Alex, anak muda berusia 20 tahun itu datang dan langsung duduk pada bingkai jendela yang terbuka sambil merokok. Diam merenung memandang tanaman padi somali yang bergoyang ditiup angin. Beberapa detik, dan tiba-tiba berkata, "Kenken ye, jani harga tuun. Rugi cang no'."
Berbeda dengan anak muda pada umumnya, Alex tidak mau bekerja di satu tempat, menjadi tenaga kerja yang selalu diperintah oleh atasannya. Sejak dulu, dan saat ini sudah dibuktikannya, ia ingin menjadi pengusaha dan pekerja mandiri. Maka sampah dipilihnya sebagai satu peluang kerja yang dianggap menjanjikan.
Dimulai sekitar delapan bulan yang lalu. Alex, pemuda Pengubengan yang mengaku tidak suka sekolah itu datang ke Wisnu. Sampai muncul kesepakatan bahwa Alex akan memanfaatkan dan mengelola mobil pick up milik Wisnu untuk menjalankan usaha daur ulangnya. Segala sesuatu indah pada waktuNya! Selama beberapa bulan mobil itu tidak termanfaatkan secara optimal karena tidak ada lagi yang menjadi staf tetap pengelola sampah di Wisnu.
Usaha yang dijalankan Alex berjalan lancar, sampai kemudian muncul ide untuk mengelola sampah banjar dan membangun tempat khusus untuk pengomposan dan pemilahan sampah. Pengalaman pertama. Proyek yang tadinya diperkirakan hanya menghabiskan dana 3,5 juta, ternyata sudah hampir mencapai 6 juta belum juga selesai ... dan Alex tetap semangat!
Minggu ini dianggapnya sebagai satu masalah berusaha yang harus dihadapi, ketika harga barang bekas merosot tajam. Ternyata menurut beberapa berita yang bisa diakses melalui koneksi internet, harga barang bekas sudah mulai turun menjelang lebaran. Perbandingan harga tiga bulan yang lalu dengan minggu ini sangat berbeda:
Menurut informasi dari para pengepul barang bekas, penurunan tersebut disebabkan karena semakin banyaknya barang bekas yang diimpor dari luar negeri. Ternyata bukan sekedar penurunan harga atau dampak dari krisis ekonomi global, melainkan terkait dengan kebijakan pemerintah atas kebepihakannya pada masyarakatnya. Satu hal yang membuat Alex terkejut, untuk apa Indonesia mengimpor kondom bekas?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar