2008-12-27

FUN SUNDAY ... Belajar Jadi Petani


Minggu, 21 Desember 2008
Kembali ... bersenang-senang di hari Minggu bersama Pan Godogan di tengah sinar matahari. Kali ini 15 anak mencoba untuk menjadi petani, belajar menanam bibit bayam dan kacang panjang di kebun, juga tanaman padi di sawah.

Rencananya acara dimulai jam 8 pagi, tapi ternyata mundur 15 menit karena Pan Godogan telat datang padahal hampir semua peserta datang tepat waktu. Ada Salsa, Obith, Aldi, Shafira, Kharis, Laras, Amanda, Dimas, Whitney, Budi, Ade Rai, Binar, Tita ... ditambah Bani dan Rancak. Sebagian ada yang sudah pernah mengikuti Fun Sunday, tapi ada juga yang baru pertama kali.

Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pohon, hujan, dan tanah. Permainan pertama adalah menyebutkan fungsi dari nama kelompoknya. Contohnya: fungsi pohon adalah menjaga tanah supaya tidak longsor, fungsi hujan untuk melembabkan tanah sehingga pohon tumbuh subur, dan fungsi tanah sebagai tempat hidup pohon.

Setelah itu ... melihat dan memberi makan sapi, juga melihat kompos kascing yang dibuat dari kotoran sapi. Ternyata cacing yang memakan kotoran sapi tersebut sudah besar-besar. Kompos ini nanti akan digunakan saat berkebun. Setiap kelompok mendapat satu bedeng untuk ditanami. Dimulai dengan membuat lubang, memberi kompos, dan menanam bibit sayuran. Ada bibit bayam cabut, bayam petik, dan kacang panjang. Karena tanahnya masih lembab tersiram hujan, bibit yang sudah ditanam tidak lagi disiram.

Lanjut ... ke sawah! Pertama, bagaimana cara mencabut bibit dari lahan semaiannya? Kakek Papi ahlinya. Bibit padi yang sudah tumbuh setinggi sekitar 20 cm diambil dari lahan semaian, kemudian lumpurnya dibersihkan di air sawah. Sebelum ditanam, bibit tanaman harus dijejerkan di tangan untuk memudahkan pengambilan. Selanjutnya, tanam 2-3 bibit ke dalam sawah berlumpur. Jangan lupa ... sambil berjalan mundur ...

"Wow! Ternyata susah juga ... tapi senang sekali!!!" Begitu kata Obith. Saking senangnya, walaupun sudah mencuci kaki dan tangannya setelah menanam padi, Obith kembali turun berlumpur untuk bergabung lagi dengan teman-teman lain yang masih berendam di lumpur.

Lapar ... semua mau makan kudapan. Kali ini ada agar-agar, kripik daun, dan kacang rebus. Minumannya es teh-gula jawa-jeruk nipis dan es sere. Sudah habis semua, lanjut memancing ikan di kolam. Rasanya hampir semua anak dapat ikan karena ada banyak ikan yang sudah cukup besar. Cacing ... awalnya memang katanya jijik waktu ditunjukkan di tempat kompos, tapi akhirnya semua memasang cacing di kailnya masing-masing sebagai umpan.

Dan akhirnya, makan siang dengan nasi organik. Semua makan dengan lahap ... hap ... hap!!! Semua pintar dan berhak mendapat sertifikat, juga banyak hadiah lainnya.

SELAMAT BERLIBUR!!!

2008-12-08

Program YEEI: Mencoba Memulai Regenerasi


Program YEEI (Youth Employment and Entrepreneurship Iniatiative) berakhir sudah. Kerja sama program antara USAID melalui program IYF (International Youth Foundation) yang di Indonesia dilakukan oleh IBL (Indonesia Business Links) melalui YEEI program dengan Yayasan KEHATI, Jakarta dan Accor Group ini berlangsung selama satu tahun. Program difokuskan pada upaya melakukan regenerasi pengelola ekowisata di empat desa, yaitu Dukuh Sibetan dan Tenganan Pegringsingan di Karangasem, Kiadan Pelaga di Badung, dan Nusa Ceningan di Klungkung.

Kegiatan ekowisata sebagai kemasan program pengelolaan sumberdaya komunitas sudah dilakukan sejak tahun 2000 di empat wilayah (Dukuh Sibetan, Tenganan Pegringsingan, Kiadan Pelaga, Nusa Ceningan). Keempat wilayah tersebut bersama Yayasan Wisnu pada akhirnya sepakat untuk membentuk satu jaringan kerja sama yang dinamakan Jaringan Ekowisata Desa (JED). Pembentukan jaringan ini dimaksud untuk memperkuat kerja sama antar desa untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan mengelola lingkungan masing-masing wilayah melalui kesepakatan masyarakatnya.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan, terutama untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kapasitas anak muda dalam hal teknis pengelolaan ekowisata. Program diawali dengan persiapan dan pembuatan desain program antara Wisnu dengan KEHATI-IBL, Wisnu dengan tim Accor di Bali, serta Wisnu dengan masyarakat empat desa. Maka kegiatan yang disepakati untuk dilakukan adalah:

1. Training pemahaman prinsip ekowisata, difasilitasi Bapak Wayan Dirgayusa dan Bapak Made Suarnatha. Melalui kegiatan ini terbentuk pemahaman yang sama antar peserta pelatihan tentang konsep ekowisata serta perbedaannya dengan pariwisata massal, muncul kesepakatan di antara anak muda untuk terlibat dalam kegiatan ekowisata di desanya masing-masing. Kegiatan ini dilanjutkan dengan melakukan pertemuan informal untuk lebih memahami ekowisata dan JED.


2. Pelatihan pemandu lokal, difasilitasi oleh Bapak Putu Alit dan Bapak Made Suarnatha. Hasilnya, ada pemahaman yang sama tentang alur dan etika memandu wisatawan, kesepakatan di antara anak muda untuk melakukan identifikasi potensi desa sebagai satu cara memahami wilayahnya sebagai syarat menjadi pemandu lokal, serta sepakat untuk berlatih memandu dengan pemandu senior ketika ada wisatawan yang berkunjung ke desa.


3. Pelatihan pengolahan dan penyajian makanan dan minuman, difasilitasi tim Accor (Accor Hospitality). Kegiatan ini baru dilakukan di dua desa, yaitu Dukuh Sibetan dan Kiadan Pelaga. Hal terpenting adalah peserta mendapat pengetahuan dasar tentang kebersihan dan higienitas makanan, selain mendapat ketrampilan mengolah makanan dan minuman berdasarkan potensi lokal, juga pengetahuan cara menyajikan makanan dan minuman lokal yang menarik.


4. Pelatihan manajemen akomodasi, sama seperti makanan dan minuman pelatihan ini difasilitasi tim Accor dan baru dilakukan di dua desa. Di sini peserta mendapat pengetahuan etika dasar menghadapi dan melayani tamu, tahu cara menata akomodasi dan perlengkapannya, serta bisa memanfaatkan potensi lokal untuk menunjang akomodasi.


5. Pelatihan manajemen keuangan, difasilitasi Bapak Made Nurbawa selaku Konsultan Keuangan Mitra Bank Indonesia. Ditujukan untuk memberikan pengetahuan memanfaatkan potensi lokal untuk kegiatan bisnis. Peserta juga melakukan praktek pengelolaan keuangan, berlatih membuat rencana usaha skala kecil, serta sepakat untuk praktek langsung mengelola keuangan di masing-masing koperasi.

6. Aktivitas bisnis masyarakat: seminar pencerahan "manajemen hati dalam berusaha" bersama Bapak Gede Prama, magang pengolahan dan penyajian makanan dan minuman di Loloan Restaurant, peluncuran tiga buku JED bersama Bapak Gede Ardika, dan pertemuan rencana pengembangan lanjutan bisnis JED. Nantinya bisnis JED tidak hanya untuk ekowisata, melainkan juga distribusi hasil bumi dan lembaga keuangan nonbank.

