Rapat Wisnu, ada banyak hal yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Di antaranya rencana empat tahun ke depan tentang peneliti muda desa, sebagai satu cara mengajak anak muda memahami wilayahnya terkait dengan kondisi global yang terjadi selama ini.
Tanggal 2
Rapat kolaborasi lanjutan. Tujuan utama pertemuan adalah meminta kepastian Diah atas ketertarikannya terhadap kolaborasi. Diawali dengan cerita tentang awal pembentukan dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan, serta lembaga yang terlibat di dalamnya. Singkat cerita Diah tertarik dan ingin membantu Lisa dan Siska dalam kesekretariatan kolaborasi. Jadi, saat ini ada 3 mahasiswi dalam sekretariat: Lisa mahasiswi magister management Unud, Siska mahasiswi hama dan penyakit tumbuhan Unud, dan Diah mahasiswi sejarah Unud. Sekaligus ketiganya dimandatkan untuk menjadi ambasador. Sekretariat tetap di Wisnu, ditambah no. telpon pengelola sekretariat. Kegiatan yang harus dilakukan adalah mengkoordinir empat lembaga dan penulisan artikel, berita di blog, penjaga trek kegiatan riset, serta administrasi kesekretariatan.
Silakan kunjungi http://www.worldsilentday.org/ untuk informasi lebih lengkap tentang Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Dukungan anda untuk world silent day sangat kami harapkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Tanggal 4
Jalan-jalan ke PT Bamboo dan Kul Kul Campus, tindak lanjut dari pembicaraan dengan Chris. Secara umum ... menakjubkan!!! Semua bangunan dan furnitur dibuat dari bambu. Hanya bagian-bagian kecil yang memang tidak bisa diganti, misal toilet (tapi tetap dimodifikasi dengan bambu dan dibuat sebagai composting toilet), kran air, dan kaca jendela. Berbagai tanaman lahan kering juga ditanam di antara lahan seluas sekitar 8 hektar. Secara fisik diterapkan sistem permakultur, termasuk biogas dari kotoran sapi - apinya biru dan besar.
Menurut informasi, lahan-lahan tersebut dikontrak selama 20 tahun. Entah bagaimana bentuk keseluruhannya, yang pasti di dalamnya mengalir aliran sungai Ayung yang airnya direncanakan akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik menggunakan vortex. Satu lagi, entah termasuk bagian dalam atau di luar kawasan, Pura Dalem dan Beji terdapat di sana, di dekat lahan pembibitan ribuan bambu. Posisi Beji menjadi di bawah bangunan baru. Entah karena hal tersebut, atau memang karena saat itu matahari bersinar terik ... ada rasa tidak nyaman berada di sana, rasanya panas dan lembab. Berbeda sekali ketika tiba kembali di Wisnu.
Ada tugas untuk minggu depan ... memberi jawaban untuk Chris, sampai sejauh mana Wisnu bisa membantu atau bekerja sama untuk 'penyebarluasan bibit'. Secara ilmu lingkungan memang sangat menarik, namun harus disesuaikan dengan sumberdaya yang ada di Wisnu, terutama orang. Harus dipikirkan lagi dengan SWOT.
Satu hal lagi: terima kasih banyak untuk Bli Putu. Lewat cerita kangin kauh, muncul kalimat "bambu hitam di Bali Tengah harus tetap ada dan dijaga karena mencegah masuknya berbagai virus internasional". Kelanjutannya adalah, kalau bambu hitam hilang dari Bali Tengah akan ada 'bencana' beruntun. Ada banyak interpretasi yang bisa dikontkestualkan dengan teks tersebut. Dan mungkin akan sangat berguna untuk melihat Pelaga dan aqua dari sisi yang berbeda. Tulisan detil tentang hal tersebut sedang dibuat.
