2008-09-24

Menggagas Riset di Pulau Kecil

Minggu, 21 September 2008. Atiek, Denik, Catur, Herni, Agung dari Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim.
Rencana ke Ceningan seharusnya sudah dilakukan sejak bulan Juli lalu, namun belum terlaksana karena alasan kesibukan. Kemudian direncanakan 15 September, harus diundur juga karena Wisnu harus ke Sibetan untuk menghadiri acara 'pembakaran'.

Kunjungan ke pulau kecil Ceningan terkait dengan kampanye Hari Hening Sedunia - World Silent Day yang digagas oleh Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Sejak Agustus 2007, Bali Organic Association, PPLH Bali, Walhi ED Bali, dan Yayasan Wisnu sepakat bekerja sama dalam wadah kolaborasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim, terutama ketika itu untuk mengambil sikap dalam konferensi akbar UNFCCC di Nusa Dua. Sampai akhirnya semakin berkembang dan mendapat dukungan dari banyak pihak.

Kegiatan riset merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan, disamping kampanye untuk menggalang dukungan terhadap World Silent Day. Kunjungan kali ini dimaksudkan sebagai observasi atau survey awal untuk melihat kondisi Ceningan saat ini, memperkenalkan Agung yang nantinya akan berperan sebagai koordinator riset kepada teman-teman Ceningan, serta menceritakan latar belakang dan rencana riset.

Sedikit disayangkan karena terjadi salah komunikasi dengan anak muda Ceningan. Siang dan sore hari ketika ditelpon dan bertemu mereka secara langsung, sudah disepakati bahwa pertemuan akan dilakukan jam 7 malam di rumah Mek Luh. Ditunggu sampai 20.30 mereka tidak juga datang, ternyata menurut informasi dari seorang Bapak yang datang ke rumah Mek Luh ada beberapa anak muda kumpul di Bale Banjar Ceningan Kawan. Sayang sekali ketua kelompoknya tidak bisa dihubungi. Akhirnya kami hanya ngobrol dengan Pak Sita dan Kadek Logok. Kunjungan selanjutnya akan dilakukan setelah Lebaran untuk bertemu langsung dengan kelompok anak muda yang nantinya akan berperan sebagai pengambil data riset.

Berdasarkan hasil kunjungan yang dilakukan, diketahui bahwa suhu di Ceningan panas sekali, diperkirakan bisa mencapai 38 derajat celcius. Tanah mulai digarap karena diperkirakan sebentar lagi akan datang musim hujan. Jenis tanaman yang direncanakan akan ditanam adalah ketela pohon dan jagung. Kedua jenis tanaman tersebut mempunyai ukuran, bentuk, dan rasa yang berbeda dengan ketela pohon dan jagung di Pulau Bali. Keduanya berukuran lebih kecil, berwarna lebih keputihan, dan rasanya lebih manis. Dulu, keduanya sering dicampur dengan nasi sebagai makanan pokok. Namun saat ini sudah jarang dilakukan, terutama ketika rumput laut mulai menjadi hasil pertanian yang diutamakan oleh para petani Ceningan.

Panas, namun angin bertiup semilir, sehingga menjadi satu alasan untuk menikmati tidur siang yang nyaman di dalam ruangan rumah Mek Luh yang sejuk. Apalagi perut sudah penuh setelah makan siang. Setelah matahari agak condong, disepakati untuk melihat gempuran ombak di karang Batu Melawang sambil menunggu matahari tenggelam. Sate ikan buatan Pak Endra menemani perjalanan kami ke sana. Trend baru sebagai ciri pilihan atas kepraktisan sudah terlihat, canang tidak lagi di'jait' dengan semat dari bambu melainkan menggunakan stepler 'cepret'. Laut biru, ombak besar pecah berbuih putih sebelum atau ketika mencapai karang-karang terjal, pintu masuk menuju harta karun sarang walet yang saat ini sudah hampir habis karena tergiur angka ratusan juta. Sore itu tidak tampak satu pun walet terbang untuk pulang ke sarangnya, padahal delapan sampai enam tahun lalu ratusan walet selalu terlihat menghiasi langit jingga di sebelah barat Nusa Ceningan.

Ketika berangkat dari Sanur, air laut cukup tinggi namun ombak cukup tenang. Matahari bersinar terik sehingga kami memutuskan untuk duduk di dalam jukung. Keesokan harinya ketika akan pulang dari Lembongan, ombak besar sehingga sulit naik ke jukung. Kondisi ombak besar sudah bisa diketahui dari Ceningan, yaitu ketika terlihat kabut di sebelah selatan. Supaya isi perut tidak keluar, kami memutuskan untuk duduk di bagian atas jukung. Selalu, waktu yang ditempuh lebih cepat dibanding Sanur-Lembongan, hanya satu jam. Butuh waktu agak lama untuk keluar dari daerah parkir pantai karena jumlah dan jenis kapal semakin banyak.