7. Pengembangan produk dan jasa, dilakukan di masing-masing wilayah: pemanfaatan potensi lokal untuk menunjang ekowisata pulau di Nusa Ceningan, penganekaragaman potensi untuk mengurangi ketergantungan di Dukuh Sibetan, optimalisasi sumberdaya menuju kemandirian desa jaringan di Tenganan Pegringsingan, dan pengembangan potensi hasil bumi untuk ekowisata desa di Kiadan Pelaga

Beberapa komentar dari peserta tentang kegiatan yang dilakukan:
  • Materi sangat bagus, luas, bervariasi, tetapi kadang pusing dan tidak paham karena terlalu cepat, sehingga diperlukan praktek dan pertemuan lanjutan
  • Fasilitator menyenangkan dengan metode 'mengajar' yang berbeda dengan cara di sekolah, peserta bebas bertanya walaupun ada juga yang belum dimengerti, sehingga harus lebih sering mengikuti kegiatan ekowisata di desa
  • Fasilitator dan supervisi seperti keluarga, punya konsep berjaringan yang matang dan pengalaman bisnis
  • Pelatihan selalu dilakukan tepat waktu karena sudah ada koordinasi sebelumnya, di samping karena akses transport dan komunikasi sangat mudah
  • Supervisi sering berkunjung ke desa dan cepat merespon, sangat menyenangkan, ramah, akrab, bisa diajak becanda, bisa memberikan banyak informasi serta sudah berpengalaman mendampingi, namun kadang cerewet
  • Khusus untuk pelatihan keuangan masih perlu pendampingan secara rutin sesuai kebutuhan masing-masing desa
  • Senang mengikuti kegiatan karena bisa menambah pengetahuan, berbagi pengalaman, menambah kenalan baru, dan kumpul bersama teman
  • Menjadi lebih tahu kondisi desa kelahiran, apa saja yang ada di dalamnya dan bagaimana cara mengelolanya
  • Baru tahu kalau ternyata mereka juga bisa berguna di desa; sebelum ikut pelatihan mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan

Harapan peserta:
  • Menjadi ahli keuangan yang bisa mengelola potensi desa
  • Menjadi petani profesional yang bisa bercerita pada tamu
  • Bisa melanjutkan kegiatan ekowisata yang selama ini sudah dijalankan
  • Menjaga desa supaya tidak menjadi rusak seperti Bali Selatan
Kegiatan monitoring dan evaluasi tim USAID dan IBL sendiri dilakukan pada 19-21 Nopember 2008. Evaluasi program dilakukan oleh Linlin Aung, Pak Muchlis, dan Pak Delly; evaluasi keuangan oleh Pak Affandi. Pertemuan dengan Pak Yastika dari Accor dilakukan di Loloan Restaurant.

Liburan LuhTu di Wisnu

Saya akan menceritakan tentang berlibur di Wisnu. Wisnu itu sangat indah dan bagus. Saya tahu hanya tentang ilmu pengetahuan. Saya juga tahu tentang daur ulang. Saya juga tahu tentang tanaman dan hewan. Saya juga pernah diajak oleh Mbok Tunjung mengasih makan babi. Kata Mbok Tunjung kandang babi harus dibersihkan dulu, lalu makanan babi disiapkan. Ada juga pakai wot, dedak. Jadinya saya tahu tentang hewan.

Di Wisnu saya diajarkan oleh Mbok Denik kalau sampah organik harus dipisahkan dengan sampah nonorganik. Kalau sampah organik bisa dijadikan pupuk kompos. Saya juga tahu tentang kotoran hewan. Saya juga bisa menjelaskan dan menggambar.


Penjelasan: kotoran babi disalurkan ke digester. Dan setelah digester penuh akan keluar gas dari keran gas yang ada di atas digester. Cara membuktikannya dengan membuka keran gas dan dinyalakan oleh korek api. Sudah keluar api berarti gas sudah ada. Sisa kotoran babi yang ada dalam digester akan keluar ke bak penampungan yang berupa pupuk cair. Pupuk cair juga bisa menyuburkan tanaman.

Wisnu juga punya kebun yang berisi tanaman seperti: kacang panjang, jagung, tomat, timun, sayur hijau, kangkung, terong, seledri, pisang, stroberi, mangga. Saya juga tahu cara menanam kacang. Di Wisnu juga ada sawah. Itu banyak sekali rumput liarnya. Saya juga disuruh oleh kakek untuk mencabuti rumput liar. Saya mencabuti rumput bersama Rai. Saya mencabuti rumput sebanyak satu petak. Selesai mencabuti rumput liar saya lega sekali.

Lalu saya bermain lari-larian. Lalu baju saya menjadi kotor dan badan saya kotor sekali. Lalu saya mandi. Saya mencuci baju sendiri. Selesai saya mandi, saya ke warung untuk beli mie dan telor. Lalu saya memetik sayur di kebun. Lalu saya memasak sendiri.

