2009-01-29

Jalan-jalan ke Tamblingan

Kali ini merupakan perjalanan kedua, 22 Januari 2009 bersama teman-teman Walhi Bali (Agung, Dekgus, Yoga) dan Bu Suati. Perjalanan pertama dilakukan pada tanggal 9 Desember 2008, hanya Atiek dan Denik. Tapi ketika itu belum sempat diceritakan. Padahal perjalanannya sedikit menegangkan karena salah memilih jalan. Bukan lewat Munduk, melainkan jalan menuju Gobleg yang kecil, curam, dan berliku. Wow!

Perjalanan ke Tamblingan terkait dengan kerja sama penelitian dengan Dr. Carol Warren tentang Catur Desa. Penelitian ditujukan untuk mendalami pengertian tentang filsafat dan kepercayaan terhadap lingkungan serta sikap umum terhadap proyek pembangunan (khususnya TWA Buyan dan Geothermal Bedugul) di kawasan suci Catur Desa Tamblingan dan sekitarnya. Tujuan kedua dari penelitian adalah mengetrahui struktur adat Catur Desa, peranan pengrajeg, pemangku pura dan tokoh adat/agama/dinas dalam proses merespon proyek pembangunan. Penelitian juga bertujuan mengetahui sejauh mana pandangan mereka yang mewakili pandangan umum masyarakat mengenai isu-isu tersebut.

Ada banyak hal yang sangat menarik, terutama tentang Catur Desa yang merupakan desa tua di Bali. Adat dan upacara yang dilakukan sedikit berbeda dengan Bali pada umumnya. Demikian halnya dengan keberadaan Pengrajeg Ida Manca Warna yang mempunyai beberapa peran dalam pelaksanaan upacara desa. Temuan-temuan tersebut akan dituliskan secara khusus dalam artikel.

Kali ini hanya ingin menceritakan perjalanan menarik ke Tamblingan. Bertemu beberapa tokoh penting: ketua BPD, Kepala Desa, Pengrajeg Ida Manca Warna, dan wakil Klian Adat Desa Pekraman Tamblingan yang baru memekarkan diri. Selain banyak informasi yang didapat, hal menarik adalah melihat kupu-kupu barong di rumah Pak Semen. Ternyata setelah menjadi kupu-kupu dari kepompong, dalam waktu 3 jam mereka sudah besar dan bisa langsung melakukan perkawinan. Dalam hitungan menit, sayap kupu-kupu yang awalnya lemas ketika keluar dari kepompong, sudah menjadi keras dan tampak jelas kecepatan pertumbuhannya. Sayangnya umur hidup mereka hanya sekitar 10 hari ... Tapi ada banyak telur yang dihasilkan dari perkawinannya.

2009-01-28

Audit Keuangan Wisnu

Keuangan Wisnu, khususnya untuk Program Regenerasi Pengelola Ekowisata diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Paul Hadiwinata, Hidajat dan Rekan. Hal tersebut terkait dengan audit yang sedang dilakukan di Yayasan KEHATI, di mana sebagai bagian dari tahapan audit tersebut auditor memilih beberapa mitra KEHATI untuk diaudit sebagai sample proyek. Yayasan Wisnu adalah lembaga yang dipilih oleh auditor. Selain dari Yayasan KEHATI, pendanaan program juga didapat dari IYF (International Youth Foundation) melalui IBL (Indonesia Business Links).

Audit dilaksanakan pada tanggal 19-21 Januari 2009 oleh auditor Yohanes Joesoef. Hari I dan II dilakukan di kantor Wisnu untuk mencocokan antara rencana anggaran, laporan keuangan dan bukti-bukti pengeluarannya. Hari III dilanjutkan dengan kunjungan ke Tenganan Pegringsingan dan Dukuh Sibetan untuk melihat aktiva tetap yang dibeli kaitannya dengan program.



Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa data yang harus disiapkan:
- Akta pendirian
- Laporan keuangan terkait dengan program
- Laporan penggunaan dana per bulan
- Bukti-bukti pendukung
- Kontrak kerja karyawan terkait dengan program
- Kontrak sewa kantor
- Daftar aktiva tetap
- Laporan keuangan dan bukti kontribusi Wisnu pada program
- Kebijakan internal mengenai sistem keuangan dan akuntansi
- Laporan narasi kegiatan program

Maka berdasarkan audit yang dilakukan, ada satu pos pengeluaran dalam salah satu kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana anggaran. Karena pelaksana kegiatan berasumsi bahwa jumlah yang harus dikeluarkan sama dengan kegiatan lainnya, mungkin ketidaktelitian terjadi ketika membuat proposal. Selain itu ada satu bukti yang tidak bisa ditemukan yang mungkin terjatuh karena pada audit yang sudah dilakukan sebelumnya bukti tersebut sudah ada. Hal penting lain adalah kontrak pada pihak terlibat tidak lengkap, terutama untuk kegiatan yang dibiayai KEHATI. Ketika awal kegiatan, hanya pihak IBL yang mengingatkan untuk membuat kontrak kerja, sehingga tidak dilakukan untuk pendanaan KEHATI.