2008-09-22

Selamat Jalan Kopi

Kopi lucu dan manis sekali ...
Selalu ramah pada setiap orang
Hobinya mencium, menjilat, berlari-lari
Duduk menunggui orang bekerja, dan mengucapkan 'aung!'
Dia termasuk anjing hiperaktif
Selalu berlari dan berhenti dengan tiba-tiba
Senang berlari-lari di depan ban motor
Sudah dua kali lolos dari maut
Ketika ditabrak motor dan terkena virus
Tapi pada akhirnya kopi harus pergi juga
Terkena ban mobil teman bermainnya
Yang setiap pagi selalu memanggil "Kopi ..."
Maaf Kopi ...
Salam maaf juga dari Binar yang kadang berteriak "Kopi!"
Dia juga sudah memaafkanmu karena sering menggigitinya
Salam duka dari banyak teman
Semoga kalau reinkarnasi mencapai tingkatan yang lebih baik
Foto-foto ini adalah foto Kopi waktu masih kecil,
Kopi remaja bersama Ibu Sylvie, dan makam Kopi
Selamat jalan Kopi Raharjo ...
Terima kasih sudah menjadi teman bermain yang baik
Terima kasih juga tidak pernah membuat repot dengan
tidak buang air sembarangan
Salam untuk semua yang ada di sana

2008-09-20

Cerita dari Binar

Liburan di Wisnu

di Wisnu aku banyak sekali mendapat ilmu pengetahuan tentang hama, tumbuhan, hewan, dll. Aku belajar hama bersama Kak Siska. Kak Siska mengajarkanku cara membius serangga. Aku banyak sekali mendapatkan serangga, seperti kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.

di hari Selasa tepatnya 1-7-2008 aku membantu kakek mencabuti rumput liar yang ada di sawah bersama temanku yang bernama Iluh. di hari Selasa aku mencabuti satu petak sawah dan hari Rabu aku mencabuti dua petak sawah bersama mbok Tunjung.

Aku belajar tentang betapa pentingnya kotoran hewan yang bisa menghasilkan gas (biogas), sehingga menghasilkan api. Aku pernah belajar cara hingga menghasilkan biogas. Kotoran babi disalurkan ke dam, di dalam dam terdapat dua pipa yaitu pipa masuk dan keluar. Gas akan keluas setelah pipa keluar terendam kotoran setengah dan gas baru bisa diketahui dengan membuka keran gas yang ada di atas dam dengan nyala korek api. Sisa dari kotoran yang ada di dalam dam akan keluar menjadi pupuk cair dan dialirkan di kolam. Bisa juga dipakai untuk pupuk di sawah. Juga api yang dihasilkan sangat bersih.

di Wisnu juga menawarkan berbagai ilmu pengetahuan seperti kebun organik yang alami, seperti kacang panjang, tomat, jagung, cabe, terong, ketela rambat, dll.

di Wisnu juga ada tempat simpan pinjam yaitu Koperasi Wisnu Mandiri. di sana kita bisa menyimpan dan meminjam uang.

di Wisnu juga pernah diadakan acara Fun Sunday yaitu acara yang menguji kreativitas dan aktivitas. Tidak hanya acara Fun Sunday saja tapi juga ada acara Melali ajak Pan Godogan. di acara ini kita diajak keliling tiga desa yaitu Tenganan, Pelaga, dan Sibetan. di sini kita juga bisa mengetahui adat istiadat, kesenian, dan kuliner serta aktivitas warga desa.

Selain itu juga Wisnu juga sangat penting untuk lingkungan karena Wisnu mendirikan lembaga daur ulang. di Wisnu juga adalah tempat yang bagus untuk bermain. Salah satu permainannya adalah ayunan yang terbuat dari karet jamping. Selain permainan itu kita bisa bermain lumpur. Biasanya sore-sore aku membantu Pak Anin mencari belalang untuk burung-burungnya.

Sehabis bermain lumpur aku mandi dengan mencuci bajuku sendiri. Setelah mandi aku makan. Aku memasak sendiri. di Wisnu bisa dijadikan tempat untuk melatih kemandirian seorang anak.

di Wisnu juga disediakan tempat untuk membaca buku cerita yaitu perpustakaan. di perpustakaan Wisnu tersedia berbagai buku yang dapat memberi ilmu dan juga cerita yang bagus. Aku pernah membaca buku di perpustakaan Wisnu. Buku yang aku baca adalah 'si Jempol' dan 'Rahasia Bunga'.

di Wisnu juga disediakan tempat untuk mengejar cita-cita yaitu 'emsi' radio. Dulu aku pernah menyiarkan radio wisnu. Radio yang aku siarkan adalah radio komunitas.

