2011-06-14
Penyiapan SVLK pada Industri Kecil-Mikro dan Petani Hutan Hak
Kegiatan penyiapan SVLK pada industri kecil-mikro dan petani hutan hak merupakan bagian dari Proyek Penyiapan Model Pengelolaan Industri Kecil Berbahan Kayu Pelaku Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Pelaksanaan proyek didasari pada kenyataan bahwa hasil kerajinan industri kecil berbahan kayu di Bali saat ini paling menonjol dibanding industri kecil lainnya, terutama yang mampu menembus pasar internasional. Sementara, SVLK sebagai satu isu baru di Bali belum banyak diketahui oleh para pengrajin kayu, terutama yang berskala kecil.
Berdasarkan hal tersebut, model industri kecil berbahan kayu yang menerapkan SVLK perlu diciptakan untuk memudahkan pengrajin lain ikut melakukan hal yang sama melalui bukti nyata yang sudah ada. Petani hutan hak merupakan pemeran penting dalam legalitas kayu, karena kayu yang digunakan sebagai sumber bahan oleh para pengrajin harus berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.
Penyiapan SVLK pada industrik kecil-mikro dan petani hutan hak dilakukan melalui pelatihan dan studi banding. Kegiatan ini merupakan satu upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang SVLK dan memberikan pengalaman riil mengimplementasikan SVLK. Kegiatan diikuti oleh 16 orang anggota APIK Buleleng, 5 petani hutan hak Kab Buleleng, 1 pengusaha kayu di Bangli, 5 orang Dinas Kehutanan Buleleng, dan 4 orang Yayasan Wisnu. Secara keseluruhan kegiatan dilakukan di Yogyakarta, mengunjungi 3 tempat usaha dan 2 desa.
Rabu, 8 Juni 2011
Sebelum melakukan studi banding ke Yogyakarta, peserta melakukan pelatihan di Hotel Celuk Agung, Singaraja. Pelatihan ditujukan untuk memberikan gambaran awal secara detil kepada peserta tentang SVLK, termasuk cara mengimplementasikan standar VLK untuk mendapatkan sertifikat legal atas produk yang dihasilkan. Pelatihan selesai dilakukan sekitar jam 6 malam, dan langsung menuju Yogyakarta pada jam 7 malam.
Kamis, 9 Juni 2011
Memasuki kota Jogja sekitar jam 12. Walaupun dalam bis berAC, suhu tetap terasa panas, disebabkan juga karena tidak mandi pagi. Rombongan langsung menuju industri primer penggergajian kayu di Bantul. Lewat dari jam 1, panas terik hawa abu vulkanik dengan jam biologis yang belum terpenuhi tidak mempengaruhi semangat para peserta untuk mendengarkan, bertanya, dan melihat dokumen. Setiap sudut direkam dalam kamera, termasuk oven pengering kayu bersuhu minimal 50 derajat.
Setelah makan enak di Bu Yanti, perjalanan dilanjutkan ke tempat usaha Lamidi Mebel ... masih di Bantul. Sebagai usaha kerajinan rumahan, pencatatan dilakukan dengan sangat detil dan rapi - di bagian kayu yang akan dipotong, dalam lembar pencatatan, dan hang tag pada produk jadi. Ada beberapa formulir yang harus dilengkapi setiap membuat satu bagian produk, seperti lengan kursi. Jadi, ketika dilacak, sumber kayu dari setiap bagian kursi bisa diketahui asalnya.
Mendekati jam 4 sore, tiba di PT. Jawa Furni Lestari di daerah Palagan. Kedua tempat yang sudah dikunjungi sebelumnya adalah pemasok perusahaan ini. Di sinilah peserta bisa mengetahui alur lacak balak secara lengkap ... melalui proses mundur setiap satu langkah, mulai dari barang kemasan siap ekspor di JFL sampai pohon tegakan di hutan. Wow! APIK Buleleng pun berterima kasih melalui cinderamata berupa patung Singaambararaja sebagai ikon Buleleng kepada PT. JFL.
Jumat, 10 Juni 2011
Belajar PHPL - Pengelolaan Hutan Produksi Lestari di Koperasi Wana Manunggal Lestari yang diketuai Bapak Sugeng Prayitno. Ada tiga desa yang tergabung di dalamnya, yaitu Desa Dengok Kec Playen, Desa Kedungkeris Kec Nglipar, dan Desa Girisekar Kec Panggang. Masing-masing desa mempunyai paguyuban kelompok petani hutan hak. Koperasi WML didirikan tahun 2006, dan enam bulan kemudian mendapatkan sertifikat Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari yang dikembangkan LEI - Lembaga Ekolabel Indonesia. Pengelolaan hutan rakyat di tiga desa tersebut sudah diinisiasi sejak tahun 1970an.
Sertifikat PHBML ditujukan pada wilayah seluas 815 hektar, dengan pendampingan dari Arupa, Shorea, dan PKHR UGM. Khusus untuk sertifikasi hutan rakyat, informasi dan dokumen yang harus disiapkan adalah dokumen kelembagaan, daftar anggota, batas-batas lahan, peta partisipatif lahan, data potensi, dan sistem pengelolaan. Koperasi WML mempunyai batas tebang sebanyak 60 m3 per bulan dari ketiga wilayah desa. Jenis kayu terbanyak yang dihasilkan adalah jati, lainnya adalah mahoni, albesia, dan trembesi.
Kunjungan dilakukan di dua tempat, yaitu Desa Dengok dan Dusun Pijingan di Desa Girisekar. Selaku Ketua Paguyuban Sekar Pijer di Pijingan, Pak Tumino menceritakan proses sertifikasi yang sudah dilalui. Langkah awal adalah membentuk kelompok kecil di setiap dusun. Setiap anggota kelompok kemudian menginventori jumlah, jenis, dan ukuran kayu yang ada di dalam lahannya, sekaligus menggambarkannya dalam peta sketsa. Setelah inventori selesai, sosialisasi dilakukan sebelum mengajukan sertifikasi.
Ketika proses sertifikasi dilakukan dan kemudian mendapatkan sertifikat PHBML, para petani berharap harga kayu mereka akan naik. Namun harapan tersebut sampai saat ini belum terjadi. Keuntungan yang secara pasti dirasakan adalah wilayah tiga desa tidak lagi gersang karena pohon terus tumbuh walaupun di musim kering, di samping itu bantuan fasilitas dari pemerintah seperti pengaspalan jalan juga sudah dirasakan. Satu hal yang pasti, terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran yang sudah diberikan untuk saling berbagi. Perjalanan ke Jogja memberikan gambaran yang lebih jelas tentang SVLK, termasuk pengelolaan hutan lestari. Patung Singaambararaja sengaja dibuat dan dibawa oleh APIK Buleleng dan para petani hutan hak Buleleng sebagai ucapan terima kasih.
Sabtu, 11 Juni
Waktunya untuk meningkatkan pengetahuan sejarah bangsa. Borobudur ... berangkat dari hotel jam 04.20, berharap bisa melihat matahari terbit dari puncak candi. Ternyata harus mengeluarkan uang Rp 220.000/orang untuk bisa masuk dari Manohara, sebelum pintu masuk dibuka jam 6 pagi. Tidak harus dari puncak ... matahari di antara dua gunung tetap terlihat cantik. Borobudur menyuguhkan cerita baru tentang Kapal Samudraraksa.
Kembali menghirup energi alam. Prambanan. Namun ada sudut sepi dan sedih. Bisakah ditanami pohon-pohon besar di sekitarnya? Adakah mabakti rutin dilakukan? Suatu saat ... kami akan kembali untuk mabakti secara khusus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar