"Hari ini kami tidak jadi ke Tenganan atas saran Pak Gede karena hujan". SMS dari Pak Waldi, 29 Desember 2008.
Rencana Pak Waldi untuk mencoba paket JED ke Tenganan sudah muncul pada kunjungan pertama ke Wisnu pada 21 Agustus 2008. Sampai akhirnya di hari Natal Pak Waldi sekeluarga memutuskan untuk benar-benar mencobanya pada tanggal 29 Desember. Namun apa mau dikata, mungkin memang belum waktunya untuk berkunjung ke Tenganan. Hari itu dan satu hari sebelumnya hujan lebat mengguyur Bali. Akan tidak nyaman beraktivitas di dalam hutan Tenganan ... jalan setapak di dalamnya pasti sangat licin.
Perkenalan kami dengan Pak Waldi, Bu Yani, Louna, juga Pak Made dan Ayu kecil diawali dari buku 'Simulacra Bali'. Mungkin itu sebabnya Tenganan menjadi pilihan untuk mencoba paket JED karena Simulacra Bali bercerita tentang ambiguitas antara tradisionalisasi dan modernisasi orang Bali melalui 'jendela' Tenganan.
Jadi, untuk menutupi kekecewaaan, paket WET - Wisnu Eco Tour bisa jadi pilihan. Sehari setelah tahun baru, ngobrol di kantor Wisnu.
Juga makan siang di antara hamparan sawah organik Wisnu. Nyam! Sederhana ... tapi dijamin sehat. Nasi dari beras lokal jenis somali yang diperlakukan secara organik, sayur yang dipetik di kebun sendiri, ditambah tahu dan ayam. Kalau dua lauk yang terakhir, pasti tidak organik karena dibeli di swalayan.
Sebagai bagian dari kegiatan ber-eco tour adalah foto di tengah sawah. Waduh! Sandal Louna nyemplung ke sawah ...
Maka datanglah Pak Suar sebagai penyelamat sandal Louna.
Rencana Pak Waldi untuk mencoba paket JED ke Tenganan sudah muncul pada kunjungan pertama ke Wisnu pada 21 Agustus 2008. Sampai akhirnya di hari Natal Pak Waldi sekeluarga memutuskan untuk benar-benar mencobanya pada tanggal 29 Desember. Namun apa mau dikata, mungkin memang belum waktunya untuk berkunjung ke Tenganan. Hari itu dan satu hari sebelumnya hujan lebat mengguyur Bali. Akan tidak nyaman beraktivitas di dalam hutan Tenganan ... jalan setapak di dalamnya pasti sangat licin.
Perkenalan kami dengan Pak Waldi, Bu Yani, Louna, juga Pak Made dan Ayu kecil diawali dari buku 'Simulacra Bali'. Mungkin itu sebabnya Tenganan menjadi pilihan untuk mencoba paket JED karena Simulacra Bali bercerita tentang ambiguitas antara tradisionalisasi dan modernisasi orang Bali melalui 'jendela' Tenganan.
Jadi, untuk menutupi kekecewaaan, paket WET - Wisnu Eco Tour bisa jadi pilihan. Sehari setelah tahun baru, ngobrol di kantor Wisnu.
Juga makan siang di antara hamparan sawah organik Wisnu. Nyam! Sederhana ... tapi dijamin sehat. Nasi dari beras lokal jenis somali yang diperlakukan secara organik, sayur yang dipetik di kebun sendiri, ditambah tahu dan ayam. Kalau dua lauk yang terakhir, pasti tidak organik karena dibeli di swalayan.
Sebagai bagian dari kegiatan ber-eco tour adalah foto di tengah sawah. Waduh! Sandal Louna nyemplung ke sawah ...
Maka datanglah Pak Suar sebagai penyelamat sandal Louna.
Sebetulnya Ibu Yani juga mengalami kejadian yang hampir sama dengan Louna, tapi tidak ada buktinya :)) Sebagai bagian akhir dari sebuah perjalanan ... mengembalikan semua perlengkapan yang digunakan untuk makan ke kantor Wisnu. Terima kasih untuk semuanya.
Komentara dari Pak Waldi, "Sungguh perjalanan akhir tahun yang amat berkesan dan memperkaya batin kami, khususnya bincang-bincang dengan Pak Suar yang energetik dan kreatif". Istilah Pak Waldi: ngangeni ... Baiklah! Kami tunggu kedatangan selanjutnya.
Komentara dari Pak Waldi, "Sungguh perjalanan akhir tahun yang amat berkesan dan memperkaya batin kami, khususnya bincang-bincang dengan Pak Suar yang energetik dan kreatif". Istilah Pak Waldi: ngangeni ... Baiklah! Kami tunggu kedatangan selanjutnya.
1 komentar:
Wah, memang saya menyesal tidak sempat mencoba paket Tenganan, pdhal hari sudah dirancang jauh di depan dari Jakarta. Untungnya terobati sebagian dengan makan siang di dangau Pak Suar di tengah sawah yang menghijau itu. Benar-benar menyenangkan dan harus diulang di kunjungan mendatang, tanpa harus kejeblos ulang di sawah ya...:-)
Presentasi anak-anak Kerobokan di pantai Petitenget menjelang hilangnya matahari 2008 juga membuat kami terharu. Amazing.
Tentu saja Tenganan masih menjadi "target-operasi" kami sekeluarga bila kami kembali ke Bali. Suksma atas layanan Wisnu
Rahajeng,
waldi & keluarga, Jakarta
Posting Komentar