Begitulah ... perlu kedetilan dan ketelitian dalam pelaporan keuangan. Belajar banyak dari hasil audit. Berdasarkan hasil temuan tersebut, apakah keuangan Wisnu sudah bisa dikatakan akuntable?

2009-01-17

Silaturahmi: Coba Paket WET


"Hari ini kami tidak jadi ke Tenganan atas saran Pak Gede karena hujan". SMS dari Pak Waldi, 29 Desember 2008.

Rencana Pak Waldi untuk mencoba paket JED ke Tenganan sudah muncul pada kunjungan pertama ke Wisnu pada 21 Agustus 2008. Sampai akhirnya di hari Natal Pak Waldi sekeluarga memutuskan untuk benar-benar mencobanya pada tanggal 29 Desember. Namun apa mau dikata, mungkin memang belum waktunya untuk berkunjung ke Tenganan. Hari itu dan satu hari sebelumnya hujan lebat mengguyur Bali. Akan tidak nyaman beraktivitas di dalam hutan Tenganan ... jalan setapak di dalamnya pasti sangat licin.

Perkenalan kami dengan Pak Waldi, Bu Yani, Louna, juga Pak Made dan Ayu kecil diawali dari buku 'Simulacra Bali'. Mungkin itu sebabnya Tenganan menjadi pilihan untuk mencoba paket JED karena Simulacra Bali bercerita tentang ambiguitas antara tradisionalisasi dan modernisasi orang Bali melalui 'jendela' Tenganan.

Jadi, untuk menutupi kekecewaaan, paket WET - Wisnu Eco Tour bisa jadi pilihan. Sehari setelah tahun baru, ngobrol di kantor Wisnu.

Juga makan siang di antara hamparan sawah organik Wisnu. Nyam! Sederhana ... tapi dijamin sehat. Nasi dari beras lokal jenis somali yang diperlakukan secara organik, sayur yang dipetik di kebun sendiri, ditambah tahu dan ayam. Kalau dua lauk yang terakhir, pasti tidak organik karena dibeli di swalayan.

Sebagai bagian dari kegiatan ber-eco tour adalah foto di tengah sawah. Waduh! Sandal Louna nyemplung ke sawah ...

Maka datanglah Pak Suar sebagai penyelamat sandal Louna.

Sebetulnya Ibu Yani juga mengalami kejadian yang hampir sama dengan Louna, tapi tidak ada buktinya :)) Sebagai bagian akhir dari sebuah perjalanan ... mengembalikan semua perlengkapan yang digunakan untuk makan ke kantor Wisnu. Terima kasih untuk semuanya.

Komentara dari Pak Waldi, "Sungguh perjalanan akhir tahun yang amat berkesan dan memperkaya batin kami, khususnya bincang-bincang dengan Pak Suar yang energetik dan kreatif". Istilah Pak Waldi: ngangeni ... Baiklah! Kami tunggu kedatangan selanjutnya.

2009-01-06

Kids Kecak Dance di Akhir Tahun 2008


Setelah mengalami pertempuran sengit, dibantu Laksama, Jatayu, dan Hanoman, akhirnya Rama berhasil mengalahkan Rahwana, merebut Sinta ... sebelum matahari terbenam. Cerita berakhir bahagia dan semua penonton bertepuk tangan ... ikut berbahagia bersama Rama, Sinta, Rahwana, Laksmana, Jatayu, Hanoman, Kijang Emas, dan 'pemusik' kecak ... berterima kasih untuk tahun 2008 yang sudah dilewati.

Kecak dan sendratari Ramayana memang sudah pernah dipentaskan ratusan bahkan ribuan kali. Namun kali ini Sanggar tari anak Br. Pengubengan Kauh, Loloan Restaurant, dan Yayasan Wisnu mencoba mementaskan sesuatu yang berbeda: KECAK ANAK. Sebagian besar peserta adalah siswa SD dan SMP, ditambah beberapa siswa SMA. "Melepas matahari terakhir tahun 2008" di pantai Petitenget adalah pementasan pertama yang dilakukan. Harapannya ... akan ada pementasan-pementasan selanjutnya.


Sebelum pementasan Kecak sebagai puncak acara, rangkaian pementasan diawali dengan tari Puspanjali dan tari Nelayan. Semua penarinya adalah siswa SD. Tidak ada banyak kata yang bisa disampaikan ... fantastik!!! Lihat saja foto-fotonya ... ketika mereka berlatih, persiapan untuk pentas, dan pementasannya. Lihat juga ekspresi dan antusias para penontonnya.