Selain itu di Wisnu disediakan kamar yang bagus untuk para tamu. Aku pernah tidur di kamar tersebut. Aku tidur sangat lelap. Aku menginap bersama bapak. Saking lelapnya aku tidak memimpikan sesuatu. di pagi hari aku melihat ayahku sudah tidak ada di sampingku. Ternyata ia di kebun dan aku mendekati bapakku. Bapakku mengajakku mengukur panjang dan diameter suatu buah. Buah yang aku ukur adalah buah mentimun, kacang panjang. Alat yang aku gunakan untuk mengukur panjang dan diameter adalah caliper.

Kemarin tepatnya hari Kamis tanggal 3-7-2008 saya bermain kartu dengan Anin. Setelah lama-kelamaan aku menjadi basah bermain kartu dan temanku bernama KD bermain sembunyi-sembunyian. Aku ikut bermain. Aku sangat susah ditemukan oleh temanku.

di hari Jumat tepatnya tanggal 4-7-2008 aku pergi ke desa Pelaga. Desa Pelaga adalah salah satu desa penghasil kopi. Aku, bapak, dan staf Wisnu pergi ke desa Pelaga untuk menghadiri acara perkawinan. Setelah menghadiri acara perkawinan aku menjemput mbok Tunjung ke rumahnya. Setelah menjemput mbok Tunjung aku pergi ke jembatan tertinggi dan terpanjang di Bali. Jembatan itu bernama jembatan Bangkung. di sana pemandangannya sangat indah dan air kalinya sangat jernih. dari jembatan kita bisa melihat Puncak Mangu.

Setelah puas melihat pemandangan yang indah aku pergi ke rumah Bapak Nyoman Juta untuk membayar kopi khas Pelaga yang organik. Setelah membayar kopi kita pergi ke Kecamatan Petang. Setelah selesai di Kecamatan Petang aku melewati Sangeh tempat tinggal monyet-monyet. Ada monyet yang sedang mencari kutu, ada monyet yang sedang kawin dan ada juga monyet yang sedang menyusui. di Sangeh banyak sekali tumbuhan yang tinggi dan besar sehigga terlihat seperti masih asri.

I love Wisnu,
BINAR

2008-09-12

Kacang Tanah: Tanaman Lain yang Terserang Hama

Seperti dua jenis tanaman yang sudah pernah diceritakan sebelumnya, kacang tanah yang ada di Wisnu juga terserang hama. Kali ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Lelyana Anggar Pramita juga mahasiswa jurusan hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Namun tidak separah tanaman tomat, kacang tanah yang ada di Wisnu berdasarkan hasil identifikasi dan penelitian 'hanya' terserang hama belalang. Dalam kehidupannya, belalang berjalan dan berputar menggunakan kaki serta terbang menggetarkan sayap.

Biji kacang tanah kaya protein dan lemak, dapat dimakan langsung, direbus, digoreng, disangrai, atau dimasak dengan campuran bahan lain. Ada juga yang diproses menjadi selai dan minyak. Selain biji, hal lain yang dapat dipanen adalah hijauannya (daun dan batang) sebagai makanan ternak atau pupuk hijau. Berdasarkan klasifikasinya, kacang tanah atau Arachis hypogaea L. termasuk kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, keluarga Fabaceae, genus Arachis, dan merupakan tanaman polong-polongan.

Tanaman kacang tanah yang ada di Wisnu, ketika diteliti berumur 2,5 bulan pada lahan seluas 3x5,5 meter. Tidak ada perlakuan khusus terhadap tanaman ini, kecuali penyiraman dan pemupukan. Sehingga tidak mengherankan jika belalang atau Sexava spp. menyerang sekitar 33% tanaman yang ada. Belalang merupakan serangga yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman, terutama di daerah-daerah tertentu di Indonesia. Gejala serangan ditunjukkan dengan adanya daun yang berlubang-lubang dan tepi daun yang bergerigi akibat gigitan dan kunyahan belalang yang mempunyai tipe mulut mandibulat.

Berdasarkan beberapa sumber yang dikumpulkan oleh Lely, belalang mempunyai sejumlah musuh alami yang dapat digunakan untuk mengendalikannya, seperti ayam, burung, semut, dan laba-laba. Musuh alami lain yang kemudian banyak dikembangkan adalah jamur metharhizium anisopliae dan beauveria basiana.

Pengendalian lain yang ditawarkan adalah secara fisik dan mekanik. Pengolahan tanah pada lahan yang terserang harus dilakukan untuk menimbun telur belalang dan yang terlihat akan dimangsa oleh predator. Pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak disukai belalang, seperti kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang panjang, dan tomat perlu dilakukan dengan sistem tumpangsari. Atau dengan tanaman yang kurang disukai seperti petsai, kubis, dan sawi.

Cara lain adalah menggunakan insektisida alami yang dibuat dari tuba (Deris sp) yang mengandung bahan aktif rotenon, atau nimba (Azaridacht indica) yang mengandung bahan aktif azaridachtin. Kedua zat tersebut dapat mempengaruhi perilaku belalang dengan menghambat nafsu makan dan menghambat perkembangan serangga. Pembuatan pestisida dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan menghancurkan akar tuba atau daun nimba. Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang sudah halus dimasukkan dalam jirigen 20 liter, kemudian ditambah air bersih. Rendam selama minimal 3 hari, saring, dan tambahkan bahan perekat (cytowett/deterjen).