Tanggal 9
Kunjungan 17 orang pemerintahan Taiwan, jam 09.30-11.20. Dalam rangka ingin mengetahui gerakan NGO di Bali yang berhubungan dengan kepariwisataan dan lingkungan. Diawali dengan perkenalan beberapa peserta, selain dari pemerintahan ada juga peserta yang berasal dari NGO namun tetap mendapat dukungan dari pemerintah. Dilanjutkan dengan presentasi tentang Wisnu, sejak awal berdiri sampai rencana program tahun 2012, dan JED terutama kegiatan ekowisata di empat desa. Pak Suar berbahasa Indonesia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Taiwan oleh VIP (rasanya sedikit tidak nyambung). Pada sesi diskusi menjadi lebih menarik, ketika salah seorang dari rombongan menjadi penterjemah dari bahasa Inggris ke Taiwan. Rasanya jauh lebih baik.
Cinderamata dari Taiwan: dua kit dalam tas berisi brosur dan DVD tentang pariwisata di Penghu, dan satu keramik wine yang katanya berkadar alkohol 50%! Sebagai gantinya, kopi Pelaga dan wine salak Sibetan serta DVD JED untuk mereka. Kunjungan diakhiri dengan foto bersama ...
Tanggal 11
Kunjungan ke Pelaga (Pak Suar dan Denik). Agenda utama adalah membicarakan desain kemasan kopi dengan WKP dan banjar Kiadan. Kemungkinan nama kopinya akan berubah menjadi 'ijobang' yang diambil dari nama ayam aduan. Menurut orang-orang Pelaga, ayam aduan jenis ini selalu menang ketika bertanding, bahkan ketika adu ayam dilakukan di luar desa. Ayam jenis ini yang kemungkinan nantinya dijadikan icon desa karena kalau kopi ada di mana-mana. Bantuan mesin juga sudah didatangkan, saat ini masih berada di Wisnu.
Hal lain yang dibicarakan adalah aqua. Akankah terus berlanjut? Ketakutan masyarakat adalah ketika mereka tidak menerima proyek tersebut, proyek akan dilakukan di tempat lain padahal selama ini mereka yang melakukan pemeliharaan lingkungan namun 'tidak mendapat apa-apa'. Tepat seperti yang diperkirakan Pak Suar, bahwa politik adu domba masih sering diterapkan di Indonesia yang katanya sudah merdeka. Perjuangan masih sangat panjang, terutama untuk mengubah pola pikir 'saat ini' menjadi 'masa depan'.
Tanggal 13
Rapat JED di Wisnu. Tidak semua pemilik bisa hadir karena alasan 'iju'. Hanya hadir Sibetan, Pelaga, Wisnu. Beberapa hal yang perlu disepakati:
Rapat internal Wisnu tentang rencana kegiatan 'peneliti muda desa'. Program ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman dan rasa kepedulian anak muda atas potensi wilayah yang dimiliki dan pengelolaannya. Tekstualisasi konsep besar akan dibuat oleh Bli Wayan Dirgayusa berdasarkan hasil rapat, proposal awal, dan proposal besar 2007-2012.
Tanggal 16
Buka Puasa Bersama tim Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Diawali dengan ngabuburit: rapat kolaborasi yang membicarakan hal kesekretariatan, kampanye, dan riset. Beberapa kesepakatan yang diambil:
Menghadiri upacara kematian di Sibetan. Turut berduka cita atas meninggalnya ayahanda Pak Suparta, kepala dusun Dukuh Sibetan.
Tanggal 19
Pernikahan I Botak, Tenganan. Selamat menempuh hidup baru. Sayang ketika tiba di Tenganan, pengantin sudah pergi ke tempat asal pengantin perempuan. Telat menghadiri resepsi pernikahan karena permasalahan mobil. Dan seperti biasa, tetap disuguhi makan siang dengan menu yang selalu sama: sate babi sebesar 'bagong'.
Tanggal 20
Rapat tim kecil kolaborasi, dihadiri Atiek, Hira, Dwi, Agung, Herni di PPLH Bali. Agenda utama adalah set up koordinasi dan komunikasi untuk website dan kesekretariatan. Hal mendesak adalah menata dan mengelola website serta membuat TOR kegiatan 15 Oktober 2008.
Tanggal 23
Demo penolakan RUU APP di Renon, jam 10.00-12.00. Dimulai dari lapangan parkir, berjalan ke kantor DPRD Bali, lanjut ke kantor Gubernur Bali. Pemerintah Daerah dan DPRD Bali menyatakan akan menolak RUU tersebut. Demo dikemas dengan menarik, bukan hanya yel-yel dan spanduk, melainkan juga pentas joget dan lagu rakyat. Berita terkait silakan kunjungi http://jiwamerdeka.blogspot.com/2008_09_14_archive.html.
Jam 3 sore Pak Suar mengikuti rapat di Yayasan Manikaya Kauci tentang "skenario global menjerat pengrajin kecil Bali". Info dan artikel bisa diakses pada http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/09/30/bahan-diskusi-pada-acara-%e2%80%9cskenario-global-menjerat-pengerajin-kecil-bali%e2%80%9d/.
Tanggal 25
Pak Suar menghadiri workshop 'sosialisasi manfaat code of conduct bagi pelaku usaha di Bali' di Bali Garden Hotel.
Tanggal 26
Tenganan, pertemuan dengan anggota KSU Danendra. Ada dua pertemuan yang berbeda namun saling terkait. Jam 17.30 di kantor desa bersama Ian Cunningham dari EWB tentang proyek pendistribusian air bersih. Perlu fasilitasi untuk pertemuan PSAB (Pengelola Sarana Air Bersih) Tenganan terkait dengan peningkatan kapasitas dalam pemahaman 'skenario pilihan dan resiko' rencana pendistribusian air.
Pertemuan lanjutan di tempat yang sama tentang manajemen pengelolaan selip beras yang belum juga berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisis setelah mengenal Tenganan selama hampir 10 tahun dengan berbagai legenda dan cerita di dalamnya, masyarakat Tenganan yang selama ini berperan sebagai petani pemilik sedang mengalami pergolakan untuk coba memulai menjadi juga petani pengelola. Ternyata secara psikologis hal tersebut tidaklah mudah, walaupun hampir semua fasilitas sudah ada di Tenganan. Mudah untuk memilih dan mengatakan,"serahkan saja pengelolaannya pada ahlinya yang memang sudah berpengalaman." Namun jika hal mudah itu dilakukan, apa bedanya Tenganan dengan pemerintah Indonesia yang selalu menyerahkan pengelolaan sumberdaya yang begitu kaya yang dimiliki pada kaum kapitalis profesional yang selalu dianggap ahli dan sangat berpengalaman.
Tanggal 30
Kunjungan Anita Barraud dari Australian Broadcasting Corporation dan Neil Trevithick dari British Broadcasting Corporation ditemani Sonia yang berperan sebagai interpreter. Wawancara Pak Suar tentang kegiatan Wisnu terkait dengan lingkungan, pertanian, dan pemberdayaan masyarakat kaitannya dengan dinamika perpolitikan di Indonesia. Satu hal yang perlu dipelajari: kepraktisan dan ke-profesional-an dalam melakukan wawancara dan merekamnya, termasuk suara-suara alam: burung, babi, ikan.
Tanggal 9
Kunjungan 17 orang pemerintahan Taiwan, jam 09.30-11.20. Dalam rangka ingin mengetahui gerakan NGO di Bali yang berhubungan dengan kepariwisataan dan lingkungan. Diawali dengan perkenalan beberapa peserta, selain dari pemerintahan ada juga peserta yang berasal dari NGO namun tetap mendapat dukungan dari pemerintah. Dilanjutkan dengan presentasi tentang Wisnu, sejak awal berdiri sampai rencana program tahun 2012, dan JED terutama kegiatan ekowisata di empat desa. Pak Suar berbahasa Indonesia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Taiwan oleh VIP (rasanya sedikit tidak nyambung). Pada sesi diskusi menjadi lebih menarik, ketika salah seorang dari rombongan menjadi penterjemah dari bahasa Inggris ke Taiwan. Rasanya jauh lebih baik.
