2011-09-20

Lika-liku Implementasi SVLK di Bali

"Dua tamu langganan saya sudah tidak pernah muncul karena mereka menanyakan sertifikat legal. ... Sebagai pengrajin kecil, saya masih merasa sulit mencari sertifikat legal. Selain karena biayanya mahal - sekitar 4.000 euro, saya juga harus menyapkan tempat kerja yang sesuai standar ... Modal tidak cukup untuk menyiapkan semuanya."

Penyiapan pengelola hutan rakyat dan industri kecil untuk memenuhi semua persyaratan administratif dan sistem produksi yang dipersyaratkan dalam Sistem Verifikasi Legalitas Kayu ternyata membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang sedikit lebih panjang. Dukungan dari pemerintah daerah berupa kemudahan birokrasi perizinan dan dukungan infrastruktur kebijakan masih juga dibutuhkan.

Catatan pembelajaran dari aktivitas selama lima bulan ini diharapkan dapat memberikan gambaran lengkap atas berbagai hal tersebut, dan dapat menjadi pengingat bagi para pihak yang terkait untuk segera bergerak dan bertindak, untuk mendukung usaha kecil masyarakat dalam pengembangan hutan skala kecil serta industri furnitur dan kera jinan berbahan baku kayu lainnya.

"Kami sebenarnya sudah melakukan pengelolaan hutan lestari, jika diartikan sebagai segala bentuk pengelolaan hutan dan hasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara-cara tradisional ... Kekurangan kami adalah tidak melakukan pencatatan apapun setelah kami melakukan penanaman dan pemanenan."
_______________________

BALIWOOD BALIGOOD: Lika-liku Implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu di Bali
Penerbit: WIsnu Press
Penyunting: Atiek Kurnianingsih
ISBN: 978-979-97156-5-4
106 halaman, 15 x 21 cm
Harga: Rp 55.000,00
Hubungi: Denik Puriati (08990144896)

2011-09-19

BALIISME



Tidak lama lagi, hanya sepuluh tahun ke depan, yaitu pada tahun 2020 kesepakatan semua negara di dunia untuk menjalankan agenda pasar bebas resemi diberlakukan. Saat ini, ketika kesepakatan tersebut belum resmi diberlakukan, Bali telah merasakan dampaknya. Kepantingan pasarlah yang mengatur perdagangan dunia.

Apakah agenda pasar bebas yang meletakkan manusia individual sebagai sebjeknya dan alam sebagai objek bersifat materialism yang eksploitatif akan mampu menjaga keberlanjutan kehidupan dan menyejahterakan umat manusia?


________________________

Penulis:
  • I Made Suarnatha
  • I Ketut Sumarta
  • IBM. Dharma Palguna
  • AA. Ngurah Made Arwata
  • Atiek Kurnianingsih
  • Wayan P. Windia

Penerbit: Wisnu Press
200 halaman, 14,8x21 cm
ISBN: 978-979-97156-4-7
Harga: Rp 27.000,00
Hubungi: Denik Puriati (08990144896)

2011-09-15

Sarasehan Pangan Sehat


Rabu, 8 Juni 2011 - Sarasehan Pangan Sehat

Kimpul, mushroom chips, tortila, emping garut, kerupuk ganyong, rengginang ... juga berbagai macam kue kering. Abon, susu, kecap juga ada. Semua tertata di atas meja, di Warung Beten Gatep. Hampir sama dengan barang-barang yang ada di pasar atau swalayan. Bedanya, semua yang ditata adalah makanan yang terbuat dari bahan-bahan organik, serta bebas zat pengawet dan pewarna. Bahkan, di antaranya ada yang tidak mengandung gluten.

Gluten adalah protein lengket dan elastis yang terkandung di dalam beberapa jenis serealia, terutama gandum, jewawut (barley), rye, dan sedikit dalam oats. Jadi, gluten ada dalam roti, biskuit, pasta, sereal sarapan (breakfast cereal), mi, dan semua jenis makanan yang terbuat dari tepung terigu. Dalam proses pembuatan roti, gluten bermanfaat untuk mengikat dan membuat adonan menjadi elastis sehingga mudah dibentuk.