2008-09-03

Kegiatan Bulan September

Tanggal 1
Rapat Wisnu, ada banyak hal yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Di antaranya rencana empat tahun ke depan tentang peneliti muda desa, sebagai satu cara mengajak anak muda memahami wilayahnya terkait dengan kondisi global yang terjadi selama ini.

Tanggal 2
Rapat kolaborasi lanjutan. Tujuan utama pertemuan adalah meminta kepastian Diah atas ketertarikannya terhadap kolaborasi. Diawali dengan cerita tentang awal pembentukan dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan, serta lembaga yang terlibat di dalamnya. Singkat cerita Diah tertarik dan ingin membantu Lisa dan Siska dalam kesekretariatan kolaborasi. Jadi, saat ini ada 3 mahasiswi dalam sekretariat: Lisa mahasiswi magister management Unud, Siska mahasiswi hama dan penyakit tumbuhan Unud, dan Diah mahasiswi sejarah Unud. Sekaligus ketiganya dimandatkan untuk menjadi ambasador. Sekretariat tetap di Wisnu, ditambah no. telpon pengelola sekretariat. Kegiatan yang harus dilakukan adalah mengkoordinir empat lembaga dan penulisan artikel, berita di blog, penjaga trek kegiatan riset, serta administrasi kesekretariatan.

Silakan kunjungi http://www.worldsilentday.org/ untuk informasi lebih lengkap tentang Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Dukungan anda untuk world silent day sangat kami harapkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Tanggal 4
Jalan-jalan ke PT Bamboo dan Kul Kul Campus, tindak lanjut dari pembicaraan dengan Chris. Secara umum ... menakjubkan!!! Semua bangunan dan furnitur dibuat dari bambu. Hanya bagian-bagian kecil yang memang tidak bisa diganti, misal toilet (tapi tetap dimodifikasi dengan bambu dan dibuat sebagai composting toilet), kran air, dan kaca jendela. Berbagai tanaman lahan kering juga ditanam di antara lahan seluas sekitar 8 hektar. Secara fisik diterapkan sistem permakultur, termasuk biogas dari kotoran sapi - apinya biru dan besar.

Menurut informasi, lahan-lahan tersebut dikontrak selama 20 tahun. Entah bagaimana bentuk keseluruhannya, yang pasti di dalamnya mengalir aliran sungai Ayung yang airnya direncanakan akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik menggunakan vortex. Satu lagi, entah termasuk bagian dalam atau di luar kawasan, Pura Dalem dan Beji terdapat di sana, di dekat lahan pembibitan ribuan bambu. Posisi Beji menjadi di bawah bangunan baru. Entah karena hal tersebut, atau memang karena saat itu matahari bersinar terik ... ada rasa tidak nyaman berada di sana, rasanya panas dan lembab. Berbeda sekali ketika tiba kembali di Wisnu.

Ada tugas untuk minggu depan ... memberi jawaban untuk Chris, sampai sejauh mana Wisnu bisa membantu atau bekerja sama untuk 'penyebarluasan bibit'. Secara ilmu lingkungan memang sangat menarik, namun harus disesuaikan dengan sumberdaya yang ada di Wisnu, terutama orang. Harus dipikirkan lagi dengan SWOT.

Satu hal lagi: terima kasih banyak untuk Bli Putu. Lewat cerita kangin kauh, muncul kalimat "bambu hitam di Bali Tengah harus tetap ada dan dijaga karena mencegah masuknya berbagai virus internasional". Kelanjutannya adalah, kalau bambu hitam hilang dari Bali Tengah akan ada 'bencana' beruntun. Ada banyak interpretasi yang bisa dikontkestualkan dengan teks tersebut. Dan mungkin akan sangat berguna untuk melihat Pelaga dan aqua dari sisi yang berbeda. Tulisan detil tentang hal tersebut sedang dibuat.

Tanggal 9
Kunjungan 17 orang pemerintahan Taiwan, jam 09.30-11.20. Dalam rangka ingin mengetahui gerakan NGO di Bali yang berhubungan dengan kepariwisataan dan lingkungan. Diawali dengan perkenalan beberapa peserta, selain dari pemerintahan ada juga peserta yang berasal dari NGO namun tetap mendapat dukungan dari pemerintah. Dilanjutkan dengan presentasi tentang Wisnu, sejak awal berdiri sampai rencana program tahun 2012, dan JED terutama kegiatan ekowisata di empat desa. Pak Suar berbahasa Indonesia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Taiwan oleh VIP (rasanya sedikit tidak nyambung). Pada sesi diskusi menjadi lebih menarik, ketika salah seorang dari rombongan menjadi penterjemah dari bahasa Inggris ke Taiwan. Rasanya jauh lebih baik.