Di bawah Wisnu ada juga koperasi. Di koperasi itu bisa menabung, tapi saya tidak menabung. Saya cuma tahu. Ada juga acara melali ajak Pan Godogan. Ada juga acara pementasan. Saya jadinya tahu banyak ilmu. Saya rasanya senang sekali berlibur di Wisnu. Ada juga ayunantek di rumah Mbok Tunjung. Saya juga sering ayunantek.

Tanggal 4 Juli saya nginep di Wisnu. Tidur saya nyenyak sekali. Sudah itu saya membantu Mbok Denik membuka jendela. Saya bermain dengan Anin, Anggi, dan Rai. Selesai bermain biasanya kita merujak. Saya juga punya tempat yang bernama markas. Saya banyak sekali punya markas. Sehabis ke markas, saya mencari singapor bersama Rai. Sampai kebanyakan mencari singapor saya jadi batuk. Rai sangat suka dengan singapor, sampai berebutan cari singapor.

Ada juga orang siaran, tetapi sekarang jarang siaran. Ada juga perpustakaan. Ada bermacam buku seperti buku kesehatan, buku tekstil, , buku fiksi anak. Ada banyak tentang buku. Buku sejarah pun ada. Di sawah ada juga pengusir burung. Wisnu itu juga bisa membuat kita menjadi mandiri. Di Wisnu banyak sekali jenis pepohonan. Saya juga tahu pohon stroberi dari Wisnu. Saya juga pernah melihat buahnya. Saya dan Rai memetiknya. Saya juga senang bermain guli dengan Rai, Anin, dan Anggi.

Tanggal 3 bermain dengan temannya Anin yang bernama Iluh, Kadek, saya bermain sembunyi-sembunyian. Saya sangat senang. Lalu Rai bermain kartu dengan Anin, tetapi saya sedih tidak diajak dan tidak ada teman untuk mainan. Dan saya menyuruh Rai untuk mainan kartu setelah itu. Lalu Rai mainan, Aninnya menyerah. Saya juga sering sama Rai bermain mobil-mobilan.

Pada tanggal 4 jam 10.00 saya diajak oleh Mbok Denik, Mbok Atiek ke kundangan ke Pelaga. Melihat Om Yoga menikah. Lalu saya ke rumah Mbok Tunjung. Setelah menjemput Mbok Tunjung saya ke jembatan terpanjang dan tertinggi di Bali. Lalu saya ke Pak Juta membayar kopi. Setelah itu saya ke Pak Kepala Desa untuk minta tanda tangan kepala desa. Pulangnya saya melihat Sangeh. Pas ke Pelaga saya juga melihat Sangeh. Saya juga melihat monyet yang sedang melakukan. Ada yang mencari kutu dengan temannya, ada juga yang menggendong anaknya. Sangeh itu kaya hutan.

Saya juga melihat rumah makan, tetapi saya kepingin ke sana. Saya juga melihat pemandangan yang indah. Di Pelaga juga dingin sekali. Di Pelaga ada juga bale subak. Di tengah jalan saya ketiduran. Sesampainya di Wisnu saya lega. Lalu perut saya mulas-mulas.

Tamat

Pesan: terima kasih Wisnu atas pelajaran yang kamu kasih. Sebenarnya aku masih ada cerita tetapi aku takut terlambat ngumpul.

2008-12-05

Jogja ... Jawa Baru

Setelah 12 hari menjadi panitia untuk kegiatan CO Course 2008 SEAPCP, kami memutuskan untuk cuti bersama ke Jogja ... sekaligus menghadiri undangan dan membuat rencana program.

Terbang dari Bali tanggal 24 Nopember 2008 jam 06.20 bersama Lion: Pak Suar, Bu Suati, Galang, Binar, Atiek, Denik. Tiba di Jogja langsung meluncur ke Matakayu. Ada keinginan untuk membeli segala jenis furnitur berbentuk unik yang dicat beraneka warna, membuat ruang terkesan 'cheerful'. Setelah melihat telur kodok di kebun yang sedang kurang terawat, gudeg jogja sudah menunggu untuk disantap. Terima kasih ... terima kasih untuk mobil yang boleh dipinjam selama kami di Jogja.