Bagi mereka yang sensitif terhadap gluten, mengkonsumsi gluten dapat menimbulkan efek buruk, seperti alergi dan penyakit seliak (coeliac disease). Termasuk, anak autistik disarankan untuk menjauhi gluten dan kasein (protein yang terkandung dalam susu). Kedua protein ini dianggap sebagai racun karena tubuh autistik tidak menghasilkan enzim yang dapat mencerna gluten dan kasein - sehingga dapat mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas, serta menimbulkan gangguan perilaku.

Hal itulah yang mendorong Ibu Christien Ismuranty memproduksi produk-produk KAINARA, ketika Kay - anak ketiganya diketahui autistik. Tidak ada makanan yang tersedia di pasar atau swalayan, bisa dipilih dan 'aman' untuk Kay. Setelah mengkonsumsi makanan pabrik, Kay cenderung berperilaku sangat aktif. Sementara, Kay juga memerlukan makanan yang bisa 'memanjakan' lidahnya. Bukan hanya Kay, ada anak lain yang juga mengalami hal serupa ...

Makanan 'alami' dan bervariasi

You are what you eat ...jadi, bukan hanya bagi autistik, kita juga harus memilih apa yang kita makan. Semakin alami dan bervariasi, semakin baik untuk tubuh kita:
  1. Masing-masing warna alami pada makanan, seperti merah pada tomat, hijau pada brokoli, dan kuning pada kunyit mempunyai fungsinya masing-masing ... jadi semakin banyak warna alami makanan yang kita konsumsi, semakin bagus untuk kesehatan
  2. Makanan segar, apalagi yang baru dipetik mengandung berbagai zat dan vitamin yang masih utuh. Sangat bijaksana jika kita mau menanam sendiri, paling tidak mengkonsumsi makanan lokal (bukan impor)
  3. Tubuh membutuhkan banyak variasi makanan, termasuk sumber karbohidrat. Nasi putih bukan satu-satunya sumber karbohidrat, bisa juga didapat dari nasi merah. Selain itu, Indonesia juga dikarunia dengan beraneka macam umbi yang kaya karbohidrat dan bebas gluten

Dan ... akan semakin sempurna jika kita bisa memilih dan memakan makanan organik. Saat ini, makanan organik masih agak sulit ditemui dan harganya masih lebih tinggi dibanding yang tidak organik. Maka, pilihan bijaknya adalah menanam sendiri sayuran yang kita makan. Demikian yang disampaikan Ibu Hira Jhamtani, memperkuat cerita Ibu Christien. Ibu Hira ketika itu membawa lontong singkong buatan sendiri. Singkong diparut, dicampur sagu, bungkus daun pisang, kukus. Bisa membuat banyak sekaligus, disimpan dalam lemari es. Kalau mau makan, hanya perlu dipanggang sebentar.

Ajakan tambahan dari Ibu Hira:
  1. Tubuh yang sehat berasal dari semua yang sehat. Jadi, sebisa mungkin hindari MSG, zat pengawet, pewarna buatan, dan zat kimia lainnya
  2. Bisa karena biasa. Salah satunya, biasakan untuk mengkonsumsi makanan sehat dan segar yang bukan buatan pabrik
  3. Salah satu dampak perubahan iklim adalah hasil panen yang menurun, termasuk padi. Salah satu cara beradaptasi terhadap hal tersebut adalah mengkombinasikan sumber karbohidrat, antara nasi dengan umbi karena umbi terbukti lebih tahan terhadap perubahan iklim dibanding padi


Sarasehan ditutup dengan pemutaran film "Dilarang Makan Sampah". Film menceritakan tentang kondisi satu desa di Sulawesi. Hampir semua anak-anak sekolah dasar di desa tersebut mengkonsumsi "sampah" setiap hari, yaitu makanan ringan yang banyak mengandung zat pengawet, perasa, dan pewarna kimia. Kandungan dalam makanan tersebut secara perlahan akan meracuni tubuh. Padahal, desa tersebut mempunyai beragam makanan sehat. Maka, mari kita mulai makan makanan sehat ... seperti makan siang saat sarasehan selesai: pepes jamur, belut goreng, tempe bacem, sayur urap, jukut undis, dan nasi sela. Nyam ... !!!