Cinderamata dari Taiwan: dua kit dalam tas berisi brosur dan DVD tentang pariwisata di Penghu, dan satu keramik wine yang katanya berkadar alkohol 50%! Sebagai gantinya, kopi Pelaga dan wine salak Sibetan serta DVD JED untuk mereka. Kunjungan diakhiri dengan foto bersama ...


Tanggal 11
Kunjungan ke Pelaga (Pak Suar dan Denik). Agenda utama adalah membicarakan desain kemasan kopi dengan WKP dan banjar Kiadan. Kemungkinan nama kopinya akan berubah menjadi 'ijobang' yang diambil dari nama ayam aduan. Menurut orang-orang Pelaga, ayam aduan jenis ini selalu menang ketika bertanding, bahkan ketika adu ayam dilakukan di luar desa. Ayam jenis ini yang kemungkinan nantinya dijadikan icon desa karena kalau kopi ada di mana-mana. Bantuan mesin juga sudah didatangkan, saat ini masih berada di Wisnu.

Hal lain yang dibicarakan adalah aqua. Akankah terus berlanjut? Ketakutan masyarakat adalah ketika mereka tidak menerima proyek tersebut, proyek akan dilakukan di tempat lain padahal selama ini mereka yang melakukan pemeliharaan lingkungan namun 'tidak mendapat apa-apa'. Tepat seperti yang diperkirakan Pak Suar, bahwa politik adu domba masih sering diterapkan di Indonesia yang katanya sudah merdeka. Perjuangan masih sangat panjang, terutama untuk mengubah pola pikir 'saat ini' menjadi 'masa depan'.

Tanggal 13
Rapat JED di Wisnu. Tidak semua pemilik bisa hadir karena alasan 'iju'. Hanya hadir Sibetan, Pelaga, Wisnu. Beberapa hal yang perlu disepakati:
  • Badan hukum JED adalah koperasi sekunder. Jika setuju, maka maksimat tanggal 27 September harus mengumpulkan akte koperasi, nama anggota, dan struktur kepengurusan
  • Hubungan eksternal JED, jika hanya menyangkut hal teknis dimandatkan kepada Wisnu, kecuali untuk masalah substansial harus berdasarkan rapat JED
  • Setiap orang yang dimandatkan untuk memberikan jasa konsultan atau berhubungan dengan pihak lain diwajibkan memberikan laporan singkat kegiatan dan pengalaman yang didapat
Tanggal 15
Rapat internal Wisnu tentang rencana kegiatan 'peneliti muda desa'. Program ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman dan rasa kepedulian anak muda atas potensi wilayah yang dimiliki dan pengelolaannya. Tekstualisasi konsep besar akan dibuat oleh Bli Wayan Dirgayusa berdasarkan hasil rapat, proposal awal, dan proposal besar 2007-2012.

Tanggal 16
Buka Puasa Bersama tim Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Diawali dengan ngabuburit: rapat kolaborasi yang membicarakan hal kesekretariatan, kampanye, dan riset. Beberapa kesepakatan yang diambil:
  • Tim SC (Hira, Suar, Agung, Panji, Catur) akan diketuai oleh Hira Jhamtani sekaligus sebagai representatif di tingkat internasional dan Agung di tingkat lokal. Pelaksana: Lisa, Siska, Diah
  • Kampanye: 15 Oktober 2008 (laporan publik, launching website, informasi Global Day of Action, ajakan World Silent Day), bekerja sama dengan media TV dan radio, kolaborasi mengikuti UNFCCC di Poznan Polandia diwakili Agung, membuat kit dan memperbaiki website
  • World Silent Day tanggal 21 Maret 2009 akan dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan barang elektonik selama 6 jam (10.00-16.00)
  • Survey awal untuk riset akan dilakukan 21-22 Maret 2008 di Nusa Ceningan serta riset lainnya untuk update data dan informasi WSD
Tanggal 17
Menghadiri upacara kematian di Sibetan. Turut berduka cita atas meninggalnya ayahanda Pak Suparta, kepala dusun Dukuh Sibetan.

Tanggal 19
Pernikahan I Botak, Tenganan. Selamat menempuh hidup baru. Sayang ketika tiba di Tenganan, pengantin sudah pergi ke tempat asal pengantin perempuan. Telat menghadiri resepsi pernikahan karena permasalahan mobil. Dan seperti biasa, tetap disuguhi makan siang dengan menu yang selalu sama: sate babi sebesar 'bagong'.

Tanggal 20
Rapat tim kecil kolaborasi, dihadiri Atiek, Hira, Dwi, Agung, Herni di PPLH Bali. Agenda utama adalah set up koordinasi dan komunikasi untuk website dan kesekretariatan. Hal mendesak adalah menata dan mengelola website serta membuat TOR kegiatan 15 Oktober 2008.