Cinderamata dari Taiwan: dua kit dalam tas berisi brosur dan DVD tentang pariwisata di Penghu, dan satu keramik wine yang katanya berkadar alkohol 50%! Sebagai gantinya, kopi Pelaga dan wine salak Sibetan serta DVD JED untuk mereka. Kunjungan diakhiri dengan foto bersama ...
Tanggal 11
Kunjungan ke Pelaga (Pak Suar dan Denik). Agenda utama adalah membicarakan desain kemasan kopi dengan WKP dan banjar Kiadan. Kemungkinan nama kopinya akan berubah menjadi 'ijobang' yang diambil dari nama ayam aduan. Menurut orang-orang Pelaga, ayam aduan jenis ini selalu menang ketika bertanding, bahkan ketika adu ayam dilakukan di luar desa. Ayam jenis ini yang kemungkinan nantinya dijadikan icon desa karena kalau kopi ada di mana-mana. Bantuan mesin juga sudah didatangkan, saat ini masih berada di Wisnu.
Hal lain yang dibicarakan adalah aqua. Akankah terus berlanjut? Ketakutan masyarakat adalah ketika mereka tidak menerima proyek tersebut, proyek akan dilakukan di tempat lain padahal selama ini mereka yang melakukan pemeliharaan lingkungan namun 'tidak mendapat apa-apa'. Tepat seperti yang diperkirakan Pak Suar, bahwa politik adu domba masih sering diterapkan di Indonesia yang katanya sudah merdeka. Perjuangan masih sangat panjang, terutama untuk mengubah pola pikir 'saat ini' menjadi 'masa depan'.
Tanggal 13
Rapat JED di Wisnu. Tidak semua pemilik bisa hadir karena alasan 'iju'. Hanya hadir Sibetan, Pelaga, Wisnu. Beberapa hal yang perlu disepakati:
- Badan hukum JED adalah koperasi sekunder. Jika setuju, maka maksimat tanggal 27 September harus mengumpulkan akte koperasi, nama anggota, dan struktur kepengurusan
- Hubungan eksternal JED, jika hanya menyangkut hal teknis dimandatkan kepada Wisnu, kecuali untuk masalah substansial harus berdasarkan rapat JED
- Setiap orang yang dimandatkan untuk memberikan jasa konsultan atau berhubungan dengan pihak lain diwajibkan memberikan laporan singkat kegiatan dan pengalaman yang didapat
Rapat internal Wisnu tentang rencana kegiatan 'peneliti muda desa'. Program ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman dan rasa kepedulian anak muda atas potensi wilayah yang dimiliki dan pengelolaannya. Tekstualisasi konsep besar akan dibuat oleh Bli Wayan Dirgayusa berdasarkan hasil rapat, proposal awal, dan proposal besar 2007-2012.
Tanggal 16
Buka Puasa Bersama tim Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Diawali dengan ngabuburit: rapat kolaborasi yang membicarakan hal kesekretariatan, kampanye, dan riset. Beberapa kesepakatan yang diambil:
- Tim SC (Hira, Suar, Agung, Panji, Catur) akan diketuai oleh Hira Jhamtani sekaligus sebagai representatif di tingkat internasional dan Agung di tingkat lokal. Pelaksana: Lisa, Siska, Diah
- Kampanye: 15 Oktober 2008 (laporan publik, launching website, informasi Global Day of Action, ajakan World Silent Day), bekerja sama dengan media TV dan radio, kolaborasi mengikuti UNFCCC di Poznan Polandia diwakili Agung, membuat kit dan memperbaiki website
- World Silent Day tanggal 21 Maret 2009 akan dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan barang elektonik selama 6 jam (10.00-16.00)
- Survey awal untuk riset akan dilakukan 21-22 Maret 2008 di Nusa Ceningan serta riset lainnya untuk update data dan informasi WSD
Menghadiri upacara kematian di Sibetan. Turut berduka cita atas meninggalnya ayahanda Pak Suparta, kepala dusun Dukuh Sibetan.