Kami memutuskan untuk menginap di Wisma Talenta III, Blimbingsari. Setelah menyusun rencana perjalanan, istirahat sebentar. Sebelum bertemu dengan Mas Pujo dan Pak Laksono di Antro UGM, kami berencana untuk berkeliling Malioboro. Tapi setelah sampai di sana harus berbelok arah, harus bertemu dengan Pak Mahmudi di LPTP. di tengah jalan hujan deras. Ngobrol tentang pengolahan limbah dengan digester. Salah satu rencana ke depan adalah mengolah limbah kotoran sapi di Pelaga untuk dijadikan bio gas. Obrolan dilanjutkan ke gedung Antro UGM, bertemu mas Pujo. Rencana disambut baik ... mas Pujo bersedia membantu sebagai 'dosen tamu' untuk para peneliti muda desa. Satu hal: banyak orang yang melakukan tapa (sekolah), namun tidak semua berhasil mempunyai taksu. Pak Laksono di PSAP (Pusat Studi Asia Pasifik) juga memberi tanggapan yang sama. PR setelah pulang: menyelesaikan konsep peneliti muda desa dan mengirimkan ke beliau berdua. Malamnya: makan malam di bebek goreng H. Saleh dan mampir ke Social Agency membeli beberapa buku.

Tanggal 25. Tour kampung: ke rumah mas Tanto di desa Caturharjo dan mbak Ardi di ... (apa ya namanya?). Wow! Asli desa: bersih, segar, hijau, sejuk. Jalan-jalan ke sawah, menyeberangi satu sungai kecil, bertemu luwing raksasa dan melihat orang menangkap lele. Lanjut keliling kebun organik ditemani lagu-lagu Iwan Abdulrachman. Belajar mengawinkan bunga timun, mencicipi buah markisa, minta beberapa bibit tanaman. Begitu juga di rumah mbak Ardi: cari-cari bibit yang bisa dibawa. Informasi dari mas Bimo, "dua bedeng tanaman tumpang sari bisa memenuhi kebutuhan harian 5 KK untuk sayur" Ada banyak pupuk cair organik di sana.

Lanjut ke kraton Jogja, keliling naik becak. Pertama, coba masuk ke 'ringin kembar'. Semua bisa masuk! Galang yang langsung bisa masuk pada percobaan pertama, yang lain harus 2 kali atau lebih untuk mencoba. Kedua, ke tempat pelukis pak Suhardi, membeli satu lukisan kereta kencana. Ketiga, keliling kraton Jogja tempo doeloe. Menakjubkan! Antara pola bangunan dan filosofi saling mendukung, ilmu higenitas dan ergonomis sudah diterapkan. Jika dibandingkan dengan bangunan jaman sekarang: tidak bisa dibandingkan! Kami juga diajak melihat taman sari dari balik tembok, dan melihat gunung merapi-laut selatan dari atas bangunan kerajaan yang sudah runtuh. Masih, tidak semua orang bisa menghargai bangunan tua. Keempat, mampir sebentar ke dagadu. Kelima, kembali ke halaman kraton saat ini. Semua mengesankan ... sayang pertama: baterai kamera habis, sayang kedua: makan malamnya terlalu tidak mengesankan, mie jawa di Bakmi Kadin. Rasanya terlalu banyak MSG.

Hari ketiga. Seminar di Sanatha Dharma, kampus III di ring road, tentang pemanfaatan potensi lokal dan pembangunan teknologi. Pak Suar diminta sebagai pembicara, tentang pengelolaan sumberdaya komunitas. Pembicara lain adalah Pak Lukiyanto dan Ibu Tri Mumpuni. Tidak perlu cerita banyak, seminar seperti biasa pada umumnya seminar. Sempat makan bakso Bethesda. Mampir sebentar ke Malioboro naik andong ke Mirota Batik, sebelum ke rumah mbak Putu. Dion sudah besar, dan senang ngomong atau nyanyi. Susu mbok Darmi ...

Hari keempat: tour candi - Candi Borobudur, Candi Rejo, Candi Prambanan. Indonesia hebat sekali. Teknik bercerita bukan hanya secara oral atau tulisan, tapi juga dengan cara memahat jutaan batu menjadi rangkaian sebuah cerita. Sungguh ... tidak bisa dibandingkan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Sempat praktek menyapu karena tertarik dengan sapu yang digunakan di Borobudur. Sempat juga praktek menggiling kopi dan menumbuk padi dengan cara tradisional di Galeri Unik dan Antik juga di Borobudur. Khusus di Candi Rejo, naik sepeda dan naik delman. Menyenangkan sekali ...