Tanggal 23
Demo penolakan RUU APP di Renon, jam 10.00-12.00. Dimulai dari lapangan parkir, berjalan ke kantor DPRD Bali, lanjut ke kantor Gubernur Bali. Pemerintah Daerah dan DPRD Bali menyatakan akan menolak RUU tersebut. Demo dikemas dengan menarik, bukan hanya yel-yel dan spanduk, melainkan juga pentas joget dan lagu rakyat. Berita terkait silakan kunjungi http://jiwamerdeka.blogspot.com/2008_09_14_archive.html.

Jam 3 sore Pak Suar mengikuti rapat di Yayasan Manikaya Kauci tentang "skenario global menjerat pengrajin kecil Bali". Info dan artikel bisa diakses pada http://komunitaskreatifbali.wordpress.com/2008/09/30/bahan-diskusi-pada-acara-%e2%80%9cskenario-global-menjerat-pengerajin-kecil-bali%e2%80%9d/.

Tanggal 25
Pak Suar menghadiri workshop 'sosialisasi manfaat code of conduct bagi pelaku usaha di Bali' di Bali Garden Hotel.

Tanggal 26
Tenganan, pertemuan dengan anggota KSU Danendra. Ada dua pertemuan yang berbeda namun saling terkait. Jam 17.30 di kantor desa bersama Ian Cunningham dari EWB tentang proyek pendistribusian air bersih. Perlu fasilitasi untuk pertemuan PSAB (Pengelola Sarana Air Bersih) Tenganan terkait dengan peningkatan kapasitas dalam pemahaman 'skenario pilihan dan resiko' rencana pendistribusian air.

Pertemuan lanjutan di tempat yang sama tentang manajemen pengelolaan selip beras yang belum juga berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisis setelah mengenal Tenganan selama hampir 10 tahun dengan berbagai legenda dan cerita di dalamnya, masyarakat Tenganan yang selama ini berperan sebagai petani pemilik sedang mengalami pergolakan untuk coba memulai menjadi juga petani pengelola. Ternyata secara psikologis hal tersebut tidaklah mudah, walaupun hampir semua fasilitas sudah ada di Tenganan. Mudah untuk memilih dan mengatakan,"serahkan saja pengelolaannya pada ahlinya yang memang sudah berpengalaman." Namun jika hal mudah itu dilakukan, apa bedanya Tenganan dengan pemerintah Indonesia yang selalu menyerahkan pengelolaan sumberdaya yang begitu kaya yang dimiliki pada kaum kapitalis profesional yang selalu dianggap ahli dan sangat berpengalaman.

Tanggal 30
Kunjungan Anita Barraud dari Australian Broadcasting Corporation dan Neil Trevithick dari British Broadcasting Corporation ditemani Sonia yang berperan sebagai interpreter. Wawancara Pak Suar tentang kegiatan Wisnu terkait dengan lingkungan, pertanian, dan pemberdayaan masyarakat kaitannya dengan dinamika perpolitikan di Indonesia. Satu hal yang perlu dipelajari: kepraktisan dan ke-profesional-an dalam melakukan wawancara dan merekamnya, termasuk suara-suara alam: burung, babi, ikan.


2008-09-02

Nasib Tomat Wisnu

Terkait dengan cerita sebelumnya tentang tanaman terong di Wisnu, jenis tanaman lain yang diteliti adalah tomat. Kali ini oleh G.A. Fransiska Sri Rahajeng Kusuma Dewi, juga mahasiswa jurusan hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Jenis tomat yang ada di Wisnu adalah tomat apel (Lycopersicon esculentum Mill). Lengkapnya kerajaan Plantae, subkerajaan Tracheobionta, divisi Magnoliphyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Solanales, keluarga Solanaceae, genus Lycopersicum. Buah tomat dapat langsung dimakan, dibuat minuman, sayuran, bahan pewarna, bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan selera makan, terutama bagi penderita anoreksia. Karoten yang terkandung di dalamnya juga dapat menghambat perkembangan sel kanker.

Saat ini ada sekitar 60 tanaman tomat ditanam di atas dua bedeng lahan berdiameter 2,5 meter dan satu bedeng tidak beraturan berukuran sekitar 6 x 2 meter dengan tinggi rata-rata tanaman adalah 1,5 meter. Kondisinya cukup mengenaskan, kurus dan kering di beberapa bagian tanaman. Buah yang dihasilkan juga sedikit dan berukuran lebih kecil dibanding panen sebelumnya. Walaupun bisa mencapai diameter 6,3 cm, namun sebagian sudah mulai matang pada diameter 3,5 cm.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Siska, diketahui bahwa ada beberapa jenis hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman tomat di Wisnu. Kerusakan terbesar (80%) disebabkan oleh Liriomyza sativae Mill atau yang dikenal dengan lalat penggorok daun. Serangga inilah yang menyebabkan buah yang dihasilkan tidak maksimal, lebih sedikit dan berukuran relatif kecil. Serangan paling mencolok terjadi pada fase larva, di mana terlihat adanya korokan pada daun.

