini. Ketidakaktifan atau kekurangaktifan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kemiskinan struktural kelompok tersebut, terutama dalam hal kemiskinan terhadap akses sumberdaya politik, sosial dan budaya.


Langkah 2. Melakukan pelatihan atas bidang usaha yang sudah ditetapkan dalam perencanaan
Pelatihan ditujukan untuk memperkenalkan dan memahami bidang usaha yang akan dikembangkan. Bidang usaha ditetapkan berdasarkan urutan sumberdaya potensial, terutama sumberdaya yang belum dikelola secara optimal. Pelatihan ini dapat dilakukan beberapa kali karena bersifat teknis.


Langkah 3. Melakukan pelatihan manajemen usaha atas bidang usaha yang akan dikembangkan
Manajemen usaha penting untuk bisa mengelola bidang usaha secara berkelanjutan. Hal-hal yang penting untuk disepakati adalah rencana produksi dan pemanfaatan hasil produksi, serta analisis dampak usaha bagi masyarakat dan lingkungan.



Langkah 4. Pelatihan pengelolaan kelompok usaha
  • Pelatihan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan manajemen usaha, yaitu menekankan pada pengelolaan atau manajemen kelompok. Sebisa mungkin, pelatihan ini menghasilkan Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga kelompok, sebagai dasar pijakan pelaksanaan usaha.
  • Anggaran Dasar Kelompok mencantumkan hal-hal seperti nama dan alamat kelompok, tujuan pendirian, keanggotaan, organisasi dan pengelolaan, tugas dan pertanggungjawaban pengurus, pengambilan keputusan, permodalan, kegiatan usaha, ketentuan pinjaman modal, pengelolaan keuangan, sisa hasil usaha, dan pembubaran kelompok.

Hal terpenting yang perlu dilakukan sebelum melakukan keempat pelatihan adalah sosialisasi program kepada seluruh masyarakat desa atau banjar tempatan. Hal ini ditujukan untuk menghindari adanya kecurigaan dan konflik yang mungkin timbul akibat kecurigaan yang ada. Namun, kegiatan sosialisasi juga bisa dilakukan di antara pelatihan-pelatihan yang direncanakan berdasarkan pertimbangan tertentu. Misalnya, kelompok masyarakat sasaran ingin membuktikan terlebih dulu bentuk nyata rencana program. Hal ini muncul akibat hubungan sosial yang kurang seimbang selama ini antara kelompok sasaran dengan anggota masyarakat lainnya, terutama dengan pemimpin lokal.

Kegiatan lanjutan yang juga perlu adalah monitoring dan evaluasi atas kegiatan yang sudah dilakukan. Hal ini penting untuk menilai keberhasilan program, yaitu meningkatkan kemakmuran kultural dan struktural kelompok masyarakat sasaran, dalam hal akses dan kontrol terhadap sumberdaya ekonomi, politik, sosial dan budaya.