2008-12-02

CO Course 2008

CO Course - Community Organising Course. Tahun ini mengambil tema "Community Organising and Human Rights Based Approach to Development". Pilihan atas tema didasarkan pada pemikiran bahwa hak asasi manusia merupakan prinsip dasar untuk semua gerakan sosial. Kegiatan tahunan yang dilakukan atas kerjasama SEAPCP (South East Asia Popular Communication Programme) dan Yayasan Wisnu sebagai 'tuan rumah', bertujuan untuk memberikan kerangka dasar tentang HAM dan bagaimana kerangka acuan tersebut dapat diadopsi dalam strategi pembangunan. Hal lain yang paling penting adalah bagaimana nantinya peserta dapat memberikan pemahaman tentang perspektif dan keahlian 'HAM' kepada komunitas.

Kali ini kegiatan diikuti oleh 19 peserta dari 10 negara pada 1-12 Nopember 2008, bertempat di Inna Sindhu Beach Hotel, Sanur. Kegiatan utama yang dilakukan para peserta adalah merefleksikan kegiatan lembaga masing-masing peserta dalam kerangka HAM dan saling belajar tentang pendekatan dasar pengorganisasian terkait dengan HAM dan pembangunan, difasilitasi Tan Jo Hann dari KOMAS, Malaysia dan Aung Myo Min dari HREIB, Burma.

Kegiatan dimulai pada tanggal 2, diawali dengan perkenalan dan 'Balinese opening ceremony' diiringi rindik di tengah harum dupa. Setiap peserta mendapat satu set information kit, kamen, bunga, dan percikan air - berharap semua berjalan seperti yang diharapkan.

Dilanjutkan dengan berbagi cerita dan pengalaman antar peserta tentang lembaga masing-masing. Memakan waktu sehari penuh, 16 lembaga harus dipresentasikan secara kreatif. Selanjutnya ... 'welcome dinner' di Wisnu. Kedatangan peserta disambut dengan jajaran 10 bendera negara peserta di tengah hamparan padi siap panen. Jus terong belanda dan berbagai jenis buah ditata di bale bengong. Acara inti adalah penanaman 13 tanaman langka: badung, kelapa gading, kelapa ijo, sawo kecik, majegau, kelicung, jeleket, mundeh, boni, juwet item, tanjung. Setelah dihibur Binar, Laras, dan PKK Pengubengan Kauh, tentu saja: makan malam. Semua jenis masakan dan yang memasak didatangkan dari Kiadan Pelaga. Nyam ...



Hari kedua diisi oleh Hira Jhamtani: issues in rights based development. Diawali dengan membahas kondisi air dan benih berdasarkan kasus yang terjadi di Afrika dan Indonesia. Dilanjutkan penyampaikan beberapa fakta. Semua peserta kaget dan kagum, terutama ketika diungkapkan bahwa subsidi untuk ternak sapi di Eropa adalah US$2 per hari, sementara lebih dari 2,8 milyar orang hidup di bawah US$2 per hari!

Hari ketiga-keempat, field trip. Peserta dibagi 3 kelompok, mengunjungi Kiadan Pelaga, Nusa Ceningan, dan Kapal. Semua membawa ceritanya masing-masing, yang juga diceritakan lewat gambar. Sebagai nara sumber, Pak Suar dari Wisnu yang selama ini bekerja sama dengan Pelaga dan Ceningan untuk pengelolaan sumberdaya komunitas, juga Pak Alit yang asli Kapal dan sedang mengembangkan Kapal Village Ecotourism.

Hari kelima dan seterusnya ... strategi aksi kolektif, memfasilitasi komunitas, menggunakan dan memproduksi media kreatif seperti teater-permainan-visual, berlatih fasilitasi, simulasi fasilitasi komunitas. Setiap hari selalu tertawa karena media yang digunakan media kreatif yang menyenangkan. Hanya hari terakhir yang diisi sedikit air mata ketika melakukan evaluasi ... sebagian peserta terharu atas hari-hari yang sudah mereka lewati dengan hangat. Selalu: thank you, thank you, thank you!
Satu hal yang juga sangat menyenangkan: solidarity night. Sepanjang malam slalu ... dansa, sepanjang malam slalu ... pesta! Gerakkan kakimu ke kiri dan ke kanan ...