Kerusakan kedua (40%) disebabkan oleh Nezara viridula atau stink bug atau kepik hijau sebagai hama sekunder. Kepik hijau menjadikan tomat sebagai inangnya, sehingga menyebabkan perubahan warna khususnya pada daun yang menjadi kuning tidak merata dan akhirnya mengering. Kondisi diperparah oleh serangan Fermisia virgata atau kutu putih walaupun populasinya hanya 10%. Kutu putih tidak menjadikan tomat inangnya, namun populasi telurnya terlihat jelas pada permukaan daun.

Hama keempat adalah Streptopelia chinensis atau burung tekukur. Burung ini mencucuk dan memakan buah tomat pada saat akan matang hingga matang. Serangan burung pada buah yang hampir masak dan masak adalah 90%, sehingga burung tekukur dikatakan sebagai hama primer pada fase masak buah tomat.

Pengendalian hama yang ditawarkan oleh Siska adalah peningkatan sanitasi yang terfokus pada kebersihan tanah dan air, sehingga jalan patogen dan hama untuk menginvasi tanaman dapat dicegah, termasuk juga kebersihan alat mekanis seperti cangkul, arit, skop, dan sepatu. Jaringan tanaman yang mulai terserang sebaiknya dipotong dan dibakar untuk memusnahkan hama.

Sedangkan untuk burung tekukur dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu melindungi buah yang hampir masak dengan kain, plastik tebal atau bahan lain yang sesuai untuk sarungisasi buah tomat. Cara tersebut tidak mengganggu keseimbangan ekologis yang ada dan buah tomat bisa matang dengan baik. Tapi, burung tekukur harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan makanan, mereka masih bisa makan jenis biji-bijian lainnya dan biji-biji rumput.

2008-09-01

Kegiatan keLuar di Bulan Agustus

Tanggal 3
Rapat enam bulanan JED di Sibetan. Sayang yang datang hanya sedikit karena kesibukan upacara. Jadi disepakati rapat diundur sampai 13-14 September. Ada banyak hal yang harus dibicarakan dan disepakati terkait dengan launching JED tanggal 4 Juni lalu di Loloan Restaurant. Berdasarkan laporan dari pengelola JED, tamu yang datang sudah semakin banyak. Bukan hanya menerima dengan senang, melainkan harus dipikirkan juga kesiapan masing-masing desa dan 'dampak' yang akan ditimbulkan.
Tanggal 4-6
Atiek menemani Pak Sadra Tenganan mengikuti konferensi Warisan Otoritarianisme di Kampus Fisip UI Depok. Pak Sadra sebagai salah satu pembicara pada panel Demokrasi dari Bawah. Bahwa demokrasi sudah dilakukan di Tenganan sejak seribu tahun yang lalu dengan semua sistem dan pranata adat serta simbol yang harus dimaknai. Namun sampai kapan Tenganan mampu bertahan, karena desa tersebut merupakan bagian dari sistem pemerintahan di mana orang-orang di dalamnya ber'kuping kima'.
Tanggal 14
Menghadiri peluncuran 'Kapal Village Ecotourism', sekaligus Pak Suar sebagai salah satu pemberi sambutan tentang JED. Kapal sebagai desa transisi sudah siap mengembangkan ekowisata, seperti desa lain di JED. Dalam hal ekowisata ... selalu, makanannya unik dan uenak! Selamat, sukses untuk Desa Kapal.
Tanggal 27
Pak Suar mengikuti Sosialisasi Pengolahan Limbah pada Hotel Berbintang yang diadakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Hasilnya? Harus tanya Pak Suar.
Tanggal 27 juga, Atiek ke PPLH Bali untuk rapat Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Agenda: cari orang untuk sekretariat (dari dulu), web manager, dan koordinator riset. Secara umum sudah ada titik terang. Hal lain adalah rencana 'laporan publik' dan tindak lanjut kegiatan riset.

Tamu yang Berkunjung ke Wisnu di Bulan Agustus

Tanggal 8
Bapak Yosep dari Aqua Mambal dan Ibu Permaningsih (Vice President Corporate Secretary Aqua). Aqua berencana membuka pabrik baru di wilayah Pelaga dengan tidak memanfaatkan air permukaan, melainkan air tanah dalam dengan alasan suplai aqua untuk pemenuhan kebutuhan Bali saat ini tidak mencukupi dan perlu banyak biaya kalau harus mendatangkan dari Jawa. Menurut Ibu Permaningsih, tim aqua sudah melakukan survei lokasi, bertemu masyarakat Pelaga, dan meminta masukan dari Yayasan KEHATI, Jakarta sebagai organisasi lingkungan yang bekerja sama dengan Pelaga. Dan hari itu, meminta pendapat Pak Suar tentang rencana tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu direnungkan:
Idealisme Wisnu dan masyarakat empat desa adalah pengelolaan sumberdaya komunitas secara adil, transparan, dan berkelanjutan;
Kesepakatan bersama yang dibangun adalah melakukan ekowisata atau eco-tourism (economy, ecology, evaluating community oppinion) dalam upaya menuju kemandirian pangan dan energi dari sumberdaya wilayah yang dikelola sendiri serta mengurangi ketergantungan pada pihak luar; Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang artinya melarang adanya penguasaan sumberdaya alam di tangan orang-seorang dalam bentuk monopoli, oligopoli, maupun privatisasi

Tanggal 14 dan 29
Chris Mejeur, warga Australia yang menikah dan tinggal bersama masyarakat Bajau selama 15 tahun. Memutuskan untuk mencoba tinggal di Bali karena anaknya sudah harus bersekolah. Setelah mencari-cari, memutuskan untuk mencoba bersekolah di Kul Kul School, Sibang.

Sampai akhirnya PT Bamboo melalui John Hardy sebagai pemilik usaha dan sekolah tersebut memintanya membantu ‘mendistribusikan bibit bambu kepada masyarakat sekitar’. Alasan ideologisnya adalah PT Bamboo ingin bekerja sama dengan masyarakat sekitar dan mengurangi pencemaran akibat asap truk yang dikeluarkan dari Jawa ke Bali.

Chris sebagai seorang antropolog berpendapat bahwa mendistribusikan bibit bambu bukan sekedar pekerjaan membagi-bagi dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Kemudian ingat Wisnu karena tahun 2005 pernah berkeliling desa JED bersama para antropolog Australia, selain karena masukan dari Ibu Carol Warren, dosen pembimbingnya di Perth. Belum tahu akan seperti apa, rencana terdekat adalah berkunjung ke lokasi dimaksud.

Tanggal 21
Bapak Waldi Nurhamzah dan Ibu, putri mereka Louna, serta Pak Made dan putri kecilnya yang selalu menemani setiap Pak Waldi sekeluarga ke Bali. Beliau sendiri dan keluarga tinggal di Jakarta, sebagai pengasuh rubrik tanya jawab kesehatan anak di tabloid Nova.

Berawal dari kecintaan Pak Waldi sekeluarga terhadap Bali (Louna adalah seorang penari Bali), ketika ke toko buku beliau tertarik dengan buku Simulacra Bali terbitan Insist Press. Dan langsung menghubungi Wisnu via email, sampai akhirnya berjanji pada kunjungan berikutnya ke Bali akan mampir Wisnu.

Terima kasih, Wisnu adalah tempat pertama yang didatangi setelah mendarat di Bali. Jalan-jalan keliling Wisnu: lihat kebun sayur, pinky babi yang mulai menghasilkan biogas, dan menikmati angin carik di bale bengong. Terima kasih juga Pak, untuk oleh-olehnya. Senang sekali mendapat kenalan baru yang mendukung kegiatan Wisnu dan JED.

Tanggal 22 dan 29
Ibu WKP (Wahana Kriya Putri) dan Alex, voluntir dari AYAD menindaklanjuti kerjasama pembuatan kemasan kopi Pelaga. Kemasan yang sudah ada saat ini dianggap kurang eye catching, sehingga perlu dibuat yang baru. Contoh desain dari kemasan yang ada sudah dilampirkan, kemasan akan dibuat berdasarkan contoh-contoh tersebut. Selain itu, WKP juga akan memberikan bantuan mesin penggiling kopi bubuk untuk Kiadan Pelaga.

Tanggal 26 dan 27
Pak Roem Topatimasang bersama teman-teman FASID dari Tokyo (Naomi Okiyama, Rie Yamada, Nagahata Makoto). Survei awal untuk rencana internship tahun depan ke desa JED selama 2 minggu. Selama tujuh tahun ini di bulan Agustus mereka melakukan internship di Makasar untuk mengenal kehidupan masyarakat lokal di Indonesia. Namun karena tahun depan bertepatan dengan bulan puasa, dicari alternatif daerah lain yang tidak berpuasa.

Pak Suar menemani mereka ke Tenganan, Sibetan, dan Pelaga untuk mendapat gambaran tentang desa JED. Tampaknya mereka tertarik, namun tergantung keberlanjutan dana dari pemerintah Jepang. Setelah didiskusikan lebih jauh, tempat yang mungkin dipilih adalah Ceningan supaya para peserta yang berjumlah sekitar 20 orang ter’isolir’ di satu tempat. Tujuan untuk memahami kondisi dan kehidupan masyarakat lokal diharapkan lebih efektif.
Tunggu berita selanjutnya tahun depan.

Tanggal 29-31
Sheila dan mas Basuki dari Yayasan KEHATI, Jakarta. Datang untuk melihat laporan keuangan Program YEEI yang dilakukan Wisnu. Mencocokan antara catatan transaksi harian dengan bukti pemasukan dan pengeluaran. Kunjungan dimanfaatkan juga mencari informasi tentang koperasi dan usaha ekonomi yang dilakukan kelompok di desa. Tidak lupa juga … jalan-jalan di Bali
:))