Tanggal 19
Pernikahan I Botak, Tenganan. Selamat menempuh hidup baru. Sayang ketika tiba di Tenganan, pengantin sudah pergi ke tempat asal pengantin perempuan. Telat menghadiri resepsi pernikahan karena permasalahan mobil. Dan seperti biasa, tetap disuguhi makan siang dengan menu yang selalu sama: sate babi sebesar 'bagong'.
Tanggal 20
Rapat tim kecil kolaborasi, dihadiri Atiek, Hira, Dwi, Agung, Herni di PPLH Bali. Agenda utama adalah set up koordinasi dan komunikasi untuk website dan kesekretariatan. Hal mendesak adalah menata dan mengelola website serta membuat TOR kegiatan 15 Oktober 2008.
Tanggal 23
Demo penolakan RUU APP di Renon, jam 10.00-12.00. Dimulai dari lapangan parkir, berjalan ke kantor DPRD Bali, lanjut ke kantor Gubernur Bali. Pemerintah Daerah dan DPRD Bali menyatakan akan menolak RUU tersebut. Demo dikemas dengan menarik, bukan hanya yel-yel dan spanduk, melainkan juga pentas joget dan lagu rakyat. Berita terkait silakan kunjungi http://jiwamerdeka.blogspot.com/2008_09_14_archive.html.
Jam 3 sore Pak Suar mengikuti rapat di Yayasan Manikaya Kauci tentang "skenario global menjerat pengrajin kecil Bali". Info dan artikel bisa diakses pada http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/09/30/bahan-diskusi-pada-acara-%e2%80%9cskenario-global-menjerat-pengerajin-kecil-bali%e2%80%9d/.
Tanggal 25
Pak Suar menghadiri workshop 'sosialisasi manfaat code of conduct bagi pelaku usaha di Bali' di Bali Garden Hotel.
Tanggal 26
Tenganan, pertemuan dengan anggota KSU Danendra. Ada dua pertemuan yang berbeda namun saling terkait. Jam 17.30 di kantor desa bersama Ian Cunningham dari EWB tentang proyek pendistribusian air bersih. Perlu fasilitasi untuk pertemuan PSAB (Pengelola Sarana Air Bersih) Tenganan terkait dengan peningkatan kapasitas dalam pemahaman 'skenario pilihan dan resiko' rencana pendistribusian air.
Pertemuan lanjutan di tempat yang sama tentang manajemen pengelolaan selip beras yang belum juga berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisis setelah mengenal Tenganan selama hampir 10 tahun dengan berbagai legenda dan cerita di dalamnya, masyarakat Tenganan yang selama ini berperan sebagai petani pemilik sedang mengalami pergolakan untuk coba memulai menjadi juga petani pengelola. Ternyata secara psikologis hal tersebut tidaklah mudah, walaupun hampir semua fasilitas sudah ada di Tenganan. Mudah untuk memilih dan mengatakan,"serahkan saja pengelolaannya pada ahlinya yang memang sudah berpengalaman." Namun jika hal mudah itu dilakukan, apa bedanya Tenganan dengan pemerintah Indonesia yang selalu menyerahkan pengelolaan sumberdaya yang begitu kaya yang dimiliki pada kaum kapitalis profesional yang selalu dianggap ahli dan sangat berpengalaman.
Tanggal 30
Kunjungan Anita Barraud dari Australian Broadcasting Corporation dan Neil Trevithick dari British Broadcasting Corporation ditemani Sonia yang berperan sebagai interpreter. Wawancara Pak Suar tentang kegiatan Wisnu terkait dengan lingkungan, pertanian, dan pemberdayaan masyarakat kaitannya dengan dinamika perpolitikan di Indonesia. Satu hal yang perlu dipelajari: kepraktisan dan ke-profesional-an dalam melakukan wawancara dan merekamnya, termasuk suara-suara alam: burung, babi, ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar